Surat Untuk Bapak Presiden RI ke 7; Bapak Jokowi beserta Ibu menteri Perikanan dan kelautan: IBu Susi.
Di: Istana Negara atau di manapun sekarang berada.
Dari: Lintang, TKW/BMI yang berada di Hong Kong sejak tanggal 12-Maret tahun 2009 hingga sekarang akhir 2014 dan entah sampai kapan.
Assalamu'alaikum dan salam hormat saya kepada Bapak Jokowi dan Ibu Susi. Doa, harapan saya untuk dan
dari bapak serta Ibu tidaklah banyak. Cukup Tuhan selalu memberikan nikmat sehat jasmani dan rohani kepada bapak dan Ibu. Karena satu nikmat itu bila sudah bapak dan ibu terima, maka adalah kunci dari nikmat-nikmat yang lainnya.
Semoga adanya nikmat sehat itu, bapak dan ibu tidak lupa untuk berbagi hati kepada orang-orang sehat berstatus kaum kecil, kepada orang- orang yang tidak sehat juga berstatus kaum kecil. Dan kepada orang-orang kaya yang tidak sehat rohaniya maupun terlihat sehat, senyatanya tidaklah sehat. Demi sebuah perubahan untuk diri, negara dan bangsa yang selalu menuju sehat jasmani dan rohani.
Bapak Jokowi yang saya hormati. Saya sering melihat aktivitas bapak yang selalu bertema "blusukkan" baik itu darat (terjun lapangan) maupun udara (vidio call) saya sangat terispirasi dengan aktivitas bapak. Tapi ispirasi itu sebenarnya bukan datang dari bapak. Melainkan datang dari rasa ketidakpercayaan saya pada suatu kinerja yang nyata nyata belum saya lihat sendiri. Yaitu tepatnya ketika saya bertanya pada suami dan anak yang jawabanya berbeda. Hanya karena masalah isi kulkas di rumah apa ada isinya dan isinya apa.
Sejak itulah saya sering menggunakan vidio call untuk mengecek keadaan isi kulkas, keadaan anak, bagaimana kesehatanya dan keadaanya.
Kedengaranya sangat sepele, pak. Tapi bagi saya dengan situasi dan kondisi jauh dari keluarga berada diperantauan, cara blusukkan udara menuju ke dapur rumah juga ke tengah keluarga adalah tidak sepele.
Pak, ternyata kita punya hobi yang sama. Yaitu kaki dan tangan tidak mau diam. Pinginnya blusukkan terjun lapangan selagi nyawa masih dikandung badan, demi manusia yang membutuhkan. Cuma bedanya, Bapak mengurus negara, tapi saya mengurus keluarga.
Untuk Ibu Susi yang saya hormati. Pertama kali saya mendengar nama Ibu, yaitu pada sebuah acara workshop "SEGORO" (semangat gotong royong) di gedung KJRI HK yang diadakan keluarga SEGORO baik dari BMIHK maupun non BMIHK. "Pembisnis ikan tersukses di Indonesia adalah Ibu Susi dari jawa barat. Beliu yang mempunyai pesawat Susi Air. Pesawat yang pertama kali menerbangkan dana bantuan ke Aceh pada waktu bencana sunami." Begitulah ucapan dari bapak Abdul Aziz sebagai narsum sekaligus obor buat keluarga Segoro. Tahukah Ibu, gemuruh tepuk tangan dari hadirin sontak terdengar menggema dalam ruangan.
Tapi bukan dari saya. Ketika saya mendengar ucapan itu, yang bergemuruh adalah dada dan perasaan saya. Saya seolah merasakan ada daya kekuatan yang merasuk dalam tubuh saya. Lalu saya berandai andai; andai disetiap daerah Indonesia memiliki sosok seperti Ibu Susi, maka tak perlu Indonesia saling "ijir ijiran" demi kemanusian atas nama "inisiatif".
Ibu Susi, semenjak nama Ibu terdengar diteliga saya. Saya tidak ingin ketinggalan membaca berita tentang Ibu. Hingga sampai saat Ibu dipilih pak Jokowi menjadi menteri, saya adalah salah satu BMI HK yang mendukung dan mengacungi jempol atas pilihan itu. Saya ingin berjiwa seperti Ibu yang selalu punya naluri panggilan hati.
Bapak Jokowi dan Ibu Susi yang menjadi ispirasi saya dalam sebuah kinerja dari manusia untuk manusia yang harus dimanusiakan, lewat surat ini saya ingin berbagi sedikit cerita tentang kegiatan saya bersama teman-teman BMIHK.
Hari Senin sampai Sabtu kebanyakan saya dan kebanyakan teman-teman se-BMI bekerja di rumah majikan sebagai pramusaji. Hari Minggunya kami libur. Di hari libur itulah pak, kami gunakan kesempataan untuk berbagi pada sesama.
Antara lain; membuka taman bacaan koper di pinggir jalan maupun taman yang biasa kami panggil perpus lesehan ala BMIHK. Mengumpulkan dana tabung amal untuk tanah air dan untuk yang membutuhkan. Pun untuk program program yang bisa kami persembahkan untuk tanah air. Demi kemajuan daya pikir maupun ekonomi dari kelompok masyarakat walau tidaklah banyak.
Harapan kami dari hasil apa yang kami lakukan untuk tanah air benar benar sampai tujuan tanpa sekat, hambatan, pun keteledoran.Maka dari itu, Pak, Bu, kami memerlukan kepercayaan yang besar dari Tanah air. Contohnya; tim yang benar benar bertanggung jawab menjadi jembatan menuju yang ingin kami tuju. Agar usaha saya bersama teman teman tidak sia sia.
Pak, Bu. Musim hujan kembali datang, berita tanah longsor yang menimpa Banjarnegara membuat saya berduka. Banjar Negara memanggil saya untuk tidak berpangku tangan. Sesegera mungkin saya mencoba menjadi obor untuk teman teman dekat saya se-BMIHK maupun non BMIHK dari jaringan Facebook. Alhamdulillah pak, tepatnya hari minggu saya dan texman teman mulai membuka tabung amal untuk Banjarnegara. Dan hasilnya cukup lumayan bisa membantu, ketimbang saya dan teman teman memimilih untuk berpangku tangan.
Pada Senin malamnya setelah saya selesai mengerjakan pekerjaan rumah, saya kembali blusukkan lewat Vidio call bertemu dengan anak dan suami saya. Kami membicarakan tentang bagaimana caranya kita bisa segera membantu saudara kita di Banjarnegara tanpa mengulur waktu.
Dari vidio call saya menjelaskan ke Suami, dana yang berhasil terkumpul dari BMIHK sejumlah HKD 1700 dan Rp.1.000.000,-. Barang yang tersedia di gudang rumah ada ,2 Kardus ukuran XL berisi pakaian anak Dan dewasa serta masker.
Malam itu juga, Pak, Bu, dari Hong Kong saya menyaksikan kerja suami dan anak saya mengemas baju baju layak pakai yang sengaja saya kumpulkan dari teman teman BMIHK ketika hari libur. Kepuasan dari hasil blusukkan itu memang sesuatu dan sangat memuaskan, ya Pak.
Tak perlu menunggu waktu lama dalam waktu dua hari dari penggalangan dana dan hasil diskusi dengan beberapa teman, hasilnya sudah sampai POSKO di Banjarnegar atas nama "BMI PEDULI BANJARNEGARA".
Tapi jujur Pak, Bu. Meskipun dana sudah tersalur sampai POSKO, ada rasa belum puas dari hati saya pribadi juga beberapa teman se BMI. Yaitu, saya belum menyaksikan dana itu benar benar sampai ke tangan penduduk Banjarnegara yang menjadi korban bencana.
Jika lewat surat ini saya diizinkan meminta bantuan dari Ibu Susi. Bolehkah saya meminta atas nama kemanusian, Ibu Susi kembali datang atas panggilan hati dengan pesawat Susi Air untuk menebarkan bantuan yang sudah tertampung di POSKO. Biar para penduduk Banjarnegara segera menerima haknya. Dan para relawan di POSKO bersemangat kerja karena ada campur tangan Bapak Presiden dan Ibu Menteri secara langsung.
Saya ucapkan terimakasih yang setinggi tingginya baik sebelum dan sesudahnya, kepada Bapak dan Ibu, jika sudi membaca surat saya yang tiba tiba hadir di layar Tap atau Computer Bapak serta Ibu.
Akhir paragraf dari surat saya, Wassalam untuk Bapak dan Ibu. Semoga sehat dan sejahtera selalu.
Hong Kong 18 Desember 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H