Sejarah mengungkapkan bahwa konflik ini dimulai dikarenakan perbedaan budaya, etnis, bahasa, dan agama  pada tahun 1902 ketika kesultanan Pattani dijadikan wilayah kerajaan Siam melalui Traktat Anglo-siam.Â
Di tahun 2004 konflik ini banyak memakan korban jiwa sehingga memancing perhatian OKI sebagai organisasi internasional selain mewadahi negara-negara Islam juga berfokus kepada minoritas umat muslim di wilayah non anggota tersebut.Â
Akhirnya OKI terlibat dalam konflik ini di tahun 2005 dengan tindakan mengecam kekerasan yang dialami oleh masyarakat muslim-melayu dengan melaksanakan resolusi konflik.
OKI dalam mencapai tujuannya menghadapi beberapa tantangan-tantangan yang beragam, salah satunya dalam sistem politik dan pemerintahan serta tingkat stabilitas politik dan ekonomi yang berbeda di setiap negara anggota.Â
Perbedaan tingkat stabilitas ekonomi dan politik yang di hadapi oleh setiap negara anggota OKI membuat negara anggota mengalami ketergantungan ekonomi dan keuangan yang tinggi dan menjadikannya rentang terhadap kebijakan luar negeri EROPA dan AS.Â
Namun, meski demikian OKI memilik peluang besar di berbagai aspek. OKI harus meningkatkan dan mengkonsolidasi nilai-nilai kolektif politik, ekonomi, strategis dan budaya demi mencapai tujuan yang diinginkan oleh manusia yaitu persatuan dan perdamaian.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H