Keberadaan Organisasi Kerjasama Islam  sebagai organisasi pemerintahan terbesar kedua setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengundang harapan besar umat Islam disamping juga mengundang sindiran dan tantangan dari para orientalis, sarjana dan pakar pemikir Barat serta bahkan sinisme dari kalangan umat Islam sendiri.Â
Berdasarkan sejarahnya, OKI didirikan setelah peristiwa pembakaran Masjid Al-Aqhsa sebagai platform bersama untuk menggalang suara atas peristiwa tragis yang menimpa Palestina. Sebagai sebuah organisasi, OKI mengalami sepak terjang dan pasang surut serta berbagai tantangan namun disamping itu OKI masih memiliki peluang di berbagai aspek.
Dengan melihat latar belakang terbentuknya OKI, dapat dikatakan bahwa organisasi ini bersikap lebih melayani kepentingan daerah jazirah Arab dan Timur Tengah.Â
Hal in juga tidak dapat dipungkiri karena daerah tersebut memiliki mayoritas umat muslim yang memiliki hak untuk dilindungi. Namun ada beberapa alasan lain yang menjadi pendukung dari pernyataan tersebut, yaitu:
1. Permasalahan ( Konflik) yang sering terjadi dan menjadi perhatian masyarakat Internasional sebagian besar berasal dari kawasan Arab dan Timur Tengah.
2. Salah satu persoalan yang terlihat jelas oleh kacamata dunia adalah persoalan Palestina, dimana banyak pihak yang membicarakan dan mendesak perihal kepentingan dan hak atas umat islam didalamnya.
3. Dan yang menjadi alasan ketiga adalah bahwa sebagian besar anggota OKI merupakan kawasan/negara yang berada di daerah Arab dan Timur Tengah.
Masalah-masalah internasional lainnya yang kerap terjadi baik dalam ranah politik, ekonomi dan budaya OKI memberikan peran besar didalamnya. Seperti dalam bidang ekonomi OKI telah mengumpulkan dana konsolidasi program pembangunan dunia islam, dimana program ini diharapkan dapat menunjang pembangunan ekonomi di negara anggota OKI. Dari pengumpulan dana tersebut akhirnya muncullah rencana aksi untuk memperkuat kerjasama ekonomi diantara negara-negara anggota OKI.
Selain itu, peran OKI di bidang sosial dan budaya yaitu, OKI membentuk badan-badan subsider yang menangani masalah pendidikan, Ilmu pengatahuan dan teknologi, hukum, dan kebudayaan.Â
Tugas dari pada badan-badan subsider ini antara lain ialah Komisi Internasional peninggalan kebudayaan Islam yang menangani masalah perihal pemeliharaan hasil budaya islam yang ada di negara Islam. Selain itu komisi hukum Islam internasional yang bertugas menyumbangkan kemajuan prinsip-prinsip hukum islam beserta modifikasinya.
Peran OKI terhadap diplomasi negara-negara islam juga besar, seperti halnya terhadap permasalahan yang terjadi di Thailand selatan konflik muslim-melayu. Konflik ini terjadi karena persengketaan wilayah dengan perbedaan latar belakang ras dan agama secara signifikan, masyarakat muslim melayu di Thailand selatan merupakan kelompok minoritas yang berbeda dengan masyarakat Thailand pada umumnya.Â