Mohon tunggu...
N. Liwar
N. Liwar Mohon Tunggu... Guru - Mengajar untuk menginspirasi

Tenaga pendidik di SMP Gloria 1 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memaklumi Ketidakidealan Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid-19

19 November 2020   08:32 Diperbarui: 19 November 2020   09:06 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita harus menyadari bahwa kegiatan pembelajaran pada masa pandemi ini, dirasakan serbatidak ideal dan tidak normal. Sangat sulit bagi sekolah untuk mencapai hasil yang  diharapkan seperti pada saat pembelajaran tatap muka atau sebelum adanya pandemi covid-19. Hal ini dirasakan oleh guru dan sekolah secara umum sebagai penyelenggara dan penyedia layanan pendidikan yang berkualitas. Penyebabnya, tentu saja guru tidak dapat berhadapan langsung dengan siswa dan memantaunya dengan saksama sehingga dapat memastikan bahwa apa yang diharapkan itu terwujud. 

Kita tidak terlalu banyak berharap pada orang tua karena mereka harus bekerja dan tidak berada di rumah setiap hari. Kalau pun orang tua berada di rumah setiap hari pasti juga akan menghadapi kesulitan dalam menghadapi anak dari segi akademis maupun konsistensi pendampingan. 

Singkatnya, sekolah merasakan kesulitan dalam memastikan segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik seperti saat siswa berada di sekolah. Karena itu, sekolah harus memikirkan cara terbaik agar pembelajaran tetap berlangsung sesuai dengan yang diharapkan walaupun harus diakui tidaklah mudah.

Untuk mengatasi kendala di atas, maka sekolah yang mampu dari segi dana akan melakukan berbagai terobosan, seperti menambah fasilitas pembelajaran dan tetap melaksanakan berbagai kegiatan berbiaya secara virtual yang diikuti oleh siswa tanpa harus membayar agar siswa tetap terkoneksi dengan aktivitas sekolah dan mengurangi kejenuhan mereka setiap hari di rumah. Sekolah juga mengurangi sekian persen uang sekolah untuk membantu meringankan beban orang tua. 

Guru berusaha untuk meningkatkan diri dalam hal kualitas pembelajarannya dengan berbagai metode yang bervariasi, dengan berbagai media pembelajaran, dan dengan berbagai platform pembelajaran yang menyenangkan walaupun harus mengeluarkan biaya tambahan untuk itu. Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud, juga menunjukkan kepedulian dalam bentuk fasilitas internet kuota belajar bagi guru dan siswa, bahkan dosen dan mahasiswa. 

Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan di atas, apakah sesuatu yang ideal yang diharapkan tadi akan tercapai? Kenyataannya memamng belum karena ternyata aspek siswa sangat berperan untuk mencapai yang normal dan ideal itu. Tidak semua siswa mendapatkan pola asuh yang sama tentang pendidikan dan karakter dalam keluarga. Ada siswa yang dididik disiplin, jujur, dan bertaggung jawab terhadap dirinya, tetapi ada yang tidak. 

Apalagi, jika siswa itu hidup dalam keluarga yang tidak lengkap dan berbeda dalam hal pola asuh. Akan semakin jauhlah harapan ideal yang ingin dicapai oleh sekolah dengan misi pendidikannya. Sekolah akan mengeluarkan tenaga ekstra lagi untuk menangani permaslahan siswa yang demikian, seperti pertemuan khusus, visitasi, dan konseling pribadi yang semuanya harus dilaksanakan dalam protokol kesehatan yang ketat atau secara virtual, bergantung pada kesepakatan dengan orang tua siswa yang bersangkutan.

Dari pembahasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa untuk mengatasi kendala ini, tidak banyak yang bisa dilakukan guru dan sekolah yang memang sudah disibukkan dengan persiapan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan agar siswanya dapat belajar dengan baik. Akan sulit bagi guru dan sekolah untuk bertindak lebih demi mewujudkan harapan ideal yang didambakan. Akhirnya bagaimana? Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka guru dan sekolah dalam hal ini hanya bisa percaya dan memakluminya. 

Sulit menemukan jalan keluar yang bisa dilakukan ketika hal itu berkaitan dengan karakter dan kepribadian siswa yang jauh dari pantauan guru atau sekolah apalagi jika orang tua juga sulit diajak bekerja sama. Guru dan sekolah hanya dapat mengimbau, menasihati, mengingatkan, dan menginformasikan terus-menerus kepada orang tua agar siswa bisa disiplin, jujur, dan bertanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran di rumah.

Penting juga disadari bahwa siswa tidak mudah menghadapi situasi seperti ini. Mereka dihantui oleh kebosanan dan kejenuhan karena setiap hari harus berhadapan dengan layar dan tembok rumah/kamar. Mereka tidak bisa bersosialisasi dan bermain secara leluasa bersama dengan teman-teman mereka. 

Karena itu, mereka harus dibuat senang dengan ragam media dan metode pembelajaran yang menyenangkan agar mereka senang dan mau belajar. Bukankah kualitas belajar ditentukan oleh ketertarikan dan kesukaan siswa untuk belajar? Dalam setiap perjumpaan lewat platform tertentu jangan diomeli atau dihakimi, tetapi dipuji dan dimotivasi untuk membangun relasi yang sejuk sambil mengharapkan keterbukaan terhadap masalah yang mereka hadapi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun