Setelah beristirahat kurang lebih enam jam, aku memutuskan untuk bangun dan menyiapkan barang-barang yang akan aku bawa untuk summit. Suara mengepak barang pun terdengar dari berbagai tenda, suara itu semakin membuatku bersemangat untuk menuju puncak. Semua peserta pun membuka tendanya untuk menerima santapan pagi hari yang dibuat oleh ketua tim agar kami bertenaga ketika melakukan summit.Â
Setelah sarapan, ketua tim menunjuk dua orang anggota timnya sebagai leader dan sweeper pada summit kali ini, karena ketua tim tidak akan ikut dan akan menyiapkan makanan lezat ketika kami kembali dari puncak.
Leader pada summit kali ini pun langsung meminta para peserta untuk segera berdiri dan berkumpul untuk briefing. Setelah briefing selesai kami pun berdoa menurut kepercayaan masing- masing demi kelancaran dalam perjalanan menuju puncak. Berdoa pun dicukupkan dan kami melakukan "woro-woro" untuk membangkitkan semangat, setelah itu kami langsung berjalan.
Jalur Pendakian Membuat Mental Tertekan
Jalur pendakian menuju puncak sangat melelahkan dan bisa mematahkan semangat bagi orang-orang yang tidak memiliki mental sekuat baja. Ketika berjalan, yang aku pikirkan ialah hanya ingin segera sampai di ketiga puncak yang kami tuju, yaitu Puncak Kekawah, Puncak Sejati, dan Puncak Rajawali. Perjalanan dari pos 4 menuju ke Puncak Kekawah masih terbilang jalur yang normal dalam segi jalur pendakian.Â
Berbanding terbalik dengan jalur menuju Puncak Rajawali dan Sejati. Jalur pendakiannya terbilang cukup ekstrim, karena kami perlu untuk menaiki tebing menggunakan tali tambang dan tali webbing, selain itu jalurnya pun curam, tinggi, dan menegangkan. Oleh karena itu, kami perlu ekstra hati-hati selama melakukan summit serta saling menjaga satu sama lain.
Jalur pendakian menuju puncak yang penuh lika-liku pun akhirnya berhasil kami lalui hingga tiba di puncak tertinggi, yaitu Puncak Rajawali. Aku cukup kecewa ketika tiba di sana, karena cuaca tiba-tiba berkabut atau biasa disebut dengan "tembok." Aku pun berdoa bersama temanku, berharap diberikan cuaca yang cerah agar mendapatkan view foto yang bagus dan indah. Beruntungnya, beberapa menit setelah aku berdoa, cuaca menjadi cerah dan kabut kian menghilang dari pandangan. Aku langsung meminta temanku untuk memotret diriku dengan berbagai macam gaya hingga aku mati gaya dan menyudahi aktivitas berfoto itu.
Setelah semua peserta sudah puas berfoto di atas sana, kami pun langsung bergerak lagi untuk kembali ke pos 4, karena ada es buah yang menanti untuk disantap. Ketika berjalan turun, yang aku pikirkan hanyalah lemah, letih, lesu, dan ingin segera pulang. Kakiku benar-benar sudah kelelahan, pegal, dan lecet. Dengan kondisiku yang seperti itu, aku harus tetap bergerak agar tiba ditujuanku, yaitu pulang.Â
Pikiranku yang tidak karuan membuatku berpikir untuk beristirahat beberapa waktu sebelum melangkahkan kakiku lagi. Aku terus menguatkan tekad bahwa aku bisa dan aku kuat, kemudian aku bangkit dan berlari menuju pos 4.Â
Setibanya di area berkemah dan melihat temanku sudah tiba lebih dulu, aku langsung berteriak dengan sangat kencang. Berteriak untuk mengekspresikan bahwa aku berhasil kembali. Ketua tim yang melihat kondisiku terduduk lemas sembari terengah-engah pun langsung menyodorkan gelas berisikan es buah. Aku segera menyantap es buah itu dengan penuh semangat. Setelah menyantap es buah, aku pun segera packing untuk perjalanan pulang sebelum teman-teman satu tendaku datang.
Ketika aku sedang mengemas barang-barang, ada tiga peserta yang memutuskan untuk pergi lebih dulu dan berencana untuk menunggu di basecamp, ketua tim pun mempersilahkan mereka untuk pergi.Â
Setelah selesai packing, aku pun meminta izin kepada ketua tim untuk pergi duluan, karena aku ingin santai dan tidak terburu-buru, karena ketika berjalan dengan orang yang lebih cepat, terkadang aku merasa tidak enak untuk beristirahat ketika lelah. Selain itu, agar nantinya aku tidak menghambat peserta lain, dan ketua tim pun mengizinkan.