Mohon tunggu...
Olivia Marveline
Olivia Marveline Mohon Tunggu... Editor - Female, Young

IGOT7 Forever! GOT7 JJAI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

6 Tips Membuat Jurnalisme Masa Depan (Multimedia) Lebih Menarik!

7 Maret 2023   01:22 Diperbarui: 7 Maret 2023   13:18 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Highline oleh Huffpost, sumber: Huffpost

'Klik Link Ini' menjadi kalimat yang cukup awam dibaca oleh para pembaca artikel berita di masa serba digital. Link yang sudah menjadi sahabat dalam artikel merupakan salah satu bentuk dari jurnalisme multimedia.

Jurnalisme multimedia yang sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat sekarang juga seringkali disebut sebagai jurnalisme masa depan.

Berita, Audio Visual, dan Tautan

Perkembangan internet yang semakin canggih membuat segala hal bisa diakses melalui platform digital, termasuk berita.

Berita di platform digital mengalami perubahan yang cukup signifikan dari segi tampilan dan mengalami perubahan nama menjadi jurnalisme multimedia.

Berikut merupakan tips cara membuat jurnalisme masa depan yang tepat dilansir dari Mindy McAdams:

1. Saling Melengkapi

Jurnalisme multimedia yang memuat audio visual di dalamnya bukan berarti setiap audio dan visual memiliki isi yang sama dengan berita yang ada, melainkan saling melengkapi.

Melengkapi disini memiliki definisi konten yang dimuat dalam audio dan visual tidak sama, tetapi saling berhubungan dengan isi berita tersebut.

2. Menyederhanakan

Isi dari jurnalisme atau berita harus langsung pada intinya. Hal ini karena perbedaan media yang digunakan.

Jika dulu melalui media cetak maupun penyiaran, sekarang melalui platform digital. Bentuk tampilan dari layar yang digunakan untuk membaca pasti akan berbeda.

Platform digital yang seringkali tersedia dalam layar kecil maupun besar membuat isi berita juga harus langsung pada intinya agar tidak membuat mata pembaca terasa lelah.

Seperti yang dikatakan oleh McAdams, "We don't need thousands of words in text."

3. Menarik Perhatian Pembaca

Pembawaan jurnalisme multimedia harus memiliki alur yang menarik, dan juga memiliki kata kunci yang langsung membuat pembaca mau membaca berita  tersebut.

4. Urutan Baca yang Non-Linear

Multimedia biasanya menawarkan hal yang sepaket. Tetapi, sebagai pembaca tidak harus mengikutinya, melainkan kita bisa melewati ke paragraph/halaman selanjutnya.

Urutan pembacaan yang berbeda ini menyebabkan para pembaca memiliki pemahaman yang berbeda-beda terhadap bacaan tersebut.

Meski begitu, berita yang disajikan tidak boleh membuat pembaca sampai kewalahan.

5. Tidak Harus 100% Interaktif

Beragam konten yang ditawarkan dalam jurnalisme multimedia seringkali membuat orang berpikir bahwa hal tersebut berarti jurnalisme multimedia bersifat 100% interaktif.

Akan tetapi, hal tersebut tidaklah benar. Seperti menekan tautan (hyperlink) saja sudah melakukan interaksi kecil dengan membuka halaman baru.

Atau sekadar memindahkan halaman layar ke bawah untuk membaca berita tersebut sudah termasuk interaksi.

Bahkan, bisa dikatakan kebanyakan jurnalisme multimedia hanya menyediakan visual berupa infografis atau video yang menggambarkan peristiwa  di dalam berita tersebut.

6. Hal Baru yang Menarik

Semakin beragamnya fitur di multimedia, membuat pembaca bisa mengalami pengalaman baru dalam membaca berita.

Bisa seperti membuat suasana latar belakang warna berita selain putih/hitam, atau bisa saja dengan membuat grafis bergerak untuk mendeskripsikan peristiwa dalam berita tersebut.

Masa depan yang penuh dengan digitalisasi membuat jurnalisme juga melakukan perpindahan menjadi jurnalisme multimedia.

Audio dan visual yang semakin interaktif dan menarik membuat pembaca menjadi lebih tertarik untuk membaca sebuah berita melalui situs internet.

Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat dunia jurnalisme menjadi semakin beragam dengan hadirnya jurnalisme multimedia.

Beberapa situs berita bisa dikunjungi untuk melihat bagaimana menariknya jurnalisme multimedia, salah satunya adalah DetikX yang berasal dari Indonesia. Kamu bisa mengetahui lebih lagi mengenai DetikX disini

DetikX, sumber: Twitter @detikX
DetikX, sumber: Twitter @detikX

Akan tetapi, DetikX masih belum cukup konsisten dalam memberikan tampilan mereka sebagai jurnalisme multimedia yang cukup interaktif dibandingkan dengan situs berita luar negeri, seperti Highline oleh HuffPost.

Highline oleh Huffpost, sumber: Huffpost
Highline oleh Huffpost, sumber: Huffpost

Bagaimana? Apakah kamu tertarik untuk menjadi orang yang mengembangkan jurnalisme multimedia menjadi semakin interaktif sehingga bisa bersaing dengan negara lain?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun