Perkembangan yang terjadi  dalam media jurnalisme menghadirkan jurnalisme digital yang pada saat itu dengan kemunculan internet di Indonesia pada tahun 1990an (Widodo, Y., 2020, h. 43).
Kemunculan internet di Indonesia membuat jurnalisme digital hadir pada tahun 1994, yakni Republika Online (Widodo, Y., 2020, h. 43).
Media jurnalisme mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan tidak dapat dipungkiri saat ini terdapat 8 perusahaan media konglomerat di Indonesia. Dilansir dari Tirto.id, kedelapan perusahaan media tersebut yakni Kompas Group, Bakrie, Jawa Pos, Media Group, CT Corp., Globalmediacom, Emtek, dan Lippo Group.
Jawa Pos sebagai salah satu perusahaan media konglomerat di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang untuk mencapai kepada titik kesuksesannya saat ini.Â
Tidak hanya surat kabar, Jawa Pos juga melebarkan sayap mereka pada ranah lain, yakni kepada media penyiaran dan juga media digital, salah satunya adalah jurnalisme digital.
Sejarah Jawa Pos
Jawa Pos bermula dari kota Surabaya, Jawa Timur pada 1 Juli 1949 yang menerbitkan surat kabar koran cetak. The Chung Sun merupakan pendiri dari salah satu media konglomerat saat ini, dimana ia merupakan seseorang yang berasal dari Bangka dan menjadi pegawai biasa di kantor film yang berlokasi di Surabaya (Wulan, 2022, h. 24).
Ia merupakan seorang pegawai yang ditugaskan dalam bidang periklanan di bioskop, dimana setiap harinya ia memasang iklan-iklan di bioskop, dan hal ini membuatnya menjadi tertarik untuk mendirikan surat kabar sendiri (Putra, W. S. A., 2014, h. 6).Â
Pendirian Jawa Pos telah berganti nama sebanyak tiga kali sebelum akhirnya jatuh kepada nama yang kita kenal saat ini. Dimulai dari Java Post, lalu berubah menjadi Djawapost, dan Djawapos.