Mohon tunggu...
Livia Devina Mamahi
Livia Devina Mamahi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajaran Sekolah

Hai. Saya Livia Devina Mamahi. Panggil saja Vina. Diumur 15 tahun ini, hal yang selalu membuat kepikiran adalah mengisi kesibukan. Kesibukan yang dimaksud adalah kesibukan yang tidak biasa-biasa saja. Saya suka nonton, tapi kalau dipikir-pikir kurang tenang jika tidak menghasilkan sesuatu. Maka dari itu, kesempatan emas ini akan saya jadikan lapak untuk berbagi cerita dengan menjadi penulis. Mohon tunggu karya-karya saya selanjutnya!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Matahariku

29 Juli 2023   11:34 Diperbarui: 29 Juli 2023   11:49 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

              

              Masa kini. Secangkir kopi hangat meredakan secara fisik, tetapi tidak secara psikis. Dari apartemen tempat tinggal, aku kembali memandangi kota Tokyo yang diselimuti langit malam. Gemerlap cahaya warna-warni, gedung-gedung tinggi, orang berlalu-lalang, membuat indah keadaan di bawah sana. Berbeda dengan keadaanku. Pikiranku hanya berisi tentang teman masa kecilku. Saat ini, sedang kupandang sebuah foto dari kamera lamaku.

              Aku tahu, kemustahilan jika dipaksa akan menyakitkan. Jauh di dalam lubuk hati, masih ada perasaan ingin memeluk semua kenangan lama. Setiap goresan penaku, hanya tentang kamu. Air mataku mengalir deras setiap kali melihat fotomu dalam kamera lamaku.

****

            Tahun 2007. Aku Mala. Seorang gadis berusia 13 tahun dengan rambut hitam sepundak. Saat ini, aku menduduki kelas 7 SMP. Bagiku, hal yang paling asik di sekolah adalah ekstrakulikuler fotografi. Saat pelajaran, istirahat, tanganku gatal ingin memegang kamera. Hobi ini sudah tertanam pada diriku sejak SD.

Suara bising menghujani pendengaranku. Siang ini, pelajaran keempat dibatalkan karena guru izin tidak hadir. Itulah kenapa teman-temanku di kelas berisik sekali.

            Beberapa jam kemudian, kelas kembali tenang ketika salah seorang guru masuk untuk menggantikan guru yang sedang izin. Telingaku merekam percakapan teman-temanku. Banyak dari mereka yang bergumam kesal, membuatku tertawa kecil.

            Hari-hari di sekolah berjalan biasa saja, sama seperti hari sebelumnya. Bagiku pelajaran atau berita viral yang terjadi di sekolah, sama sekali tidak menarik. Sesuatu yang menarik dan kutunggu hanya ekstra fotografi. Aku selalu melirik jam dinding di kelas karena tidak sabar ada ekstra.   Bahkan terkadang aku tertidur di kelas sambil menunggu jam pulang.

            Jarum jam bergerak begitu lambat, hingga akhirnya waktu itu tiba. Kakiku melesat cepat pergi ke ruangan ekstra fotografi. Sebenarnya sekolah sudah menyiapkan fasilitas kamera. Hanya saja, aku selalu memakai kamera pemberian ayah dalam rangka hadiah lulus SD. Itu hadiah yang tak pernah kulupakan. Aku sangat menyayangi kamera ini.

            Hari ini, guru pembimbing ekstra meminta kami untuk mempotret kegiatan seseorang. Zaman sekarang istilahnya candit. Mendengar itu, aku tahu tempat yang cocok untuk dituju. Guru pembimbing tidak banyak bicara kali ini. Beliau hanya memberi kami tugas dan mengumpulkannya. Maka dari itu, hari ini ekstra cepat selesai dan aku bergegas ke tempat yang telah kutentukan. Yaitu pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun