Tim PKM-RSH UNRAM yang diketuai oleh Rini Musliana, bersama anggota timnya yang terdiri dari Titik Hulpiana, Dwi Putri, Sephia Awinda, dan Livia Alda Rahmania , didampingi oleh dosen pendamping Ibu Iva Nurmawanti, M. Pd telah menemukan sumber belajar baru berbasis budaya di Lombok yakni tempat wisata bersejarah "Taman Mayura" yang diimplementasikan langsung untuk meningkatkan kemampuan numerasi siswa Sekolah Dasar Negeri 38 Cakranegara khususnya.
Tim PKM-RSH UNRAM yang disebut tim etnum ini menyadari pentingnya pembelajaran matematika yang bermakna dan kontekstual melalui pembelajaran berbasis budaya dan perlunya peningkatan kemampuan numerasi siswa di Sekolah Dasar. Banyak penelitian pula yang membahas pembelajaran matematika berbasis budaya (etnomatematika) dalam memberikan dampak positif terhadap pemahaman matematika siswa sehingga tim etnum mengaku tertarik untuk meneliti etnomatematika di Taman Mayura yang merupakan salah satu tempat wisata di Lombok dan belum dieksplorasi etnomatematikanya.Â
Kemampuan numerasi siswa yang masih rendah diketahui dari hasil PISA 2022 juga menjadi latar belakang program riset tim etnum yang berjudul "Etnomatematika Historical Building "Taman Mayura" dan Implementasinya dalam Pengembangan Kemampuan Numerasi Siswa Sekolah Dasar."
Tim Etnum memulai pelaksanaan PKM pada tanggal 20 April 2024. Ada empat tahapan riset yang dilakukan, yakni persiapan, pengumpulan data, analisis data, serta evaluasi dan pelaporan. Persiapan dilakukan dengan menentukan jobdesk, pembuatan surat izin penelitian, menyusun instrument penelitian, mempersiapkan alat dan bahan peleitian, hingga membuat akun media sosial.Â
 Akun media sosial yang digunakan tim etnum untuk menyebarkan informasi penting terkait penelitiannya, yakni intagram @pkmrsh_etnomtktamanmayura, facebook @Pkm-rsh Etnomatematika, youtube @PKMRSH (EtnoMTK-Taman Mayura), dan tiktok @Pkmrsh_etnomatematika_Numerasi.
Pengumpulan data pertama dilakukan dengan observasi di Taman Mayura dan wawancara kepada pengelola Taman Mayura yang bernama bapak Aswandi pada hari kamis, 23 mei 2024. Bapak Aswandi yang kerap dipanggil pak Andi menjelaskan keaslian bentuk dan struktur bangunan bersejarah yang ada di Taman Mayura.Â
Renovasi bangunan bersejarah yang dilakukan hanya bertujuan untuk memperkokoh berdirinya bangunan tanpa adanya perubahan bentuk dan struktur bangunan tersebut ujar Pak Andi. Dari hasil wawancara lebih lanjut, tim etnum juga mengetahui adanya 6 bangunan bersejarah yang memiliki fungsi masing-masing. 6 bangunan bersejarah tersebut, diantaranya:
- Bale kambang, berfungsi sebagai tempat musyawarah raja dan utusan raja lainnya, yang kini masih digunakan sebagai tempat musyawarah lintas agama dan kemasyarakatan.
- Bale lodji, berfungsi sebagai tempat tidur raja beserta keluarga kerajaan, kini akan dijadikan sebagai museum untuk menyimpan barang-barang bersejarah kerajaan Lombok.
- Bale pererenan, berfungsi sebagai tempat istirahat para prajurit, kini digunakan sebagai tempat singgah masyarakat.
- Kolam, berfungsi sebagai tempat madinya para wanita kerajaan, baik keluarga kerajaan beserta dayang-dayangnya.
- Pura kelepug, berfungsi sebagai tempat ibadah raja beserta kelularga kerajaan, kini digunakan sebagai tempat ibadah masyarakat umum.
- Pura jagat nata, berfungsi sebagai tempat ibadah rakyat biasa yang juga digunakan sebagai tempat ibadah masyarakat umum saat ini.
Tim etnum menemukan berbagai bentuk bangun datar yang tampak pada struktur Historical Building "Taman Mayura", seperti bangun segiempat, segitiga, dan lingkaran. Berbagai bentuk bangun datar yang ditemukan tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan gambar untuk memudahkan tim etnum dalam menjelaskan etnomatematika di Taman Mayura. Bangun datar tersebut juga disajikan dalam bentuk poster numerasi sebagai media pembelajaran siswa sekolah dasar untuk mempelajari ciri-ciri bangun datar dari struktur bangunan bersejarah.
Pengumpulan data kedua tim etnum dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 38 Cakranegara dengan pelaksanaan pretest numerasi, kegiatan pembelajaran dengan implementasi etnomatematika di Taman Mayura, dan pelaksanaan posttest numerasi untuk mengetahui pengaruh implementasi etnomatematika di Taman Mayura terhadap kemampuan numerasi siswa kelas 4 di SDN 38 Cakranegara dalam materi bangun datar.
Ada 14 orang siswa kelas 4 SDN 38 Cakranegara yang mengikuti kegiatan pretest pada 3 Juni 2024 yang dilaksanakan di ruang kelas 4 SDN 38 Cakranegara. Berdasarkan hasil pretest tersebut, tim etnum menemukan kesulitan siswa dalam menentukan ciri-ciri bangun datar.Â
Tidak sedikit siswa yang belum mengetahui diagonal, sisi sejajar, besar sudut, dan belum mengenal berbagai bentuk bangun datar selain persegi, persegi panjang, segitiga, dan lingkaran. Dari pengetahuan tersebut, tim etnum menyusun strategi pembelajaran untuk menjelaskan ciri-ciri bangun datar melalui struktur bangunan bersejarah yang ditemukan di Taman Mayura.
Pada 6 Juni 2024, tim etnum melaksanakan pembelajaran di Taman Mayura bersama 14 siswa yang menjadi sampel riset, didampingi oleh dua guru kelas SDN 38 Cakranegara. Dalam kegiatan pembelajarannya, tiim etnum membagi siswa menjadi empat kelompok kemudian membagikan LKPD kepada semua siswa untuk menemukan ciri-ciri bangun datar sesuai pengamatan yang dilakukan pada bangunan bersejarah.Â
Setiap kelompok didampingi oleh satu anggota tim etnum dan mengamati bangunan bersejarah yang telah ditentukan. Setelah itu, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan pengamatan nya didepan. Tim etnum mendampingi dan memberikan penguatan terkait hasil pengamatan tersebut.
Pada 8 Juni 2024, tim etnum melaksanakan posttest untuk mengetahui pengetahuan siswa setelah pelaksanaan pembelajaran dengan implementasi etnomatematika di Taman Mayura. Setelah memperoleh hasil pretest dan posttest, tim etnum membandingkan dan menganalisis data yang diperoleh, sehingga diketahui adanya pengaruh implementasi etnomatematika di Taman Mayura terhadap kemampuan numerasi siswa kelas 4 SDN 38 Cakranegara pada materi bangun datar. Â hal tersebut dibuktikan tim etnum berdasarkan peningkatan nilai dari pretest dan posttest siswa serta hasil analisis data secara ilmiah dengan paired sample t-test.Â
Berdasarkan hasil yang ditemukan, tim etnum berharap hasil penelitian dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Seperti guru dalam memperoleh pengetahuan baru terkait etnomatematika pada Historical Building "Taman Mayura", cara mengimplementasikan etnomatematika tersebut dalam kegiatan pembelajaran, dan mengetahui alternative baru yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan numerasi siswa sekolah dasar.Â
Semoga pembelajaran berbasis etnomatematika di Taman Mayura di sekolah lain dapat meningkatkan kemampuan numerasi siswa pada materi bangun datar seperti peningkatan yang dialami siswa kelas 4 SDN 38 Cakranegara ujar tim etnum ketika pelaporan kemajuan program kepada Simbelmawa pada 25 Juli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H