Mohon tunggu...
Livia Hartono
Livia Hartono Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Danur: I Can See Ghosts"

22 Desember 2017   12:59 Diperbarui: 22 Desember 2017   15:53 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.modernhorrors.com

Dunia perfilman Indonesia semakin berkembang pesat dari tahun ke tahun. Tahun 2016 merupakan titik tertinggi dalam perfilman nasional. Sepanjang tahun 2016, jumlah penonton box office film Indonesia mencapai 34,5 juta. Angka tersebut menampakkan peningkatan 113% dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai 16,2 juta penonton. Film yang paling digemari saat ini merupakan film dengan genre komedi, drama yang diangkat dari novel-novel best seller, dan juga film dengan genre horor. 

Saat ini, film horor Indonesia tidak hanya mengandalkan cerita berbau seksualitas dan unsur pornografi seperti yang diunggulkan beberapa tahun lalu. "Danur: I Can See Ghosts" merupakan salah satu film horor Indonesia produksi MD Pictures yang dirilis pada akhir Maret 2017. Film garapan Awi Suryadi ini diangkat dari kisah nyata yang dialami seorang gadis indigo bernama Risa Saraswati. Karakter Risa Saraswati diperankan oleh Prilly Latuconsina.

Risa kecil yang kesepian menghabiskan sebagian besar liburan sekolah di rumah neneknya sendirian. Di rumah itu juga, Risa bertemu dengan hantu tiga anak lelaki Belanda yang akhirnya menjadi teman bermain Risa. Setelah 9 tahun, Risa diceritakan kembali ke rumah neneknya tersebut. Namun, niat untuk menjaga nenek bersama adiknya yang bernama Riri terganggu oleh kejadian-kejadian aneh. Kejadian tersebut mulai terjadi sejak kemunculan perawat misterius sang nenek yang bernama Asih.

Danur merupakan film yang menarik dan tentunya genre horor menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan masyarakat Indonesia. Selain karena genrenya, film ini dapat menarik minat masyarakat karena telah dipopulerkan buku berjudul "Gerbang Dialog Danur" terlebih dahulu. Kepopuleran Danur dapat dibuktikan dengan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) yang telah diperoleh film ini sebagai film dengan jumlah penonton terbanyak dalam enam hari, yaitu 1.196.583 penonton. Sebelum ditayangkan, film ini tentu memiliki poster untuk menarik minat masyarakat. 

Poster film dengan gamblang menampilkan karakter yang akan ditampilkan dalam film. Masing-masing karakter pun dapat digambarkan dengan jelas. Melalui poster film Danur sendiri kita sudah dapat melihat kengerian yang akan ditampilkan di dalam film. Seperti yang dapat kita lihat, poster diberi warna monokrom. Warna membuat poster nampak misterius sesuai dengan genre film ini sendiri. Namun, terdapat warna merah pada bagian judul sehingga poster tidak tampak monoton. Melalui desain poster yang berkualitas akan menunjukkan kualitas dari film pula sehingga dapat lebih menarik minat penonton.

Film Danur dibintangi oleh beberapa artis yang namanya sudah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Totalitas dari para pemain dalam film ini patut diacungi jempol. Sebagai salah satu contoh adalah Prilly Latuconsina yang merupakan pemeran utama membuka mata batinnya untuk mendalami peran sebagai Risa yang dapat melihat hantu. Tidak hanya Prilly, masing-masing pemain dapat menunjukkan emosi sesuai dengan perannya. Shareefa Daanish yang berperan sebagai Asih juga mampu membawakan perannya dengan sangat baik. Kemunculan-kemunculan Asih dapat membuat bulu kuduk kita berdiri karena karakternya yang misterius dan tatapan-tatapannya yang menyeramkan. Totalitas dari para pemain film inilah yang dapat membangun suasana dalam film sehingga semakin mencekam. 

Alur dari film Danur mudah untuk dipahami karena semua adegan dimuculkan secara jelas. Namun tentu ada beberapa adegan dalam film yang tidak terduga. Pengambilan gambar yang baik tentu juga menentukan kualitas suatu film. Film Danur mampu menampilkan gambar dari berbagai sudut pandang yang membuat film semakin estetis dan juga menegangkan. Pengambilan gambar tentu tidak lepas dari lokasi yang mendukung dalam pembuatan film. Lokasi yang diambil berupa rumah tua yang besar. Suasana yang mencekam di rumah itu sendiri dapat membuat penonton semakin tegang saat melihat film Danur. Properti-properti seperti barang-barang antik yang digunakan dalam film ini pun sangat mendukung suasana menjadi semakin horor.

Secara keseluruhan, film Danur dapat dikatakan sudah mampu mendongkrak dunia perfilman horor di Indonesia. Namun, tentu masih banyak kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh tiap-tiap film. Film Danur yang seharusnya mampu memberikan kesan menyeramkan menjadi terkesan membosankan ketika terlalu banyak adegan jumpscares. Kemunculan hantu yang bertubi-tubi tentu mengurangi esensi seram dalam film. Film terlalu fokus untuk membuat penonton menjadi kaget. Padahal film horor memerlukan chemistry yang kuat antara penonton dengan karakter-karakter dalam film, khususnya tokoh utama, agar penonton juga dapat merasa takut dan terancam. Masih banyak kisah yang dapat dikembangkan sehingga membuat film lebih menarik. Film seharusnya dapat lebih menceritakan karakter Risa sebagai karakter utama. 

Pada kenyataannya kita hanya dapat mengetahui sekilah mengenai kehidupan Risa. Hal tersebut dikarenakan tidak banyak hal yang dilakukan Risa dalam film selain berteriak, menangis, kaget, dan berlari-larian mencari adiknya yang hilang. Hubungan antara risa dan sahabat-sahabat tak kasat matanya pun hanya ditampilkan sekilas. Film ini malah lebih mengekspos mengenai keangkeran sebuah pohon yang dihuni oleh Asih. Walapun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa kemunculan Asih lah yang sangat membantu film ini menjadi lebih menyeramkan. Meski memiliki banyak kekurangan, kita harus mengapresiasi film ini karena berkualitas. Film Danur dapat merubah image film horor Indonesia ke arah yang lebih positif.

Sebagai warga negara Indonesia, kita patut bangga akan peningkatan dunia perfilman di Indonesia. Tidak hanya film dengan genre horor saja yang mengalami peningkatan kualitas namun film dengan genre lain pun mengalami peningkatan yang signifikan. Rasa bangga saja tentu tidak cukup. Kita juga perlu mengapresiasi dunia perfilman Indonesia yang semakin baik. Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mendukung dunia perfilman Indonesia, salah satu caranya adalah lebih sering melihat film-film karya anak bangsa dibanding film-film luar. Walaupun masih banyak kekurangan yang dimiliki dunia perfilman Indonesia. Disinilah kita berperan sebagai juri yang harus mampu memberikan saran dan masukan yang membangun. 

Dengan demikian diharapkan kedepannya dapat tercipta film-film karya anak bangsa yang semakin baik. Disamping itu, peran pemerintah juga tidak kalah penting. Pemerintah harus lebih mendukung karya-karya anak bangsa agar dapat lebih berkembang. Masih banyak film-film Indonesia yang dibiayai oleh perusahaan luar. Pemerintah seperti masih meremehkan Industri Kreatif dan kurang menunjukkan peran untuk meningkatkan industri ini. Diharpakan kedepannya lebih banyak campur tangan pemerintah sehingga anak-anak bangsa mampu menghasilkan film yang berkualitas dan mampu merambah ke dunia perfilman internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun