Mohon tunggu...
Livia mayda
Livia mayda Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kehormatan Seorang Ibu pada Zaman Rasulullah

15 November 2018   22:22 Diperbarui: 15 November 2018   22:25 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seorang bidadari dari surga yang diturunkan oleh Allah ke bumi untuk memberi kehangatan dan mengukir kenangan indah bersama di setiap kelurga. Ibu adalah seorang wanita yang harus dihormati dan dilindungi dan jangan sampai melukai hati seorang ibu. Kehadiran seorang wanita dibumi sangatlahlah penting, tanpa adanya seorang wanita hidup seorang laki-laki akan hampa dan terasa kosong. Ibu adalah sumber dari kebahagian dan kasih sayang, dialah prajurit malam yang senantiasa menjaga dan terjaga untuk menemani ketidakberdayaan kita.

Nabi Muhammad saw diutus untuk memperbaiki akhlaq manusia dan mengagkat kehormatan seorang wanita. Saat itu bangsa arab menganggap seorang wanita sangatlah rendah derajatnya dibandingkan dengan laki-laki. Setelah datangnya islam maka derajat kehormatan seorang wanita lebih tinggi dari pada dahulu. Pada zaman Rosulullah kedudukan seorang wanita sangatlah dibutuhkan atau penting. Wanita pada saat itu juga berperan membantu para khalifah dalam perkembangan islam.

Kedudukan mulia seorang ibu sangatlah tinggi dari zaman rasulullah saw. Allah SWT akan murka jika seorang anak lupa diri dan durhaka kepada kedua orang tuanya terutama terhadap ibu. Allah SWT menginggatkan untuk menghormati kedua orang tua dalam surah Al-Luqman ayat 14 "Dan Allah berwasiat kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan menderita kelelahan diatas kelemahan, yakni terua-menerus dan masa menyusuinya dua tahun. Hendaklah engkau bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu".

Kisah sesorang yang durhaka kepada ibunya-pun sudah ada sejak dahulu, contonya kisah 'Alqamah', yang terjadi pada masa Rasulullah saw. Pada saat itu Alqamah adalah seorang pemuda yang ahli ibadah, rajin sholat, banyak puasa dan suka bersedekah. Pada suatu hari dia sakit keras dan mendekati ajalnya, Rosulullah saw mengutus beberapa sohabat datang kerumah Alqamah untuk menalqin mengucapkan la ilaha ilallah. Tetapi yang terjadi adalah lisan Alqamah tidak dapat mengucapkan la ilaha ilallah. 

Ternyata tanpa sadar Alqamah telah menyakiti hati ibunya dengan lebih mengutamakan istrinya disbanding ibunya sendiri, setelah ibunya bertemu dengan Rasulullah saw beliau memafkan perbuatan Alqamah dan mengihlaskannya. Sesungguhnya kemarahan seorang ibu yang menhalanggi lisan Alqamah untuk mengucapkan syahadat, dan ridhanya telah menjadikannya mampu mengucapkan syahadat. Lalu Rasulullah bersabda " barang siapa yang lebih mengutamakan seorang istrinya dibandingkan ibunya maka dia akan mendapatkan laknat dari Allah SWT. Alllah tidak akan menerima amalannya sedikitpun keuali kalau dia mau bertaubat dan berbuat baik pada ibunya serta meminta ridhanya, karena ridho Allah tergantung pada ridhonya dan kemarahan Allah tergantung dengan kemarahannya".

Memuliakan seorang ibu dan ayah sama dengan memelihara kemajuan peradaban islam. Begitu tingginya kedudukan orang tua sehingga berkhidmat kepadanya setara dengan berjihad dijalan Allah. Rasulullah saat menjawab pertanyaan seorang sahabat tentang kepada siapa dia harus berbakti pertamakali?, lalu Rasul dengan jelas menyatakan bahwa ibu harus dimuliakan, sampai-sampai Rasulullah menyebut ibu sebanyak tiga kali (ibumu, ibumu, ibumu) baru ayahmu dan surga ada di bawah telapak kaki seorang ibu. Tidak ada kecrdasan yang tinggi dan amal yang sangat mulia selain memuliakan seorang ibu, dan jika kalian durhaka kepada ibu maka hidup kalian jauh dari keberkahan.

Kabaikan seorang ibu sangatla luas dan tak pernah tergantikan dengan apapun. Sebanyak apapun hartamu tak akan bisa membeli kebaikan seorang ibu. Maka janganlah kau sakiti hati seorang ibu dan bahagikanlah dia sebelum kau kehilangannya, dan membawa penyesalan itu sampai akhir hayatmu. Sayanggilah dia, rawatlah dia seperti ka merawat dan menyayanggi tubuhmu. Karna membahagiakan seorang ibu adalah perintah agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun