Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Lekha (1)

17 Maret 2020   15:03 Diperbarui: 19 Maret 2020   19:59 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Memang.”

“Bukan, dari tetangga sebelah.”

“Bisa jadi saya menjadikan tetangga sebelah sebagai perantara, atau justru menjadikan uangmu sebagai perantara, untuk ditukarkan dengan kursi di toko kuno kesukaanmu. Tapi mana mungkin kamu mau mengangkatnya ke rumah.”

“Bagaimana cara kerja kursi itu?”

“Bagaimana cara kerja mobil, motor, sepeda?”

“Mobil, motor dan sepeda bukan digunakan untuk menjelajah waktu.”

“Apakah kursi itu untuk menjelajah waktu?”

“Bukankah seharusnya saya yang bertanya demikian?”

“Apakah kamu bertanya?”

“Jadi kapan kita berangkat?”

“Nanti kalau kamu sudah siap.”

“…”

“Kamu tidur cepat hari ini, Lekha.”

“Sejak A mati.”

“Dulu tidak ada satu pun malam yang terlewat untukmenantinya?”

Lekha mengangguk, hendak memuntahkan air mata sebanyak-banyaknya. Tapi air mata yang ia muntahkan beberapa bulan terakhir ini tidak pernah memperbaiki keadaan. Lekha sudah belajar. Lekha mengerti.

“Lekha.”

“Ya?”

“Ceritakan tentang kamu. Apa saja.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun