“Luana, warna langitmu salah!”
Tunggu.
Dari mana ia tahu nama saya?
Saya menoleh ke arah suara dan menyadari Ibu berdiri si sebelah saya.
“Luana, mengapa kamu mewarnai langit dengan warna ungu lagi? Warna langit itu biru, yang ini…,” ujar Ibu sambil menggeleng-gelengkan kepala, memandangi gambar saya di buku sketsa ukuran A4. Ibu mengambilkan sebatang pensil warna dan menyerahkannya pada saya, lantas ia kembali berujar, “Oh, ya. Jangan lupa minum obatmu, Luana.”
(Menyapukan Cat Warna Biru Muda di Langit, 2016, Livia Halim)
-
Hai Kompasianer!
Kisah yang baru Kompasianer baca adalah sebuah flash fiction berjenis unreliable narrator yang saya tulis tahun 2016 silam untuk sebuah proyek antologi. Unreliable narrator adalah suatu jenis karya yang sering dijumpai baik di kisah fiksi, film, maupun teater. Karena saya biasanya menulis fiksi, artikel ini akan berfokus pada karya fiksi saja.
Menurut saya pribadi, karya jenis ini sangat unik dan menarik, serta dapat menjadi excuse yang baik apabila Kompasianer ingin menulis fiksi dengan sudut pandang orang pertama, namun tidak ingin karya menjadi monoton. Karena biasanya, sudut pandang orang ketiga serbatahu seolah-olah lebih menarik, mengingat lebih banyak sudut yang bisa dieksplorasi. Nah, di sini saya akan menjelaskan bagaimana fiksi dengan sudut pandang orang pertama juga bisa tak kalah menarik dan uniknya.
Karya-karya berjenis ini sudah lama memikat saya serta menginspirasi saya untuk menulis kisah serupa. Karenanya, saya memutuskan untuk membagikannya di sini agar bermanfaat bagi Kompasianer yang ingin rekomendasi fiksi-fiksi unik berjenis ini, serta untuk Kompasianer yang ingin mencoba menulis karya fiksi yang agak berbeda dari biasanya.