“Adik kecil, buat apa seseorang menerormu tentang mimpi. Semua orang di kota ini tahu bahwa cita-cita setiap orang adalah jadi pelukis. Pulanglah ke rumah, membantu ibu membersihkan rumah, cuci kaki dan tidur segera.”
“Saya punya bukti terornya, Pak Polisi.”
Namun polisi hanya terbahak, mengambil secangkir kopi yang ada di meja, dan masuk ke dalam. Luana ditinggalkan sendirian di bagian depan kantor polisi. Maka Luana pulang dan memutuskan menyelidiki sendiri siapa pengirim misterius itu. Namun semakin jauh ia menerka pengirimnya, semakin jauh ia berpikir benarkah ia ingin jadi pelukis.
Benarkah saya ingin jadi pelukis?
Benarkah saya ingin jadi pelukis?
Luana membuat e-mail baru.
Klik!
“Apa?”
Anda sudah mendaftarkan alamat e-mail ini sebelumnya. Silakan lakukan prosedur login.
Luana menengok nota kecil yang ia tempel di sudut cermin riasnya.