-Sore tadi-
“Luana, dari mana kamu dapat gaun itu?” tanya seorang gadis kecil sambil menunjuk gaun hitam pendek yang saya pakai hari ini. Saya tidak ingat pernah mengenal gadis yang duduk di sebelah saya ini. Mungkin saya lupa.
“Gaun ini milik ibu saya ketika muda, Adik Kecil. Dia memberikannya pada saya. Sebelumnya panjangnya semata kaki, tapi saya potong sendiri agar saya bisa memadukannya dengan sepatu boots selutut.”
Gadis kecil itu mengangguk mengerti “Gaun itu pasti memiliki kisah lain. Pasti ada penyebab mengapa ibumu terus menyimpan gaun mudanya hingga usiamu cukup untuk memakai gaun itu.”
“Mungkin saja,” saya tersenyum. “Gaunmu sendiri? Dari mana kamu dapat gaun itu?”
Gadis kecil itu memandang lurus ke depan. Tidak ada apa-apa di hadapannya, hanya hamparan rumput hijau yang luas. Taman tempat kami sama-sama duduk sore ini memang besar sekali. Mungkin ia memang tidak memandangi apapun, itu hanya caranya untuk mengingat sebuah kisah dalam benaknya.
“Luana suka mendengar kisah yang panjang?” tanyanya kemudian.
“Ya.”
“Satu minggu yang lalu, sebelum tidur saya bertemu dengan seseorang. Matanya bersinar dan ia memiliki sepasang sayap yang indah. Ia masuk ke kamar saya melalui jendela.”
Ah, rupanya ia terlalu banyak membaca dongeng.
“Apa yang dia lakukan di kamarmu pada malam hari? Kamu tidak takut? Maksud saya, saya akan sangat takut kalau tiba-tiba ada manusia bersayap masuk ke dalam kamar saya pada malam hari. Meski sayapnya indah dan matanya bersinar.”