“Hei, siapa gadis itu? Mengapa ia memakai piyama di acara seformal ini?” tanya seorang gadis yang rupanya menyadari keberadaan saya.
Saya pun berlari dengan cepat meninggalkan tempat itu, meninggalkan kamu yang masih berada di sana dengan pesona yang tidak bisa saya bawa pulang.
***
Pagi ini saya tiba di sekolah lebih awal dari biasanya. Kala saya berjalan masuk melalui gerbang sekolah, saya menyadari bahwa para satpam dan tukang sapu sekolah memperhatikan saya seolah-olah saya ini makhluk langka yang baru kemarian ditemukan. Namun saya tidak menghiraukan mereka. Mereka mungkin hanya bingung mengapa saya datang pagi sekali.
Lama-kelamaan saya mulai merasa tidak nyaman karena mereka mulai berbisik-bisik satu sama lain. Entah mengapa saya tahu mereka sedang membicarakan saya, namun tetap, saya tetap berjalan dengan santai tanpa mempedulikan mereka.
Kelas saya berada di lantai dua. Sebelum hendak naik ke tangga pertama, saya berhadapan dengan sebuah cermin seukuran diri saya, yang di atasnya tertulis “Apakah Anda sudah rapi?”. Saya pun memandangi diri saya di cermin.
Ternyata saya masih pakai piyama.
Karena merasa malu, saya pun berlari masuk ke dalam cermin.
“Oh Luana, mengapa kamu selalu memakai piyama ke pesta?” tanya mata saya tiba-tiba.
Saya memandangi sekitar. Saya berada di pesta lagi, seperti kemarin malam. Namun pesta yang ini berbeda. Saya kembali melihat kamu. Kamu kembali menjadi pusat perhatian di sini. Saya dapat melihat pesona yang bertebaran di mana-mana, sepertinya jatuh dari saku celanamu kala kamu berjalan. Sepenuh itukah sakumu dengan pesona, A?