Penulis:
Muchayat Aziz Syahputra, Bima Pramudya Sakti, Bintang Yolanda S. Simanjuntak, Anisa Sri Akhwati, Rarany Probomdesi, Anggun Dwi Maharani, Khansa Fakhirah Darmawan, Haikal Anandira Syafei
Editor Artikel:
Bintang Yolanda S. Simanjuntak
Banjir di Indonesia, khususnya di Kota Bogor yang dikenal sebagai "kota hujan," merupakan fenomena alam yang sering terjadi akibat curah hujan tinggi, topografi yang kompleks, dan pengelolaan lingkungan yang kurang optimal. Perubahan iklim global telah meningkatkan intensitas curah hujan, memperburuk risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir. Kondisi geografis Kota Bogor, dengan keberadaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan topografi tidak mendukung, semakin memperparah potensi banjir, terutama di musim penghujan. Untuk memahami dan memitigasi risiko banjir, diperlukan pemetaan kerawanan banjir berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) yang menganalisis faktor-faktor seperti ketinggian, kemiringan lahan, dan tutupan lahan dalam rentang waktu 30 tahun terakhir. Hasil pemetaan ini diharapkan membantu perencanaan mitigasi yang lebih efektif di masa depan.
Peta kerawanan banjir Kota Bogor menunjukkan perubahan signifikan dari tahun 2003 hingga 2023. Pada 2003, sebagian besar wilayah memiliki tingkat kerawanan rendah hingga sangat rendah, terutama di bagian utara dan tengah kota. Area dengan kerawanan tinggi terkonsentrasi di bagian selatan, yang kemungkinan disebabkan oleh topografi dan drainase yang buruk. Pada 2013, terjadi peningkatan kerawanan di berbagai wilayah, ditandai dengan meluasnya area kerawanan sedang dan tingginya penyebaran zona kerawanan tinggi ke bagian tengah dan utara kota. Perubahan ini kemungkinan besar disebabkan oleh urbanisasi yang pesat dan alih fungsi lahan yang mempengaruhi daya serap air.
Pada 2023, pola kerawanan menunjukkan perbaikan di beberapa wilayah. Area kerawanan tinggi kembali berkurang dan terkonsentrasi di bagian selatan, sementara kerawanan rendah hingga sangat rendah tetap dominan di berbagai wilayah kota. Hal ini menunjukkan adanya dampak positif dari upaya mitigasi banjir, seperti peningkatan infrastruktur drainase dan pelestarian wilayah resapan air. Secara keseluruhan, tren kerawanan banjir dari 2003 hingga 2023 mencerminkan dampak interaksi antara urbanisasi dan upaya pengelolaan lingkungan di Kota Bogor.