Saya cukup kesal dengan fakta ini dimana orang-orang masih saja mencari keuntungan diatas suatu musuh yang menimpa seluruh penjuru negeri.
Ini merupakan satu dari banyak contoh kasus yang terjadi di daerah saya dan saya pikir berlaku juga di semua daerah di Indonesia. Selain harga masker dan hand sanitizer, harga kebutuhan bahan pokok juga ikutan naik namun dengan harga yang masih bisa dikatakan wajar.
Mereka adalah ekonom-ekonom yang pintar sekali membaca situasi pasar kemudian mengendalikannya. Menurut hukum ekonomi, semakin langka dan susah di dapat maka akan semakin mahal pula harganya. Begitulah kira-kira.
Kita tidak menyalahkan para pelaku bisnis, namun harga yang dipatok jauh diatas nalar. 2 bulan sebelum Pandemi covid-19 melanda Indonesia, harga selembar masker bedah berwarna hijau ini masih berada di kisaran 1000-2000 rupiah perlembar kini harganya melonjak tajam hingga menyentuh 15.000 rupiah perlembar. Jika di bandingkan, kira-kira lebih setara dengan harga  rokok Surya 12 (18.000).
Masker Yang Sesuai Standar Kesehatan
Berbicara mengenai masker, hanya dua jenis masker yang dijual di apotek yang sesuai dengan standar kesehatan dengan harga yang cukup terjangkau yakni masker bedah (surgical mask) dan masker N95. Jika pun masih ada yang lain maka harganya pasti lebih mahal.
Kedua masker ini merupakan masker sekali pakai atau disposable dan hanya dianjurkan digunakan oleh tenaga kesehatan dan orang yang sedang sakit.
Normalnya penggunaan masker sesuai standar kesehatan adalah 3-4 jam kemudian diganti lagi dengan yang baru. Jika dipakai berulang-ulang maka akan membahayakan kesehatan kita. Bukannya melindungi diri dari virus, malah akan membuat virus itu menempel di permukaan masker.Â
Masker Alternatif
Guna mengatasi kelangkaan masker, ada beberapa jenis masker alternatif selain masker bedah dan N95.