Mohon tunggu...
Lius tedju
Lius tedju Mohon Tunggu... Editor - Admin

#YNWA

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Covid-19 : "Cara Jitu Turkmenistan Menjaga Negaranya Tetap 0 Kasus"

1 April 2020   09:07 Diperbarui: 1 April 2020   11:40 7620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanggal 01 April 2020, covid-19 sudah menyebar hingga ke 202 negara di seluruh dunia dengan total 856.700 kasus. Tetapi tahukah anda, Turkmenistan merupakan satu dari 13 negara lainnya yang belum/tidak memiliki kasus covid-19 alias 0 kasus? 

Jika kemarin saya sudah menulis mengenai cara nyeleneh ala Presiden Belarus yang tidak menerapkan social distancing, warga juga diizinkan untuk beraktivitas dengan normal, berkebun, berkumpul di keramaian serta menonton pertandingan sepakbola. 

Kebijakan ini sangat kontras yang mana  hampir semua negara pada was-was dengan Covid-19, Belarus malah menerapkan kebijakan yang aneh bin ajaib. Tentu aneh bukan. Lanjutnya bisa dibaca disini "Berkenalan Dengan Belarus Negara Yang Kebal Covid-19"

Ada lagi negara Kuba, negara kepulauan di Amerika Tengah yang bertindak bak Avengers di dunia nyata. Kabarnya tim medis dari negara komunis ini sudah terjun langsung untuk membantu 32 negara yang terdampak covid-19.

Mengirimkan bantuan berupa tenaga medis ternyata sudah menjadi senjata utama Kuba untuk menjaga hubungan diplomatik mereka. Penasaran dengan kisahnya? Saya sudah pernah buat artikelnya dan anda bisa membacanya disini "Mengenal Kuba, Negara Komunis Yang Humanis"

Oke sudah dulu intermezzonya,  mari kita bahas Turkmenistan ya tentang bagaimana cara mereka survive dari covid-19. Hingga saat ini belum ada kasus positif disana padahal Negara-negara yang berbatasan dengan Turkmenistan - termasuk Kazakhstan, Uzbekistan, dan Afghanistan - telah terpapar virus ini. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada peta dibawah ini. 

Peta Negara Turkmenistan via google maps. bvbylons
Peta Negara Turkmenistan via google maps. bvbylons

Di selatan Turkmenistan, Iran  telah melaporkan lebih dari 44.700 infeksi pada 31 Maret, termasuk hampir 3.000 kematian. Kasus ini merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

Bekas jajahan Russia ini  telah melarang media menggunakan kata "covid-19" kata pengawas kebebasan media internasional.

Reporters Without Borders mengatakan pada Selasa kemarin, kata itu juga telah dihapus dari brosur informasi kesehatan yang didistribusikan di sekolah, rumah sakit, dan tempat kerja.

Negara Asia Tengah yang kaya akan gas itu sejauh ini tidak melaporkan adanya virus corona di negaranya. Wah hebat ya....

Lantas apa saja kebijakan ekstrim namun terbukti sukses meredam virus corona?

1. Tidak Boleh Menggunakan Istilah covid-19

Seperti yang sudah sempat dibahas diatas, orang-orang di negara ini diberikan kebebasan untuk melakukan apa saja tetapi tidak dengan penyebutan "covid-19". Jika kedapatan ada yang menggunakan istilah ini maka mereka akan langsung ditangkap oleh polisi yang berpakaian preman.

Sebagai gantinya brosur lama yang bertuliskan kata covid-19 yang mana memuat informasi tentang cara-cara mencegah penyebaran virus,

publikasi baru mengganti kata "covid-19" dengan kata-kata seperti "penyakit" dan "penyakit pernapasan akut".

Brosur baru ini kemudian diedarkan ke seluruh sekolah dan rumah sakit dan juga tempat kerja.

"Otoritas Turkmenistan telah hidup sesuai dengan reputasi mereka dengan mengadopsi metode ekstrem ini untuk menghapus semua informasi tentang covid-19 ," kata Jeanne Cavelier, kepala kelompok dan hak-hak media Eropa Reporters Without Borders (RSF) di Eropa Timur dan Asia Tengah.

2. Larangan penggunaan Masker

Selain larangan penggunaan kata covid-19, Orang-orang yang kedapatan Menggunakan masker ditempat umum juga  akan ditangkap. Menurut wartawan yang berbasis di ibukota, Ashgabat, yang melaporkan untuk Radio Azatlyk , layanan bahasa Turkmenistan dari Radio Free Europe / Radio Liberty .

Lah kok bisa? Dihampir semua negara terdampak dianjurkan untuk memakai masker jika berpergian ke tempat-tempat umum. Ini malah dilarang!. Larangan ini ada jauh sebelum WHO juga melarang penggunaan masker kecuali orang tersebut sedang sakit.

3. Menutup Perbatasan

Kalau ini sih masih masuk akal sehat karena semua negara juga memberlakukan hal yang sama.

Sejak tanggal 20 Maret lalu, Pemerintah setempat sudah menutup akses dari dan ke Kota Ashgabat, ibukota negara Turkmenistan. Lalu lintas antara provinsi-provinsi negara itu juga dibatasi, dengan pos-pos pemeriksaan disiapkan di jalan TOL.

Namun kekhawatiran atas wabah di antara penduduk setempat, bersama dengan pembatasan, telah membuat harga kebutuhan pokok melonjak tajam.

4. Tetap Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala

Meski menerapkan kebijakan yang beda dari kebanyakan negara, Pemerintah Turkmenistan tetap melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi warganya. 

Kebijakan-kebijakan cukup ekstrim diatas terbukti ampuh secara psikologis dan merubah pola pikir masyarakat tentang covid-19. Semuanya mudah dikendali dikarenakan pemimpin Negara ini yang terkenal sangat lugas dan tegas.

Presiden Turkmenistan, Berdymuhammedov. @loftiwada
Presiden Turkmenistan, Berdymuhammedov. @loftiwada
Turkmenistan saat ini dipimpin oleh Presiden Berdymukhamedov yang mempunyai ketegasan yang dikabarkan hampir sama dengan Presiden Rusia  Vladimir Putin. Berdymukhamedov sudah menjadi Presiden sejak tahun 2006.

Pada tahun 2017 melaui polling dari majalah republik, Berdymukhamedov masuk 5 besar Pemimpin dunia dengan cap diktator dengan hasil polling mencapai 97.69%. 

5 pemimpin dunia dengan label diktator. @republic
5 pemimpin dunia dengan label diktator. @republic

Selain memiliki pemimpin yang tegas, Turkmenistan juga dikenal sebagai negara yang tertutup dari negara luar. Seperti halnya Korea Utara, Turkmenistan juga dikenal sebagai salah satu negara paling tertutup di dunia.

Menurut World Freedom Index RSF tahun 2019 , Turkmenistan adalah salah satu negara paling tertutup di dunia. Pemerintah mengendalikan semua media domestik serta akses internet yang dibatasi. Kebijakan ini banyak ditentang oleh negara luar.

Sekitar 5,8 juta penduduk Turkmenistan hanya memiliki akses ke informasi yang sangat sepihak tentang epidemi coronavirus sementara, menurut pihak berwenang, sejauh ini tidak ada kasus yang terdeteksi di Turkmenistan.

Well.. menurut pandangan penulis sih negara-negara tertutup dan juga yang mempunyai paham komunis lebih cepat tanggap terhadap virus corona dikarenakan masyarakatnya patuh dan disiplin terhadap keputusan pemerintah yang tentu berdampak positif khususnya seperti dalam hal meredam virus corona.

Selain negara Belarus, Cuba dan Turkmenistan yang sudah penulis bahas, ada juga negara tertutup dan beraliran komunis lainnya yang hingga saat ini belum/tidak memiliki kasus virus corona seperti : Laos, Myanmar, dan Sudan Selatan.

Ada juga China yang meskipun 81.000 warganya terpapar covid-19, tingkat kesembuhan mencapai 92% dan  merupakan yang tertinggi di dunia. 

Begitu juga dengan Vietnam dengan kasus penanganan terbaik di ASEAN dengan nol kasus kematian serta Jerman yang dikenal sebagai penanganan kasus Terbaik di Eropa dengan tingkat kematian yang rendah sekitar 0.5%. 

Kalau Korea Utara hingga saat ini tidak mempublikasikan kasus mereka ke dunia internasional.

Hal yang tentu berkebalikan dengan cara penanganan negara dengan paham demokrasi pada umumnya. Contoh kasus Indonesia dimana pemerintah enggan melakukan Lockdown  karena ditakutkan banyak warga yang tidak patuh serta kesadaran masyarakat yang masih rendah. 

Bagaimana menurut teman-teman Kompasianer? 

Sumber berita : Reporters Without Borders
Sumber data : Worldometers

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun