Protokol Montreal' dibuat - yang merupakan sebuah perjanjian pada tahun 1987 di mana negara-negara di seluruh dunia menerapkan langkah-langkah untuk menghentikan penggunaan bahan perusak ozon (dikenal sebagai ODS).
Sejak saat itu, jumlah senyawa yang bisa menyebabkan reaksi kerusakan lapisan ozon pun berkurang namun tentu saja akan membutuhkan waktu yang cukup lama.Â
Menurut peneliti, kemungkinan kadar klorin di atmosfer bisa kembali normal dalam waktu 50 tahun. Artinya, kemungkinan pada 2065 lubang ozon di Antartika akan mengecil ukurannya.
Coronavirus dan Lapisan Ozon
Kemunculan covid-19 tidak serta-merta menjadi satu-satunya alasan mengapa lapisan ozon mulai pulih. Namun dengan kemunculan covid-19, membuat lapisan ozon akan lebih cepat pulih dari prediksi yang telah dibuat oleh para ahli.
Pulihnya lapisan ozon sudah mulai terlihat setelah protokol Montreal ditanda-tangani 1987 silam. Kemudian diikuti oleh protokol 1990 (London), 1992 (Kopenhagen), 1995 (Vienna), 1997 (Montreal) dan 1999 (Beijing). Kini sudah 196 negara di seluruh dunia berkomitmen untuk menjaga lapisan ozon.Â
Dengan menyebarnya covid-19 hingga ke 200 negara di seluruh dunia membuat beberapa kota menerapkan sistem Lockdown. Kota-kota industri seperti kota-kota mati. Seluruh aktivitas publik ditutup untuk sementara hingga covid-19 bisa dikendalikan.Â
Dampaknya polusi udara menurun drastis, udara menjadi lebih bersih, mulai berkurangnya penggunaan bahan-bahan yang dapat memicu terjadinya kerusakan pada lapisan ozon.Â
Baca juga : "dampak positif dari virus Corona lainnya"
Kabar baik itu muncul dari para ilmuwan ketika mengamati bahwa lapisan ozon di Antartika mulai pulih meski baru beberapa persen dimana beberapa perubahan atmosfer di belahan bumi selatan telah berhenti. Sebelum awal abad ini, perubahan sudah sangat terasa yang menyebabkan perubahan dramatis dalam pola cuaca diberbagai belahan dunia.Â
Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Antara Banerjee, seorang Visiting Fellow CIRES di University of Colorado Boulder yang juga bekerja di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), mengatakan,Â