"Data dari ISS beserta Satelit ESA dan NASA menggambarkan polusi NO sebelum dan sesudah Virus Corona merebak. Penurunan kinerja produksi industri mengakibatkan penurunan polusi udara".Â
Sebelum membahas dampak dari Virus Corona, alangkah baiknya kita harus mengetahui sejarah dari virus ini.Â
Sejarah Virus Corona
Virus corona menginfeksi manusia dan banyak vertebrata lainnya. Penyakit pada manusia sebagian besar merupakan infeksi saluran pernapasan atau gastrointestinal, namun gejalanya dapat berkisar dari flu biasa hingga infeksi saluran pernapasan bawah yang lebih parah seperti pneumonia. Â
Menurut situs ecdc.europa.eu, Coronavirus (CoV) telah diidentifikasi sebagai patogen manusia sejak 1960-an.
Sejumlah besar coronavirus ditemukan pada kelelawar, yang mungkin memainkan peran penting dalam evolusi virus alfa - dan betacoronavirus khususnya. Namun, spesies hewan lainnya juga dapat bertindak sebagai perantara.Â
Hingga saat ini, tujuh coronavirus telah terbukti menginfeksi manusia. Virus corona manusia yakni : Betacoronavirus HCoV-OC43, HCoV-HKU1, Alphacoronavirus HCoV-229E yang menyebabkan pilek dan juga infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang parah pada kelompok usia termuda dan tertua; sementara Alphacoronavirus HCoV-NL63 dianggap sebagai penyebab penting dari (pseudo) croup dan bronchiolitis pada anak-anak.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari ke-tujuh Koronavirus, hanya 3 jenis yang telah muncul dan menyebabkan wabah serta merenggut nyawa manusia yakni:Â
1. SARS-CoV (Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus)Â
Pertama kali ditemukan di China bagian selatan pada bulan November 2002 dimana virus ini mulanya ditemukan berpindah dari kelelawar ke musang sebelum akhirnya menjangkiti manusia.Â
Dalam hitungan bulan, SARS menyebar hingga ke 37 negara di Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, dan Asia. Termasuk diantaranya Jepang, Singapura, Kanada, Vietnam, Jerman, Amerika Serikat, Taiwan, Thailand, Swiss, Italia, Australia, dan Brasil.
Penyebaran SARS masuk dalam kategori epidemi sejak merebak ke sejumlah negara di dunia pada Juli 2003.
WHO melaporkan jumlah kasus positif SARS di seluruh dunia mencapai 8.437 orang dengan 813 dinyatakan meninggal. Dalam waktu delapan bulan sejak kasus pertama kali dilaporkan, tercatat ada 8.096 orang dinyatakan positif mengidap SARS dengan tingkat kematian 9.63%.Â
2. MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus)
Virus ini awalnya ditemukan di Arab Saudi pada tahun 2012 dan menyebar hingga ke 27 negara di dunia.
Tercatat 2.494 kasus MERS yang dilaporkan di seluruh dunia dengan 858 orang kehilangan nyawanya. Adapun tingkat kematian MERS sangat tinggi yan mencapai 34.45%.Â
3. 2019-nCoV (Novel Corona Virus)
Pada akhir 2019, sebuah coronavirus baru terkait dengan sekelompok kasus pneumonia di Wuhan, Cina (2019-nCoV) diidentifikasi. 2019-nCoV berkaitan erat dengan SARS-CoV yang pernah terjadi 2002 silam.
Dari ke-tujuh jenis virus Corona dan 3 menjadi wabah, virus Corona tahun 2019 merupakan virus Corona terparah yang pernah dan sedang terjadi. Penyebaran virus yang begitu cepat dan sampai detik ini belum ditemukan vaksin yang tepat menjadi alasan bahkan dokter yang pertama kali mengidentifikasi virus Corona 2019 juga sudah meninggal begitu juga dengan wakil direktur RS Wuhan serta Penasehat Pemimpin Tertinggi Iran juga ikut menjadi korban keganasan virus ini.
Penyebaran Virus Corona
Sejumlah besar coronavirus ditemukan pada kelelawar, yang mungkin memainkan peran penting dalam evolusi virus alfa - dan betacoronavirus khususnya. Namun, spesies hewan lain juga dapat bertindak sebagai inang dan reservoir hewan.
Masa inkubasi virus korona berkisar antara 2--14 hari. SARS-CoV memiliki masa inkubasi antara 3--10 hari dan MERS-CoV hingga 14 hari.
Pada manusia, penularan coronavirus antara individu yang terinfeksi dan orang lain dapat terjadi melalui sekresi pernapasan. Hal ini dapat terjadi baik secara langsung melalui tetesan dari batuk atau bersin, atau secara tidak langsung menyentuh benda atau permukaan yang terkontaminasi serta kontak dekat, seperti menyentuh atau berjabat tangan dan kemudian menyentuh hidung, mata atau mulut Anda
Hingga tulisan ini dibuat, sudah 185 negara termasuk Indonesia yang menyatakan sudah positif terkena virus Corona dengan total penderita mencapai 276.125 kasus diseluruh dunia dengan korban meninggal mencapai 11.404 orang dimana sudah 91.952 orang dinyatakan sembuh. China masih mendominasi dengan hampir  80.000 lebih kasus. Dari jumlah tersebut, 2.944 orang dilaporkan meninggal, kemudian 47.153 orang dinyatakan sembuh.
Negara selain China dengan kasus terbanyak terjadi di Korea Selatan dengan 4000 lebih kasus. Italia menjadi Negara ketiga dengan kasus terbanyak dengan hampir mencapai 2000 kasus. Sementara itu Indonesia dengan 2 kasus yang terkonfirmasi kemarin.
Angka Penderita Virus Corona diprediksi masih akan terus bertambah maupun berkurang seiring berjalannya waktu.Â
Dampak Virus Corona
Efek domino Virus Corona selain di bidang kesehatan tentunya, Ekonomi dan Bisnis dimana kegiatan produksi, ekspor-impor menjadi terhambat bahkan terhenti yang tentunya berdampak pada kurangnya pasokan dan kebutuhan menjadi langkah, aktivitas menjadi terhambat, aktivitas penerbangan dan pelayanan di-block yang membuat sektor pariwisata khususnya di Indonesia menjadi lusush bahkan pemerintah menurunkan harga tiket pesawat hingga 50% untuk 10 destinasi wisata di Indonesia agar tidak lesuh.
Dalam dunia Olahraga, olahraga multi event seperti Olimpiade Tokyo terancam ditunda, begitu juga gelaran MotoGP yang rencananya digelar bulan ini. Olahraga Sepakbola bahkan sudah lebih dahulu melakukan beberapa penundaan maupun digelar tanpa penonton di Liganya masing-masing dimulai dari Liga Italia, Jepang, Korea, Thailand.Â
Bahaya Virus Corona begitu mengerikan dilihat dari kasus yang sudah menyentuh 90.000 lebih namun jika dibandingkan dengan SARS dan MERS, meski begitu, Virus Corona 2019 mempunyai tingkat kematian yang lebih rendah dengan persentase 4.13%. Bandingkan dengan Corona 2002 (9.63%) serta Corona 2012 (34.45%). Artinya tingkat kesembuhan penderita Virus Corona 2019 sangat besar.Â
Meskipun banyak dampak negatif, adanya Virus Corona juga ternyata memberikan dampak positif khususnya terhadap kualitas udara di China. Ya, polusi udara di China menurun drastis. Berdasarkan pengamatan NASA menggunakan satelit pemantauan polusi, NASA mengukur konsentrasi nitrogen dioksida udara  (NO2), gas yang berakhir di udara dari pembakaran bahan bakar, terutama dari mobil, truk, bus, dan pembangkit listrik dari tanggal 1 hingga 20 Januari, dan 10 hingga 25 Februari, para peneliti melihat "penurunan signifikan" dalam polusi di Wuhan dan seluruh Cina karena perlambatan ekonomi.Â
Jutaan orang di China telah di-lockdown sejak akhir Januari, dan banyak  pabrik di negara itu tutup karena wabah. Di Wuhan, ibukota provinsi Hubei tempat virus berasal, orang harus mengikuti panduan ketat untuk meninggalkan rumah mereka dan dikenakan pemeriksaan suhu untuk pergi berbelanja bahan makanan. Pada awal Februari, pejabat Beijing mengumumkan bahwa semua penduduk yang kembali ke Beijing harus mengkarantina diri selama 14 hari.Â
Peta di atas menunjukkan kepadatan konsentrasi NO2 dalam warna biru, kuning dan oranye di seluruh China selama periode waktu tersebut. Pengurangan dimulai di Wuhan, dan kemudian menyebar ke seluruh negara, menurut NASA.
"Ini adalah pertama kalinya saya melihat penurunan dramatis di area seluas itu" kata Fei Liu, seorang peneliti kualitas udara di Goddard Space Flight Center NASA, seperti yang dikutip dari CNBC dari NASA.Â
Biasanya, tingkat NO2 yang lebih rendah di Cina sekitar waktu tahun ini, karena banyak bisnis dan pabrik tutup untuk perayaan Tahun Baru Imlek negara itu. Peta di bawah menggambarkan bagaimana konsentrasi NO2 (warna biru, kuning dan oranye) turun selama festival Tahun Baru Imlek 2019, dan kemudian naik setelah itu ketika bisnis dilanjutkan.Â
"Dampak karantina dan pembatasan perjalanan yang belum pernah terjadi sebelumnya telah membuat perekonomian Tiongkok sekarang macet," kata Stephen Roach, seorang peneliti senior di Universitas Yale, kepada CNBC's "Squawk Box" pada hari Jumat. Memang, telah terjadi penurunan konsumsi batubara dan lalu lintas transportasi, tambahnya.
Dengan semakin meluasnya penyebaran dari ini yang sudah menginfeksi 185 negara, bukan tidak mungkin negara lainnya akan melakukan hal yang sama seperti China. Itu artinya polusi udara, air, tanah dan suara akan semakin menurun. Udara yang kita hirup akan semakin segar, air semakin jernih, tingkat kebisingan semakin berkurang dan masih banyak hal positif lainnya.Â
Terlepas dari dampak negatif maupun positif, tentunya kita semua berharap agar virus Corona bisa segera teratasi dan tidak lagi memakan korban jiwa.
Sumber : WHO, CNBC,NASA, American Society For Microbiology, Ecdc.Europa.eu, aafp.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H