Jutaan orang di China telah di-lockdown sejak akhir Januari, dan banyak  pabrik di negara itu tutup karena wabah. Di Wuhan, ibukota provinsi Hubei tempat virus berasal, orang harus mengikuti panduan ketat untuk meninggalkan rumah mereka dan dikenakan pemeriksaan suhu untuk pergi berbelanja bahan makanan. Pada awal Februari, pejabat Beijing mengumumkan bahwa semua penduduk yang kembali ke Beijing harus mengkarantina diri selama 14 hari.Â
Peta di atas menunjukkan kepadatan konsentrasi NO2 dalam warna biru, kuning dan oranye di seluruh China selama periode waktu tersebut. Pengurangan dimulai di Wuhan, dan kemudian menyebar ke seluruh negara, menurut NASA.
"Ini adalah pertama kalinya saya melihat penurunan dramatis di area seluas itu" kata Fei Liu, seorang peneliti kualitas udara di Goddard Space Flight Center NASA, seperti yang dikutip dari CNBC dari NASA.Â
Biasanya, tingkat NO2 yang lebih rendah di Cina sekitar waktu tahun ini, karena banyak bisnis dan pabrik tutup untuk perayaan Tahun Baru Imlek negara itu. Peta di bawah menggambarkan bagaimana konsentrasi NO2 (warna biru, kuning dan oranye) turun selama festival Tahun Baru Imlek 2019, dan kemudian naik setelah itu ketika bisnis dilanjutkan.Â
"Dampak karantina dan pembatasan perjalanan yang belum pernah terjadi sebelumnya telah membuat perekonomian Tiongkok sekarang macet," kata Stephen Roach, seorang peneliti senior di Universitas Yale, kepada CNBC's "Squawk Box" pada hari Jumat. Memang, telah terjadi penurunan konsumsi batubara dan lalu lintas transportasi, tambahnya.
Dengan semakin meluasnya penyebaran dari ini yang sudah menginfeksi 185 negara, bukan tidak mungkin negara lainnya akan melakukan hal yang sama seperti China. Itu artinya polusi udara, air, tanah dan suara akan semakin menurun. Udara yang kita hirup akan semakin segar, air semakin jernih, tingkat kebisingan semakin berkurang dan masih banyak hal positif lainnya.Â
Terlepas dari dampak negatif maupun positif, tentunya kita semua berharap agar virus Corona bisa segera teratasi dan tidak lagi memakan korban jiwa.
Sumber : WHO, CNBC,NASA, American Society For Microbiology, Ecdc.Europa.eu, aafp.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H