Mohon tunggu...
Liufany Astomie Putri
Liufany Astomie Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Be a rainbow in someone else's cloud

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seven Deadly Sins - Tujuh Dosa Besar

8 Februari 2021   20:59 Diperbarui: 9 Februari 2021   11:11 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rakus adalah suatu sifat ingin menguasai atau mendapatkan bagian lebih banyak daripada orang lain tanpa memperhitungkan mana yang halal dan haram. Sifat ini sebagai sebab timbulnya rasa dengki, hasut, permusuhan, perbuatan keji, dan kemungkaran lainnya, yang kemudian pada akhirnya mengakibatkan manusia lupa kepada Allah Swt, kehidupan akhirat serta menjauhi kewajiban agama.

Dalam Al-Quran dikatakan, "Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan dunia, bahkan lebih tamak dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan." (Q.S. Al-Baqarah ayat 96) Beberapa ulama tafsir menyebutkan bahwa yang dicontohkan dalam ayat ini adalah kaum Yahudi di Arab kala itu. Meski begitu mengingat pesan Al-Quran ditujukan untuk semua manusia, sesungguhnya potensi bertindak rakus itu bisa teerjadi pada siapa saja.

Ungkapan tentang bahaya sikap rakus dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah, "Bahwa rakusnya seseorang terhadap harta benda dan kedudukan akan merusak agamanya dan kerusakan ini lebih dahsyat dibanding kerusakan dua serigala yang sedang lapar terhadap kambing yang menyendiri. Ungkapan lain datang dari Mahatma Gandhi, "Bumi mampu mencukupi semua kebutuhan seluruh manusia, tetapi tidak mampu mencukupi kerakusan seorang manusia." Begitulah, rakus dapat menyebabkan seseorang lupa menyembah kepada-Nya, memeras serta merampas hak-hak orang lain.

Kemalasan (Sloth)

Malas adalah suatu perasaan di mana seseorang akan enggan melakukan sesuatu karena dalam pikirannya sudah memiliki penilaian negatif atau tidak adanya keinginan untuk melakukan hal tersebut. Malas juga timbul karena kebiasaan seseorang yang cenderung bermalas-malasan untuk melakukan suatu pekerjaan.

Menurut Imam Ibnul Qoyyim ra mengatakan, "Adapun malas maka akan melahirkan sifat menyia-nyiakan waktu, tidak mendapat apa pun, dan penyesalan yang sangat parah. Maka hal itu akan menafikan sifat keinginan dan kekuatan yang keduanya merupakan buah dari ilmu. Sesungguhnya apabila seseorang mengetahui bahwa kesempurnaan dan kenikmatannya pada sesuatu tentu akan mencarinya dengan usaha dan keinginan yang kuat. Karena setiap orang akan selalu berusaha untuk menggapai kesempurnaan diri dan kelezatannya. Akan tetapi, kebanyakan mereka salah dalam menempuh jalan karena tidak adanya ilmu. Malas adalah sifat dasar orang-orang munafik."

Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah pernah bersabda mengenai diantaranya faktor penyebab munculnya rasa malas dan cara mengatasinya. Berikut ini sabda Rasulullah: "Setan mengikat pada tengkuk kepala seseorang kelian manakala ia tidur dengan tiga ikatan, yang ia buat tempatnya pada tiap ikatan dengan mengatakan: "Bagimu malam yang panjang maka tidurlah." Maka jika ia bangun lantas berdzikir kepada Allah Swt terbukalah satu ikatan, kemudian jika ia berwudhu terbukalah satu ikatan lagi, kemudian jika ia salat maka terbukalah seluruh ikatan, maka ia pun di pagi hari dalam keadaan bersemangat dan baik jiwanya. Namun kalau tidak demikian maka ia di pagi hari dalam keadaan jelek jiwanya lagi pemalas." (Shohih Al-Bukhari 1143)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun