Mohon tunggu...
Kusuma Wardhani
Kusuma Wardhani Mohon Tunggu... Konsultan - longlife learner

longlife learner http://littlenoona.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cerita Lain Tentang Poligami

13 Maret 2012   12:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:07 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya yakin banyak yang buka notes ini karena tertarik dengan judulnya. Apalagi kaum hawa. Sebenarnya saya di sini tidak akan membahas poligami dari sisi hukum maupun kaidah-kaidahnya, tapi saya hanya coba mengetengahkan contoh kisah poligami yang mungkin jarang terangkat ke publik. Selama ini kita selalu mendengar kisah poligami yang bersumber dari kehidupan Rasulullah saw. Tapi coba kita melihat kisah poligami yang secara waktu lebih dulu dibanding dengan kisah poligami Rasulullah saw. Ya, kisah Nabi Ibrahim, Sarah dan Hajar.

Dikisahkan Sarah adalah wanita yang mendapat julukan al mar’ah al mubarokah (wanita yang diberkahi). Beliau adalah wanita yang pertama kali mengimani seruan dari Nabi Ibrahim as sehingga memang diperuntukkan Allah untuk menjadi pendamping sekaligus partner dakwah Nabi Ibrahim as. Sarah dikenal juga sebagai perempuan yang cantik, sampai-sampai Raja Namrud yang merupakan musuh Nabi Ibrahim as kala itu ingin mempersuntingnya, padahal Namrud tahu kalau Sarah itu udah jadi istrinya Nabi Ibrahim as. Secantik apa ya? Nggak usah dibayangin deh Bu.....

Menjadi pendamping hidup seorang Nabi tentu bukanlah hal yang gampang. Butuh kesabaran dan ketangguhan yang lebih menghadapi fitnah yang menerpa selama berdakwah. Seperti sebuah pepatah, “Dibalik laki-laki hebat pastilah terdapat perempuan yang hebat.”  Dalam keadaan sulit, seorang suami terkadang bisa goyah karena tidak tega melihat istrinya juga mengalami kesusahan. Diceritakan bahwa Sarah sangatlah kuat menopang dakwah Nabi Ibrahim as, tidak pernah mengeluh meskipun secara zhahir dalam keadaan yang sulit.

Hingga akhirnya Ibrahim dan Sarah diuji dalam hal keturunan. Setelah sekian lama hidup bersama tidak juga kunjung datang. Akhirnya dengan penuh inisiatif, Sarah mengajak Nabi Ibrahim berunding. Dengan pertimbangan keberlangsungan dakwah Nabi Ibrahim, akhirnya muncullah tawaran dari Sarah, “Bagaimana jika kau menikah dengan Hajar?”. Dan demi pertimbangan keberlangsungan dakwah akhirnya Nabi Ibrahim menerima tawaran Sarah.

Life seems not be the same anymore. Muncul sedikit rasa cemburu dalam hai Sarah, dan akhirnya sudah tidak kuat ketika Hajar melahirkan Ismail. Dalam suatu riwayat, Sarah meminta Ibrahim dan Hajar untuk menjauh darinya, bukan karena benci tapi karena hati yang belum siap. T.T

Tidak hanya sampai di situ, Allah pun akhirnya menguji Sarah dengan memberikannya keturunan setelah kelahiran Ismail. Di sinilah ada hukum transfer kebahagiaan, jika kita menginginkan kebahagiaan yang besar maka berikanlah kebahagiaan yang besar untuk orang lain. Lahirlah Ishak dikala Sarah dan Ibrahim sudah sangat renta. Dan Subhanallah, dari Ishak inilah lahir keturunan Nabi, seperti tersebut dalam surat Hud 60-73. Dikatakan bahwa setelah Ishaq ada Ya’qub lalu Yusuf, dan kemudian dari Yusuf lahirlah Nabi-Nabi dari Bani Israil termasuk Musa dan yang terakhir adalah Isa. Inilah keagungan dan keistimewaan yang dimiliki Sarah.

Pertimbangannya untuk menawarkan poligami kepada Ibrahim membuahkan hasil dan tentunya pahala yang besar. Keputusan yang tidak hanya didasarkan pada sekedar untuk mempunyai keturunan, tapi lebih dari itu adalah bagaimana menjaga keberlangsungan dakwah, melahirkan generasi sholih sholihah yang akan terus membina generasi Rabbani.

Sebagai penutup, ada cerita nyata, seorang istri yang kemudian meminta suaminya untuk menikah lagi. Tanya kenapa? Alasannya, saya tidak ingin engkau cuman mendapatkan 3 orang keturunan dari saya, engkau adalah orang sholih, harusnya bisa lebih banyak lagi mencetak mujahid mujahidah yang memperjuangkan Islam.

Well, saya cuma menceritakan lho ya....Silahkan ditafsirkan sendiri-sendiri. Enjoy!

Diceritakan kembali berdasarkan Kjian Rutin Pagi Hari Mardliyyah UGM oleh Ust Sholihun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun