Aku menunjuk ke istana di depan sana, namun aku tak mungkin mengatakan itu istana. Mana mungkin manusia ini percaya begitu saja.
"Waaw.. tapi kenapa dinamai Istana Bunga ?"
Melati menanyaiku, namun aku hanya tersenyum kecil lalu meninggalkannya bersama adikku."
Bumi menangis ketika kakinya melangkah memasuki istanaku. Sungguh aku ga tau apa maksudnya. Aku merasa ini hal biasa, akan tetapi.. air mata bumi kali ini berwarna merah muda, senada dengan gaun yang digunakan Melati saat ini. Dia tampak seperti seorang putri bagiku.
Raja dan Ratu sedang pergi ke balik bukit, mungkin sedang bicara dengan sang Kumbang, begitulah kata dayang-dayang.
Makan malam tiba, Melati duduk di depanku. Aku makin merasakan hal yang tak biasa dengannya. Aku ini pangeran dari sejenis bunga Melati, tapi aku dinamai Raymond. Pangeran Raymond. Tidak salah kan kalau aku menyukai manusia bernama Melati ini ?
Gemerlap bintang memenuhi ruangan makan, ditambah dengan keharuman luar biasa yang lebih dari biasanya. Tiba-tiba terompet di tiup tiga kali. Tentu, ini adalah tanda kedatangan raja dan ratu kami. Raja dan Ratu Flowers.
"Uhuk.. uhuk.. maaf, sepertinya perjalanan ke balik bukit menyebabkan aku sedikit batuk."
Raja bicara sambil terbatuk-batuk.
"Terima kasih telah menjemputnya, Raymond. Kau pintar sekali untuk tidak kelihatan mencolok di depan Melati."
Ratu tersenyum setelah mengucapkan kata-kata itu, namun aku makin tak mengerti. Makan malam dilanjutkan, tapi ucapan Ratu tak dilanjutkan, beralih ke pembicaraan lain yang membuatku semakin penasaran.