Segala macam nilai kehidupan disispkan oleh sang penulis. Penulis dengan hati-hati meyakinkan para pembaca bahwa Celestine North sang perfeksionis ini jugalah seorang manusia yang masih memiliki perasaan dan rasa sakit. Segala macam pikiran dan perkataan Celestine North di tulis dengan baik dan jelas.Â
Pembaca dengan mudah mengerti apa yang dirasakan Celestine. Kehidupan Celestine dijelaskan dengan sangat detail, namun karena sudut pandang yang diambil oleh penulis merupakan sudut pandang orang pertama, pembaca hanya dapat menilai karakter lain melalui pandangan Celestine.
Plot dan jalan cerita novel ini dapat diikuti dengan mudah, namun karena penjelasan yang sangat detail, jalan cerita menjadi terkesan lambat dan sangat dilebih-lebihkan. Tokoh Celestine North yang digambarkan sebagai Poster girl kurang menarik. Untuk menjadi karakter yang dianggap kuat dan bertekad teguh, Celestine yang masih sebuah anak yang dipenuhi kebingungan dan tekad yang lemah belum cocok untuk dijadikan contoh. Anak yang masih duduk di bangku SMA ini sering meragukan segala tindakanya.Â
Tindakan yang pertama ia anggap benar akan ia pertanyakan berulang-ulang sampai pada akhirnya ia menyesal. Setelah menyesal, Celestine kembali yakin bahwa tindakanya benar, membuat orang orang disekitarnya bingung, marah dan saling menyalahkan. Tindakan dan keputusan yang diambil oleh Celestine sering mmebuat orang-orang disekitarnya merasa bingung dan marah. Perasaan Celestine yang tidak pasti juga menjadi sisi negatif dari karakter ini.
Akhir buku yang belum terselesaikan ini juga dapat membuat para pembaca sebal. Apalagi buku ini selesai saat karakter utama usai memutuskan sebuah pilihan penting yang dapat merubah seluruh hidupnya. Hal ini dapat menjadi hal yang sangat tak baik untuk sebuah novel, namun akhir yang menggantung ini memicu para pembaca untuk membaca buku keduanya yang berjudul Perfect.
 Sebagai salah satu karya awal Cecelia ahern, buku ini merupakan karya yang luar biasa karena mendapat umpan balik yang sangat positif. Hal ini menandakan bahwa Cecelia Ahern memang penulis yang handal dalam genre yang dipilihnya. Karena umpan balik yang positif ini, Cecelia Ahern melanjutkan karyanya dalam genre yang condong ke arah sosial politik.Â
Terlihat didalam novelnya yang berjudul The Gift. Cecelia Ahern telah berhenti bertele-tele dengan karakter utamanya. Jalan cerita di novel the gift dijelaskan dengan sederhana namun rinci. Dengan begitu, cerita The Gift tidak terkesan terlalu di lebih-lebihkan dan tulisanya lebih menjelaskan situasi sang karakter utama daripada perasaan dan pikiran karakter utama yang kadang-kadang tidak diperlukan. Buku The Gift merupakan buku yang menandakan peningkatan gaya menulis Cecelia Ahern yang luar biasa setelah novel Flawed.
Namun dari seluruh kekurangan tersebut, buku Flawed menjadi menarik karena telah memilih topik yang sangat sensitif dan unik utuk sebuah novel. Buku ini berani menyentuh topic yang sensitif dengan cara yang halus dan jelas. Situasi dan perasaan sang karakter utama pun dijelaskan dengan sangat detail.Â
Seluruh konflik dalam diri karakter utama diuraikan dengan rinci namun tetap mudah untuk dimengerti. Sebagai buku yang tergolong Young adult, buku ini bagus untuk dibaca sebagai bahan berpikir dan berlogika. Flawed merupakan salah satu novel terbaik Cecelia Ahern dan ia berhasil menarik perhatian para pembaca yang menyukai novel berbau politik dan sosial. Buku ini sangat cocok dengan para pembaca yang suka berpikir dan berkritik.
(Litoccam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H