Mohon tunggu...
Litha Kusuma Wardhani
Litha Kusuma Wardhani Mohon Tunggu... -

saya adalah mahasiswa universitas negeri jakarta yang sedang menunut ilmu pada prodi teknologi pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Revolusi Mental Pendidikan Indonesia

22 Agustus 2014   08:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:53 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketidakbisaan kita untuk menerima kekalahan adalah kebiasaan yang buruk yang kita tanam turun temurun. Dalam menyikapi kekalahan dan kegagalan, membuat siapa saja diantara kita malu ataupun tidak dapat menerima dengan berlapang dada. Mungkin semua ini berawal dari kegagalan dunia pendidikan Indonesia yang salah kaprah dalam membuat sistim. Sekolah mengajarkan kita untuk berlomba-lomba mencari angka, bukan mencari nilai yang alhasil membuat siapapun menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang tinggi.

Di Indonesia, tidak perduli bagaimana kita menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang tinggi, daripada kita malu mendapat nilai buruk. Termasuk dengan cara mencontek. Padahal dalam kenyataan yang terjadi di luar negeri adalah sebaliknya, yaitu lebih baik mendapat nilai rendah daripada harus malu karena telah ketahuan menyontek pekerjaan orang lain. Malahan yang membuat negeri kita semakin tidak memiliki moral yang baik, pihak sekolah terkadang memfasilitasi perbuatan curang itu demi mengejar kelulusan dan terhindar dari buruknya akreditas sekolah karena ada murid yang tidak lulus dalam ujian.

Dunia pendidikan adalah dasar dimana mental bangsa kita menjadi salah dalam menyikapi kekalahan dan kegagalan. mentalitas tidak berani menghadapi kenyataan kalah dan gagal membuat hal apapun kita lakukan demi mengejar cita semata meski dengan hal yang buruk sekalipun.

Sehingga bangsa kita ini perlu REVOLUSI MENTAL yang memang seharusnya dimulai dari dunia pendidikan. Mental yang dibutuhkan adalah mental yang bukan hanya menjadi seorang pemenang. Namun mental seseorang yang mencapai kemenangan dengan sportivitas. Dimana dia tetap menempuh jarak dia berlari hingga ke garis finish dan tetap menerima apapun hasil yang akan dia dapatkan.

kualitas seperti ini perlu ditanamkan pada generasi mendatang agar pendidikan kita memiliki kualitas yang baik dan tidak bobrok seperti ini. Maka dari itu sudah seharusnya Revolusi mental dilaksanakan. Dimana Revolusi adalah perubahan secara cepat, namun bisakah? Jawabannya jelas BISA!

jadi, antara sistim dan konsep harus kita ubah. kita sekolah bukan untuk mendapat nilai baik, namun bagiamana kita menjadi siswa/i dan mahasiswa yang memiliki kreativitas, jiwa yang pantang menyerah, dan inovasi-inovasi baru yang cemerlang. maka secara mendasar dengan memahami tujuan pendidikan merupakan langkah awal untuk merombak sistim pendidikan Indonesia. Sebab apabila kita masih memikirkan bagaimana kita hanya sekedar ingin mendapat nilai bagus, kita masih salah dalam memahami pendidikan. Jadi, mari kita instropeksi diri agar kita menjadi generasi yang berkualitas.

Berpikirlah bahwa seharusnya nilai yang kita tuai sudah seharusnya memiliki kualitas yang sebenar-benarnya bukan dengan cara menghalalkan segala cara. Baiklah Generasi Muda, ayo kita bersama-sama membangun Revolusi Mental bersama agar Indonesia benar-benar merdeka dan tidak dijajah bangsa Asing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun