Mohon tunggu...
Literasi Muda
Literasi Muda Mohon Tunggu... Jurnalis - Dalam gelap mencari cahaya, dalam terang mendambakan gelap.

Perspektif berbeda memang hal yang unik, dimana setiap individu dapat menyimpulkan apa yang mereka pahami. Seiring dengan perkembangan digital, perlu rasanya kita kemukakan literasi penyekong terhadap pembenaran itu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Krisis Komunikasi pada Penanganan Krisis Manajemen

3 Juli 2024   14:34 Diperbarui: 3 Juli 2024   14:56 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh Rivana Izzati Syahra

Krisis komunikasi merupakan salah satu aspek yang sangat krusial dalam penanganan krisis manajemen. Krisis komunikasi sering kali menjadi salah satu penyebab utama kegagalan dalam penanganan krisis manajemen. Ketika organisasi menghadapi situasi krisis, informasi yang disampaikan secara tidak tepat atau tidak efektif dapat memperburuk keadaan. Menurut Supriyadi (2018), komunikasi yang kacau atau tidak terkoordinasi dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakpastian di kalangan pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal. Hal ini tidak hanya berdampak pada reputasi organisasi, tetapi juga dapat menghambat proses pemulihan dari krisis yang sedang berlangsung (Setiawan, 2019). Oleh karena itu, peran komunikasi yang baik dan terencana menjadi sangat vital dalam manajemen krisis. Lebih lanjut, krisis komunikasi juga dapat mempengaruhi moral dan kepercayaan karyawan terhadap manajemen. Ketika karyawan merasa tidak mendapatkan informasi yang jelas dan transparan, mereka cenderung merasa cemas dan tidak percaya pada kemampuan manajemen dalam menangani krisis (Purnama, 2020).

Krisis komunikasi merupakan salah satu tantangan utama yang sering dihadapi oleh organisasi, terutama dalam situasi krisis manajemen. Krisis manajemen itu sendiri adalah suatu keadaan di mana organisasi mengalami masalah yang signifikan yang berpotensi merusak reputasi, operasi, atau bahkan keberlangsungan hidupnya. Dalam konteks ini, krisis komunikasi dapat memperburuk situasi yang sudah sulit dan menghambat upaya penanganan krisis. Tulisan ini akan mengupas tuntas bagaimana krisis komunikasi dapat mempengaruhi penanganan krisis manajemen, dengan fokus pada beberapa aspek penting seperti penyebaran informasi, koordinasi tim, hubungan dengan pemangku kepentingan, dan dampak jangka panjang terhadap organisasi.

Salah satu dampak paling langsung dari krisis komunikasi adalah penyebaran informasi yang tidak tepat atau tidak akurat. Dalam situasi krisis, informasi sering kali berubah dengan cepat, dan ketidakmampuan untuk menyampaikan informasi terkini dapat mengakibatkan kebingungan dan misinformasi. Ketika komunikasi internal tidak berjalan dengan baik, informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan penting mungkin tidak sampai ke pihak yang membutuhkan. Hal ini dapat mengakibatkan keputusan yang diambil berdasarkan informasi yang tidak lengkap atau salah, yang pada gilirannya dapat memperburuk situasi krisis (Puspitasari, 2018). Sebagai contoh, dalam kasus bencana alam seperti gempa bumi atau banjir, jika informasi mengenai daerah yang terdampak atau titik evakuasi tidak disampaikan dengan benar, hal ini dapat menyebabkan kebingungan di kalangan masyarakat dan petugas penyelamat, memperlambat upaya evakuasi dan penyelamatan. Selain itu, informasi yang salah atau menyesatkan dapat memicu kepanikan di kalangan masyarakat, yang dapat memperburuk situasi krisis.

Krisis komunikasi juga dapat mengganggu koordinasi tim yang bertugas menangani krisis. Dalam situasi darurat, kerjasama dan koordinasi yang efektif antara berbagai departemen dan unit sangat penting. Ketika komunikasi internal terganggu, tim mungkin tidak mendapatkan instruksi yang jelas atau informasi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas mereka dengan baik. Misalnya, jika tim manajemen krisis tidak menerima informasi terkini tentang situasi di lapangan, mereka mungkin mengambil keputusan yang tidak tepat, yang dapat memperlambat upaya penanganan krisis. Selain itu, kurangnya komunikasi yang efektif dapat menimbulkan frustrasi dan stres di kalangan anggota tim, yang dapat menurunkan moral dan produktivitas mereka.

Dalam situasi krisis, menjaga hubungan baik dengan pemangku kepentingan eksternal seperti pelanggan, mitra bisnis, pemerintah, dan media sangat penting. Krisis komunikasi dapat merusak hubungan ini, yang pada gilirannya dapat menghambat upaya penanganan krisis. Misalnya, jika sebuah perusahaan tidak mampu berkomunikasi dengan baik dengan pelanggannya selama krisis, pelanggan mungkin kehilangan kepercayaan dan beralih ke kompetitor. Demikian pula, jika perusahaan tidak transparan dalam komunikasinya dengan pemerintah atau regulator, mereka mungkin menghadapi sanksi atau tindakan hukum yang dapat memperburuk situasi krisis. Media juga memainkan peran penting dalam membentuk persepsi publik terhadap organisasi selama krisis. Komunikasi yang buruk dengan media dapat menyebabkan pemberitaan negatif yang merusak reputasi organisasi.

Krisis komunikasi tidak hanya berdampak pada penanganan krisis saat ini, tetapi juga dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap reputasi dan kepercayaan publik terhadap organisasi. Reputasi yang rusak akibat krisis komunikasi yang buruk dapat memerlukan waktu yang lama untuk pulih. Misalnya, jika sebuah perusahaan gagal menangani krisis dengan baik karena komunikasi yang buruk, pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya mungkin kehilangan kepercayaan pada perusahaan tersebut. Hal ini dapat berdampak negatif pada kinerja bisnis jangka panjang, termasuk penurunan pendapatan, hilangnya pangsa pasar, dan kesulitan dalam menarik dan mempertahankan talenta. Selain itu, kepercayaan publik yang menurun dapat mempengaruhi citra merek dan loyalitas pelanggan, yang pada akhirnya dapat merugikan perusahaan dalam jangka panjang.

Untuk mengatasi krisis komunikasi dan memastikan penanganan krisis yang efektif, organisasi perlu mengembangkan strategi komunikasi yang komprehensif. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil (Laksmi, D. 2014):

  • Membentuk Tim Komunikasi Krisis: Organisasi perlu memiliki tim komunikasi krisis yang terlatih dan siap untuk bertindak cepat dalam situasi darurat. Tim ini harus mencakup anggota dari berbagai departemen yang relevan, termasuk komunikasi, manajemen, operasi, dan hukum.
  • Menyusun Rencana Komunikasi Krisis: Rencana ini harus mencakup prosedur untuk menyebarkan informasi secara cepat dan akurat, termasuk saluran komunikasi yang akan digunakan, pesan kunci yang akan disampaikan, dan langkah-langkah untuk mengatasi misinformasi.
  • Melakukan Pelatihan dan Simulasi: Organisasi perlu secara rutin melakukan pelatihan dan simulasi untuk memastikan bahwa semua anggota tim memahami peran mereka dan dapat berkomunikasi dengan efektif selama krisis.
  • Menggunakan Teknologi untuk Mendukung Komunikasi: Teknologi seperti sistem manajemen informasi krisis dan alat komunikasi massa dapat membantu menyebarkan informasi dengan cepat dan efisien.
  • Menjaga Transparansi dan Konsistensi: Organisasi harus berusaha untuk menjaga transparansi dalam komunikasinya dan memastikan bahwa pesan yang disampaikan konsisten di semua saluran komunikasi.
  • Membangun Hubungan dengan Media: Menjaga hubungan baik dengan media dapat membantu memastikan bahwa informasi yang benar disebarkan kepada publik dan dapat mengurangi risiko pemberitaan negatif.
  • Mengelola Hubungan dengan Pemangku Kepentingan: Komunikasi yang baik dengan pemangku kepentingan eksternal seperti pelanggan, mitra bisnis, dan pemerintah sangat penting untuk menjaga dukungan dan kerjasama selama krisis.
  • Mengevaluasi dan Memperbaiki: Setelah krisis berakhir, organisasi perlu mengevaluasi kinerja komunikasi mereka dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki untuk mengatasi krisis di masa depan.

Krisis komunikasi dapat memiliki dampak yang luas dan merusak pada penanganan krisis manajemen. Penyebaran informasi yang tidak tepat, gangguan koordinasi tim, rusaknya hubungan dengan pemangku kepentingan, dan dampak jangka panjang terhadap reputasi dan kepercayaan publik adalah beberapa konsekuensi dari komunikasi yang buruk selama krisis. Oleh karena itu, organisasi harus mengembangkan dan menerapkan strategi komunikasi yang efektif untuk mengatasi krisis dengan sukses. Dengan membentuk tim komunikasi krisis, menyusun rencana komunikasi yang komprehensif, melakukan pelatihan dan simulasi, menggunakan teknologi untuk mendukung komunikasi, menjaga transparansi dan konsistensi, membangun hubungan dengan media, mengelola hubungan dengan pemangku kepentingan, dan terus mengevaluasi serta memperbaiki kinerja komunikasi, organisasi dapat meminimalkan dampak negatif dari krisis komunikasi dan memastikan penanganan krisis yang lebih efektif.

Referensi :

  • Laksmi, D. (2014). Strategi Komunikasi Krisis: Mengelola Reputasi di Era Digital. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Supriyadi, A. (2018). Manajemen Krisis: Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit Nusantara.
  • Setiawan, R. (2019). Komunikasi dalam Manajemen Krisis. Bandung: Penerbit Mitra Media.
  • Purnama, D. (2020). Dampak Komunikasi Krisis pada Organisasi. Surabaya: Penerbit Graha Ilmu.
  • Puspitasari, D. (2018). Krisis Manajemen di Industri Manufaktur. Surabaya: Universitas Airlangga Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun