Di Indonesia sendiri yang memiliki suku dan budaya yang beragam telah mewariskan kita begitu banyak Idiom yang mengandung pesan moral yang dapat kita temukan disekitar kita di setiap belahan nusantara. Seperti dalam idiom Jawa: Luk Ora Semeng, artinya tidak semua yang terlihat Indah.Â
Idiom Jawa ini mengajarkan manusia untuk tidak mudah terpedaya oleh penampilan luarnya saja. Kecantikan yang sejati tidak selalu terlihat dari luar, melainkan dari hati dan tindakan yang baik.Â
Menggugah kesadaran kita di era yang serba visual, bahkan kecantikan serta keindahan sejati ada dalam hati yang baik dan karakter yang halus serta menghargai sesame makhluk hidup. Juga ungkapan lainnya  Gusti ngendika, gusti nyandingake yang artinya Tuhan yang Menentukan, Manusia yang Melakukan Idiom Jawa ini mengingatkan kita bahwa meskipun takdir kita ditentukan oleh Tuhan, kita memiliki tanggung jawab untuk bertindak dan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menjalani hidup.
Namun, dalam pencarian kebijaksanaan dan pemahaman, manusia sering terjebak dalam ilusi kekuasaan dan kekayaan. Di sinilah filsafat Platonisme muncul sebagai pengingat akan kebutuhan akan keadilan dan kebenaran mutlak.Â
Menurut Platon, dunia nyata yang kita lihat hanyalah bayangan dari ide-ide yang sempurna. Ini tercermin dalam idiom "melihat melalui kaca mata berwarna mawar", yang mengacu pada pandangan yang terdistorsi oleh keinginan atau kepercayaan kita sendiri.Â
Dengan introspeksi yang tajam dan pencarian yang tak kenal lelah akan pengetahuan, Platonisme menyerukan agar kita memandang ke arah yang lebih tinggi, melepaskan diri dari keterikatan materi dan mencari makna yang abadi.
Di antara semua teori klasik yang telah ada, ada satu lagi yang mungkin paling dekat dengan pengalaman manusia sehari-hari: Hedonisme. Meskipun sering dianggap sebagai pembenaran untuk kenikmatan semata, Hedonisme dalam arti yang lebih dalam mengajarkan kita untuk menghargai keindahan dan kebahagiaan dalam kehidupan.Â
Epicurus, salah satu tokoh terkenal dalam filsafat Hedonisme, menekankan pentingnya menghindari rasa sakit yang berlebihan dan mencari kesenangan sederhana dalam hidup. Ini tercermin dalam idiom "hidup dalam momen", yang mengajak kita untuk menghargai kebahagiaan yang sederhana dan kehadiran sehari-hari.
Menafsirkan dengan benar idiom klasik merupakan keterampilan yang penting dalam memahami dan menghargai warisan budaya yang telah ada sejak zaman kuno. Idiom klasik sering kali mengandung makna yang dalam dan kompleks, dan oleh karena itu, memahami idiom tersebut dengan benar dapat membantu kita untuk memahami konteks sejarah, budaya, dan bahasa di mana idiom tersebut muncul.
Salah satu alasan pentingnya menafsirkan dengan benar idiom klasik adalah agar kita dapat menghindari kesalahpahaman atau penafsiran yang keliru. Dengan memahami idiom klasik secara tepat, kita dapat menghargai keindahan dan kekayaan makna yang terkandung di dalamnya. Selain itu, menafsirkan dengan benar idiom klasik juga dapat membantu kita untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis. Dengan merenungkan makna di balik idiom klasik, kita dapat melatih otak kita untuk berpikir secara mendalam dan kompleks.
Dengan demikian, pentingnya menafsirkan dengan benar idiom klasik tidak hanya terletak pada pemahaman yang lebih baik terhadap warisan budaya kita, tetapi juga dalam pengembangan kemampuan berpikir kita secara keseluruhan.