Mohon tunggu...
Danu Yanuar Saputra
Danu Yanuar Saputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Ilmu Pemerintahan Fisip Unpad saat ini sebagai Mahasiswa Magister Terapan Studi Pemerintahan Pascasarjana IPDN

Sebagai Pembaca, Peneliti, Pembelajar.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Melangkah di Jejak Para Filosof: Memahami Hidup dengan Teori Klasik dan Idiom

6 Juni 2024   21:42 Diperbarui: 7 Juni 2024   00:31 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Melangkah di Jejak Para Filosof: Memahami Hidup dengan Teori Klasik dan Idiom

Oleh: Danu Yanuar Saputra

Dalam perjalanan kehidupan, manusia sering terperangkap dalam kompleksitas yang tak terduga. Namun, dengan panduan dari teori-teori klasik dan idiom yang telah teruji oleh waktu, mereka dapat menemukan arah dan makna dalam setiap langkah mereka. 

Artikel ini mengeksplorasi beberapa teori klasik dan idiom yang tetap relevan dalam membimbing manusia melalui tantangan hidup mereka, menawarkan wawasan tentang bagaimana kita dapat memahami dan menghadapi dunia di sekitar kita.

Dalam berbagai situasi kehidupan, baik sukacita maupun penderitaan, teori klasik dan hikmah dalam idiom dapat menjadi pemandu yang berharga. Mereka memberikan kerangka kerja dan pemahaman yang dapat membantu manusia dalam menghadapi cobaan hidup dengan lebih bijaksana dan tenang. 

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, manusia dapat menemukan arti yang lebih dalam dari setiap pengalaman, serta mengembangkan kualitas seperti ketabahan, kedamaian, dan kebijaksanaan.

Dalam kesimpulan, teori klasik dan idiom bukanlah sekadar konsep-konsep yang kuno dan ketinggalan zaman. Mereka tetap relevan dan bermakna dalam membimbing manusia melalui perjalanan hidup mereka, membantu mereka untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu yang lebih bijaksana dan sadar akan nilai-nilai kehidupan. Dengan memahami dan menginternalisasi prinsip-prinsip ini, manusia dapat menjelajahi kompleksitas kehidupan dengan lebih yakin dan penuh makna. 

Seperti yang dikatakan oleh filsuf Yunani kuno Heraclitus, adalah seperti sungai yang selalu berubah. Dalam menghadapi aliran tak terduga ini, konsep Stoikisme muncul sebagai benteng kebijaksanaan. 

Para Stoikus mengajarkan bahwa kebahagiaan sesungguhnya berasal dari dalam, bukan dari eksternalitas. Mereka menekankan pada kontrol atas pikiran dan emosi, tercermin dalam idiom populer "menerima apa yang tidak bisa diubah dan memiliki keberanian untuk mengubah yang dapat diubah." Dengan demikian, kita diajak untuk memahami bahwa kekuatan sejati terletak dalam bagaimana kita merespons terhadap tantangan yang dihadapi, bukan pada keadaan itu sendiri.

Sejalan dengan prinsip Stoik, filosofi Cina klasik, khususnya Taoisme, menawarkan pandangan yang seimbang terhadap kehidupan. Konsep Yin dan Yang, yang melambangkan dualitas dan keseimbangan dalam segala hal, mengajarkan bahwa tidak ada kegelapan yang abadi, begitu juga tidak ada terang yang tak terbatas. 

Dalam setiap kesulitan, ada potensi untuk pertumbuhan; dalam setiap kebahagiaan, ada kesadaran akan kelangkaannya. Dalam keadaan yang paling sulit sekalipun, Taoisme mengajarkan kita untuk tetap tenang dan fleksibel, seperti bambu yang lentur namun kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun