Mohon tunggu...
Nopita Sitompul
Nopita Sitompul Mohon Tunggu... -

berstatus mahasiswa di UNY, suka membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kembali Pada Masa itu

19 Februari 2013   12:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:03 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa yang kejadiannya, waktu, tempat dan orangnya berbeda. Entah apa yang melandanya, mungkin kepastian dari semua kisah yang telah terukir itu telah terjadi. Ada alasan dan maksud tertentu akan kejadian yang terukir itu. Hampir sekian tahun kaki ini berjalan menjelajahi setiap tikungan dan lika liku kehidupan, manis pahit semuanya dilalui. Mungkin jadi dari segala perjalanan itu ada kerikil dan duri yang menghujam kaki dan menghambat perjalanan itu. Tidak dipungkiri juga bahwa butiran air mata sebagai saksi bisu betapa pahitnya perjalanan ini. Setelah mengalami kepahitan dan dirundung embun gelap diwajah ini bisa jadi pikiran ini juga dapat teracuni dengan hal dan ide yang dapat membuat diri turut menggila secara tidak terkendali. pahit dan manisnya kehidupan adalah anugerah yang harus disyukuri, dengan keseimbangan itu maka diri akan tetap kuat dan kokoh pada satu tujuan yaitu percaya pada-Nya. Saat ini memang berat rasanya untuk melalui segala krikil dan duri yang ada di setiap perjalanan hidup namun hanya itu yang dapat dilakukan. tetap berjalan menghadapi kenyataan di depan, atau memilih mundur kembali pada masa lalu yang suram. Semua sudah ditakdirkan dan sudah digariskan oleh_Nya. kejayaan dan masa keterpurukan itulah yang akan mewarnai perjalanan panjang yang entah kapan dan saat apa berakhir. Dunia banyak mengajarkan tentang makna kehidupan, pengalaman yang tidak seberapa,  memang terasa dangkal dan kosong. Memaknai sesuatu bukan dilihat dan dipandang dari segi panjang usia seseorang, atau bahkan dengan prestasi yang diraih. Namun yang terpenting itu semua itu adalah bagaimana tetap pada pendirian dan sikap yang tegar, lapang dada dalam menghadapi segala kejadian, baik sudah maupun senang. Gula-dula kehidupan lambat laun akan menghampiri setiap insan yang percaya pada-Nya. Menjalani setiap detik nadi kehidupan dengan penuh semangat dan tetap bersyukur dengan apa yang dimiliki. You are smart, you are kind and you are importen. yah dengan kalimat demikian mulailah berpikir ulang dengan keputusan yang diambil. Jernihkan segala pengaruh negatif dan pendapat bahwa kamu tidak berarti. Betapa mulianya kita sebagai umat-Nya terlahir dengan kesempurnaan yang hampir menyerupai_Nya. Terpilih dari sekian ribu pilihan yang hendak menjadi pemenang. Namun kenyataannya ribuan yang hendak pemenang, hanya satu yang terpilih yaitu diri kita. Diri kita yang diberi kesempatan menikmati keindahan ciptaan-Nya, diri kita juga yang diijinkan untuk merasakan nikmatnya kehidupan di muka bumi ini. menikmati kicauan burung di pagi hari, mentari yang memberi kehangatan, air kehidupan serta berjuta pengalaman yang telah digariskannya. Pengalaman itu tidak lain adalah duka, suka, pahit, manis, perih dan nikmatnya kehidupan. Semua pemberian_Nya seimbang tidak timpang atau berat sebelah, itu mendakan bahwa kita memang istimewa dimata_Nya. Keseimbangan itu diberikan kepada kita manusia semata-mata untuk menguatkan kita, mengajari kita bahwa kehidupan itu tidaklah sepenuhnya indah, terkadang ada juga pahitnya. manusia terlahir dengan segala kelebihan dan kekurangannya juga, ini artinya bahwa Ia, adil. memberi kelebihan dan juga kekurangan, hal itu dilakukan untuk membentuk umat-Nya agar menjadi umat yang kuat dalam iman dan senantiasa hidup dalam damai Kristus yang senantiasa menyertai setiap langkah dan hembusan nafas kehidupan ini. keselarasan antara keduanya membuat hidup ini menjadi bermakna dan penuh arti. Tiada yang perlu disesali, tetap melakukan yang terbaik dan tetap berpikir positif serta berpegang teguh pada keyakinan itulah kunci kejalan-Nya yang abadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun