Mohon tunggu...
Nopita Sitompul
Nopita Sitompul Mohon Tunggu... -

berstatus mahasiswa di UNY, suka membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Mana Keadilan

25 April 2013   18:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:36 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

lama tidak menulisi laman ini. walaupun demikian tetap saja rasa rindu untuk menulis dan menuangkan apa yangdirasakan selalu memanggil dan berontak. hingga saat ini ide itupu datang dan membuka laman ini untuk menuliskan beberapa ungkapan jiwa yang memang terjadi dan dialami oleh banyak orang. bicara keadilan, sama halnya bicara duluan mana telor atau ayam. parameter keadilan sebenarnya apa? mengapa orang tega menganggap rendah dan sepele orang-orang yang dilihat dari fisik tidak layak. memandang sebelah mata kaum yang termarjinalkan. inikah yang dimaksud dengan keadilan. melihat dari penampilan seseorang sudah menjudge bahwa sesorang itu tidak layak mendapat perlakuan yang sama dengan manusia lainnya. menghapus sekejab legitimasi seseorang tanpa memberinya membela diri. hak seseorang untuk bebeas dan profesional menjadi manusia kini banyak yang dirampok oleh orang-orang yang tidak mengaca pada dirinya. merasa diri paling hebat dan benar inilah yang selalu diagungkan hingga kini. budaya narsisme inilah yang kemudian menjamur hingga kepada masayarakat kalangan menengah kebawah. melihat orang dengan berpenampilan brutal, bau dan kumuh membuat mereka egois. dengan cara menjauhi dan bahkan tidak menganggap keberadaan kaum demikian. sebenarnya apa yang salah pada diri mereka, toh orang-orang demikian lebih mulia, jika diperhatikan dengan perjuangan mereka yang mempertahankan hidup, bahkan harga diri. mereka melakukan apa yang mereka dapat lakukan. mempergunakan talenta yang sederhana tuk mencari nafkah dan menghidupi dirinya. sangat menghargai namanya hidup dan kehidupan. namun banyak orang yang malah sebaliknya, mendapat penghidupan yang berkecukupan namun menyia-nyiakan hidup dan kehidupan. tidak mensyukuri pemberian Tuhan. inikah yang dimaksud dengan keadilan??? entahlah jangan menanyakan keadilan jika itu masih dalam porsi orang-orang yang tidak menghargai hidup dan kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun