Budaya menjenguk orang sakit mempunyai cara yang berbeda di setiap negara. Jika di Indonesia, ketika menjenguk orang sakit seyogyanya membawa buah tangan, seperti buah-buahan atau roti dan susu. Nah, orang Jepang biasanya bawa apa, ya?
Jepang merupakan negara dengan budaya yang bermacam-macam. Sifat masyarakat yang tertutup dan sangat menghormati satu sama lain ini berpengaruh terhadap budaya tersebut, lho. Contohnya ialah Omimai atau budaya menjenguk orang sakit yang punya banyak norma atau aturan.
Omimai (お見舞い) atau yang dalam bahasa Indonesia berarti "menjenguk orang sakit" mempunyai beberapa aturan yang sangat diperhatikan oleh masyarakat Jepang. Kalau kamu sedang atau punya rencana tinggal di Jepang, harus perhatikan poin-poin berikut ini, ya!
1. Buah Tangan
Sebagian besar orang Jepang membawa buah-buahan untuk tambahan asupan vitamin sang pasien, buku atau majalah untuk membantu pasien agar tidak bosan, buket bunga, uang, atau barang lainnya yang menyesuaikan keadaan pasien. Dan batasan jumlah harga yang diperbolehkan adalah 3000 - 5000 yen.
2. Beberapa Hal Tabu yang Harus Dihindari
Ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan ketika menjenguk orang sakit di Jepang, yaitu:
- Jika ingin membawa bunga, jangan membawa bunga yang berada di dalam pot. Karena akar di dalam pot melambangkan bahwa orang yang sakit akan lama sembuh. Hanya boleh membawa bunga dalam buket atau wadah biasa yang akarnya sudah dibersihkan.
- Tidak boleh membawa bunga berwarna merah karena melambangkan darah.
- Tidak boleh membawa bunga krisan karena orang Jepang menggunakan bunga krisan untuk dekorasi ruangan pemakaman.
3. Omimai-kin (Uang Simpati)
Selain bunga dan makanan, penjenguk juga bisa memberikan uang atau omimai-kin (お見舞金). Jika di Indonesia hal seperti ini sangat jarang terjadi, namun di Jepang sendiri merupakan hal biasa dan ada aturannya juga, lho. Tidak bisa sembarang memberi, dari cara dan besaran nominalnya harus diperhatikan baik-baik.
Besaran nominal uang simpati biasanya tergantung dari hubungan antara penjenguk dengan pasien. Dan rata-rata besarannya sama digunakan oleh seluruh masyarakat Jepang. Berikut besaran nominal uang simpati:
- Orang tua = 10.000 - 30.000 yen
- Saudara/kerabat = 5.000 - 10.000 yen
- Teman = 3.000 - 5.000 yen
- Bos dan teman sekantor = 3.000 - 5.000
Uang simpati dimasukkan ke dalam amplop putih dan diikat dengan Mizuhiki (水引); tali berwarna merah dan putih. Ada 3 jenis Mizuhiki, yaitu Chomusubi (untuk perayaan), Musubikiri (untuk pernikahan dan penyembuhan), dan Awajimusubi (untuk pemakaman dan pernikahan).
Dan biasanya uang simpati menggunakan jenis Musubikiri karena ikatan hanya satu dan sulit untuk diputuskan, berarti "hanya sekali di kehidupan dan semoga tidak akan terjadi lagi". Di bagian depan amplop ditulis nama penjenguk.
4. Manner Ketika Menjenguk Orang Sakit
- Tidak boleh membawa banyak orang. Dibatasi hanya 2 – 3 orang. Itu pun jika kondisi si pasien sangat parah, tidak boleh bertemu langsung demi perawatan intensif si pasien.
- Waktunya pun dibatasi hanya 10 – 20 menit saja agar pasien tidak cepat lela
5. Konten Percakapan
Ucapan ketika bercakap juga diperhatikan, lho! Tidak boleh salah bicara dan menyakiti hati si pasien. Seperti mengucap, "lakukan yang terbaik" atau "semoga cepat sembuh" itu tidak dianjurkan karena akan memberi tekanan pada pasien. Lebih dianjurkan mengucap, "istirahat pelan-pelan, ya" atau "jangan berlebihan (ketika si pasien terlalu banyak bergerak)".
Ternyata cukup berbeda dengan di Indonesia ya, teman-teman. Namun, tetap saja budaya menjenguk orang sakit ini sama-sama ditujukan untuk kesembuhan pasien dan membantunya.
Meskipun sekarang kita tidak bisa menjenguk langsung kerabat atau teman yang sedang dirawat di rumah sakit karena sedang pandemi, kita bisa secara langsung menyemangatinya secara daring. Yuk, kita beri motivasi dan mendoakan kesembuhan mereka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H