Analisis Pendidikan Karakter dalam Cerita Pendek “Ingin Ini, Ingin Itu” Karya L. Heni. S. Kajian: Sosiologi Sastra
oleh
Lita Tania (1705340)
Bahasa dan Sastra Indonesia/ FPBS UPI
Litania51@gmail.com
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis dan mendeskripsikan unsur instrinsik dalam cerita pendek, yaitu amanat. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Bentuk penelitian ini ialah kualitatif deskriptif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cerpen “Ingin Ini, Ingin Itu,” karya L.Heni.S. Teknik pengumpulan data dalam cerpen ini menggunakan teknik baca dan catat terhadap objek yang akan diteliti. Instrumen penelitian ini menggunakan alat bantu seperti alat tulis dan buku catatan.
Kata Kunci: Amanat, Pendekatan Sosiologi Sastra, Pendidikan Karakter.
Abstract
The purpose of this study is to analyze and describe the intrinsic element in a short story, namely the theme. This study uses a sociological approach to literature. The form of this research is descriptive qualitative. The data source used in this study is the short story “Want This, Want It”, by L.Heni.S. Data collection techniques in this short story use reading and tacking notes techniques for objects to be studied. This research instrument uses tools such as stationery and note book.
Keywords. Message, Sociological Approach to Literature, Character Education.
- Pendahuluan
- Latar Belakang
Pada zaman sekarang, karya sastra anak sudah mulai dikesampingkan dalam khazanah kesusastraan Indonesia. Terlihat ketika sampai saat ini tidak banyak penelitian yang objek dalam analisisnya berupa sastra anak. Hal ini disebabkan karena sastra anak yang dianggap remeh dan rendah dibandingkan dengan sastra dewasa. Padahal, sebuah perkembangan kognisi, emosi, dan keterampilan seorang anak tidak dapat dilepaskan dari peran sebuah karya sastra. Terbukti pada penggunaan karya sastra anak yang masih digunakan oleh masyarakat sebagai media untuk menanamkan nilai pendidikan karakter kepada anak. (Kurniawan, 2009:1). Sastra anak juga dapat diartikan sebagai sebuah karya sastra yang secara emosional psikologis dapat ditangkap dan dipahami oleh anak, yang pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret serta mudah untuk diimajinasikan.
Dari permasalahan mengenai sastra anak yang sudah mulai dikesampingkan, maka penulis mengambil bahan penelitian yaitu sebuah karya sastra anak berbentuk cerita pendek (cerpen) yang berjudul “Ingin Ini, Ingin Itu”, karya L.Heni.S. Alasannya yaitu agar karya sastra anak juga dapat dibuktikan bahwa sastra anak bukanlah sastra yang dianggap remeh dan rendah, melainkan sastra anak merupakan sebuah sastra yang bernilai tinggi. Selain itu, alasan lainnya adalah karena cerpen ini menarik untuk diteliti lebih lanjut. Karena, dilihat dari amanat yang tersirat dalam cerpen ini sangat menarik, yaitu terdapat pesan-pesan yang berisikan tentang nilai-nilai pendidikan karakter bagi seorang anak. Pesan-pesan tersebut seperti ajaran pendidikan mengenai baik atau buruknya sebuah tindakan. Amanat yang mengandung nilai-nilai tersebut nantinya akan dihubungkan dengan pendekatan sosiologi sastra yang melihat dari sudut pandang isinya, yang digunakan sebagai penguat maksud dan tujuan dalam cerpen ini.
Terdapat penelitian terdahulu yang mengkaji cerpen anak berdasarkan nilai-nilai moral didalamnya. Penelitian tersebut berjudul “Nilai Moral dan Nilai Sosial pada Kumpulan Cerpen “Balon Keinginan” Karya Korrie Layun Rampan, yang ditulis oleh Ati Nurrohmah pada tahun 2014 dan membahas mengenai unsur ekstrinsik berupa nilai moral dan nilai sosial yang terdapat dalam cerpen tersebut. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis lakukan ialah, penelitian terdahulu hanya mengkaji nilai moral dan nilai sosialnya saja, sedangkan penulis dalam penelitian ini juga mengkaji nilai-nilai religius yang terdapat didalam sebuah karya sastra.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menggambarkan bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter bagi seorang anak yang terdapat dalam cerpen “Ingin Ini, Ingin Itu” karya L.Heni.S. Sedangkan manfaat dari penelitian ini ialah untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai nilai-nilai pendidikan karakter bagi seorang anak, serta juga dapat memberikan orangtua mengenai pentingnya membaca sastra anak sebagai media pembelajaran dalam pembentukkan pendidikan karakter seorang anak.
2. Metode
Dalam sebuah karya sastra terdapat unsur-unsur yang membentuk satu kesatuan yang utuh. Makna utuh dalam konteks ini ialah unsur pembentuk yang saling berkaitan dan tidak terlepas dari unsur lainnya. Unsur-unsur tersebut terdapat dalam analisis struktural yang dijadikan untuk memberikan nilai dan pengetahuan mengenai isi yang terkandung dalam karya sastra. Analisis struktural ini mengupas unsur tersebut secara tuntas dan terpadu.
Penelitian ini menggunakan salah satu unsur intrinsik dalam cerpen yaitu amanat. Alasan unsur ini digunakan karena melihat dari data-data objek penelitian, maka amanat yang mengandung nilai pendidikan karakter dengan menggunakan teori Djamaris (dalam Triyani, 2010:14) ini merupakan hal yang tepat untuk dijadikan teknik dalam penelitian yang akan dijelaskan secara deskriptif.
Teknik data akan diperoleh dari hasil kegiatan melakukan pencatatan yang kemudian data tersebut akan dianalisis berdasarkan kriteria unsur-unsur dalam amanat. Selain itu, penelitian ini menggunakan teori pendekatan sosiologi sastra dari Wellek dan Warren (dalam Faruk 1999:3).
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif yang menghasilkan sebuah data berbentuk deskriptif. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis data yang berupa unsur-unsur intrinsik, yaitu unsur amanat yang dapat menghadirkan kesan dan pesan terhadap pembaca.
Data deskriptif yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa unsur kata, dan kalimat yang memiliki informasi-informasi penting mengenai unsur intrinsik, yaitu amanat dan pendekatan sosiologi sastra yang memiliki keterkaitan unsur didalamnya.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cerpen “Ingin Ini, Ingin Itu” karya L. Heni. S. yang terdiri atas 2 halaman yang ada di Majalah Bobo 2014, yang diterbitkan oleh Gramedia.
Teknik pengumpulan data dalam cerpen ini menggunakan teknik baca catat terhadap objek-objek yang akan diteliti. Data-data tersebut diperoleh penulis dengan cara melakukan pembacaan secara cermat dan teliti yang kemudian akan dicatat disebuah catatan kecil, selanjutnya akan dipindahkan ke dalam bentuk dokumen di ms word. Penulis juga terus melakukan pembacaan secara berulang-ulang terhadap objek penelitian itu dan mencatat setiap data serta hasil pengamatan bacaan yang diperoleh agar tidak terjadi keluputan data.
Instrumen penelitian ini menggunakan instrument yang sedikit, yaitu hanya dibantu dengan alat penelitian berupa alat tulis, sebuah buku catatan, serta laptop yang dapat menunjang keberhasilan penelitian.
3. Landasan Teori
Saxby (via Nurgiantoro, 2005:5), mengatakan bahwa sastra anak diartikan sebagai sebuah citraan atau metafora kehidupan yang melibatkan aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensori ataupun pengalaman moral, dengan diekspresikan dalam bentuk kebahasaan yang mudah dipahami oleh anak. Begitu juga dengan subjek penelitian ini, yang mengambil cerita pendek (cerpen) anak sebagai bahan untuk diteliti.
Cerpen anak dapat didefinisikan sebagai sebuah karangan cerita yang melukiskan suatu peristiwa atau kejadian yang menyangkut persoalan kehidupan di kalangan anak-anak. Cerpen anak dikatakan menjadi cerpen yang baik apabila, pertama, memberikan satu kesan dan memperkaya batin para pembacanya dilihat dari permasalahan yang dihadirkan. Kedua, cerpen anak juga dapat mengajak pembaca untuk berpikir dan membangun imajinasinya secara baik dan kreatif. Ketiga, terdapat unsur menarik yang dilihat dari keserasian antara isi dan bentuk yang dapat dibaca dalam waktu singkat. Keempat, memiliki judul yang dapat memikat pembaca. Kelima, terdapatnya perkembangan batin tokoh utama dalam konflik yang akan menuju hingga klimaks, yang dapat membuat pembaca masuk ke dalam alur cerita tersebut. Keenam, dapat memberikan makna hidup atau amanat dengan cara melalui keindahan unsur-unsur yang disajikan.
Pada setiap cerpen, terdapat unsur-unsur pembangun didalamnya. Unsur-unsur tersebut dapat berupa unsur intrinsik dan unsur ektrinsik. Menurut Nurgiyantoro (1994:23). Unsur intrinsik dalam sebuah cerpen meliputi tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa serta amanat, dan unsur ini juga dapat didefinisikan sebagai sebuah unsur yang secara langsung hadir dalam membangun sebuah cerita. Unsur-unsur ini yang menjadi penyebab sebuah karya sastra itu muncul sebagai karya sastra, yang bersifat faktual dan sering dijumpai seseorang ketika membaca karya tersebut. Ia juga berpendapat bahwa unsur intrinsik merupakan sebuah unsur yang secara langsung hadir dalam membangun sebuah cerita. Burhan Nurgiantoro dalam Sastra Anak :Pengantar Pemahaman Dunia Anak (2010:221), mengatakan bahwa unsur-unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra dapat berupa unsur cerita fiksi yang secara langsung menjadi bagian dalam pembentukkan sebuah cerita pada karya sastra tersebut. Sedangkan unsur ekstrinsik didefinisikan sebagai unsur-unsur pembentuk yang berada di luar karya sastra, yang unsur tersebut tidak dapat dilepaskan dari kondisi masyarakat saat karya sastra tersebut dibuat, dan tetap memengaruhi sistem dalam membangun karya sastra. Ia juga mengatakan bahwa unsur ektrinsik diartikan sebagai sebuah unsur mengenai sudut pandang pengarang tentang sikap, keyakinan, bahkan pandangan hidup yang melatarbelakangi munculnya suatu karya sastra, atau dapat pula dikatakan sebagai ciri karya yang dihasilkan dari unsur biografi sang pengarang.
Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada salah satu unsur intrinsik dalam cerpen yaitu amanat. Menurut Rusiana (1982:74), amanat diartikan sebagai suatu ajaran moral atau pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, dan dapat juga dijadikan sebagai sebuah jalan keluar permasalahan atau akhir permasalahan yang terdapat didalam sebuah cerita. Ciri-ciri amanat dapat dilihat dari hal-hal berikut ini, seperti (1) pesan moral yang akan disampaikan didalam sebuah karya sastra dapat ditemukan di bagian akhir cerita (2), amanat dapat berbentuk eksplisit ataupun implisit. (3) pesan moral yang telah disampaikan oleh pengarang dalam cerita tersebut bertujuan agar pembaca mau menerapkan pesan yang ada didalam cerita tersebut pada kehidupan sehari-hari.
Dalam pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dapat didefinisikan sebagai sebuah karya yang mencerminkan suatu kenyataan yang ada di masyarakat. Pendekatan sosiologi sastra ini juga dapat didefinisikan sebagai sebuah pendekatan yang menyangkut permasalahan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain. Wellek dan Warren (1993:111), menggolongkan sosiologi sastra menjadi tiga bagian. (1) sosiologi pengarang, yang membahas mengenai tentang status sosial, serta ideologi sosial sang pengarang sebagai penghasil karya sastra. (2) sosiologi karya sastra, yang membahas mengenai permasalahan sosial yang tercantum pada karya sastra (3), sosiologi sastra pembaca yang membahas mengenai suatu penerimaan pembaca terhadap karya sastra.Welek dan Warren (dalam Sapardi, 2003:94), mengatakan bahwa karya sastra dihadirkan sang pengarang untuk dapat dinikmati, dipahami, serta untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Termasuk pengarang karya sastra itu sendiri, karena ia juga merupakan anggota masyarakat yang terikat dalm status sosial tertentu. Terdapat dua fenomena sosial yang dapat saling melengkapi. Fenomena sosial tersebut ialah sastra dengan nilai kehidupan sehari-hari. Sastra juga dianggap sebagai sebuah produk kehidupan yang mengandung sebuah nilai sosial, filsafat, religi, moral, dan budaya didalamnya.
Djamaris (dalam Triyani, 2010:14), mengatakan bahwa nilai estetika serta nilai pendidikan karakter terkandung dalam sebuah karya sastra. Nilai estetika dapat didefinisikan sebagai sebuah nilai yang dilihat dari segi keindahan suatu karya sastra. Baik dilihat dari segi isi, cara pengarang ataupun dalam pemilihan kata-katanya. Sedangkan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam sebuah karya sastra merupakan sebuah nilai yang diperoleh dari manfaat membaca karya sastra tersebut. nilai pendidikan karakter ini dapat berupa nilai sikap sopan santun, sikap saling menghargai atau sikap untuk mampu bersosialisasi. Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut juga mencakup keseluruhan nilai yang terdapat dalam nilai agama, moral, ataupun sosal budaya.
B. Hasil
Cerpen ini memberikan amanat yang menarik untuk dijadikan sebagai pendidikan karakter bagi seorang anak. Nilai-nilai tersebut seperti berikut ini.
Kutipan
Jenis Nilai
“Kalau aku menjual semua peralatan aksesorisku, mungkin ini bisa bernilai tinggi, dan aku bisa membantu anak-anak lain yang kurang mampu seperti Pit”.
Nilai sosial (menolong orang lain)
“Mulai sekarang, aku enggak mau lagi menghambur-hamburkan uangku. Aku harus hemat. Dan jika aku sewaktu-waktu membutuhkan uang disaat aku gapunya uang, aku jadi tenang-tenang saja, karena aku punya tabungan”
Nilai moral (berhemat).
“Ya Allah makasih kau sudah memberikan uang yang lebih, sehingga aku bisa makan yang enak dan bahkan bisa membeli peralatan aksesorisku”.
Nilai bersyukur
- Pembahasan
Aspek yang penting untuk mengunggulkan sebuah cerpen yakni adanya hal-hal yang menarik dalam cerpen tersebut. Salah satu contohnya ialah dalam cerpen ini terlihat pada unsur instrinsik yaitu unsur amanat yang memiliki nilai-nilai yang menarik dan berguna dalam membangun pendidikan karakter pada anak.
Amanat menurut Rusiana (1982:74) , didefinisikan sebagai suatu ajaran nilai atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, atau dapat dikatakan pula sebagai sebuah akhir permasalahan serta jalan keluar bagi permasalahan yang ada didalam cerita, yang nantinya amanat tersebut dijadikan sebagai sesuatu yang dapat direnungkan oleh pembaca. Amanat dapat berbentuk tersirat dan tersurat (menurut Siswandarti 2009:44). Amanat tersurat diartikan sebagai sebuah pesan yang ada didalam karya sastra yang disampaikan secara langsung oleh pengarang. Sedangkan amanat tersirat diartikan sebagai sebuah pesan yang ada didalam karya sastra yang disampaikan secara tidak langsung oleh pengarang (implisit), yang mengharuskan pembaca mengerti alur ceritanya. Jika dikaitkan dalam cerpen ini, maka amanat yang disampaikan berbentuk implisit atau tidak langsung disampaikan oleh pengarang, karena tidak tertulis secara terang-terangan oleh tokoh, maka pembaca diharuskan dapat memahami dan menafsirkan sendiri amanat dalam cerpen tersebut. Amanat dalam cerpen ini ditunjukkan melalui tingkah laku tokoh. Amanat tersebut berupa nilai-nilai pendidikan karakter bagi anak. Nilai pendidikan karakter dapat diartikan sebagai suatu nilai pendidikan mengenai sikap dan tindakan seseorang agar menjadi lebih baik lagi.
Konsep nilai pendidikan karakter dalam kesusastraan yaitu sastra memiliki keterkaitan satu sama lain didalamnya. Pada penciptaan sebuah karya sastra, seorang sastrawan akan memanfaatkan nilai-nilai pendidikan karakter didalamnya, selain mementingkan nilai keindahannya. Nantinya nilai-nilai tersebut akan disampaikan oleh pengarang dalam karya sastra tersebut. Nilai-nilai itu juga akan memengaruhi pola pikiran pembaca. Maka dari itu, terlihat jelas bahwa sastra dan nilai pendidikan karakter tidak dapat dipisahkan (Djamaris dalam Triyani, 2010:14). Nilai-nilai tersebut dapat terlihat pada cerpen ini, yaitu sebagai berikut.
- Nilai Religius (Rasa Bersyukur)
Nilai yang berhubungan dengan Tuhan. Nilai ini digunakan sebagai petunjuk dari Tuhan untuk manusia dalam menjalankan kehidupan. Salah satunya ialah sikap untuk selalu bersyukur atas segala nikmat dan cobaan yang diberikan oleh Tuhan. Dalam cerpen ini, nilai tersebut dapat terlihat ketika tokoh Monik merasa bersyukur ketika melihat tokoh Pit yang hidup dalam serba kekurangan. Hal tersebut ditunjukkan ketika tokoh Pit yang mengenakan baju lesu, sandal jepit yang sudah tipis alasnya, dan ketika membeli makanan di warung tante Ida, ia hanya membeli makanan dengan lauk sayur sup saja, dan lauk tersebut dijadikan sebagai menu makannya hingga malam hari. Hal tersebut menjadikan tokoh Monik menjadi bersyukur karena Ia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seperti dapat memesan menu makanan yang enak yaitu daging ataupun ikan. Bahkan ia dapat memenuhi kebutuhan hidup tersiernya yaitu membeli aksesoris-aksesoris dengan harga yang mahal untuk dijadikan barang koleksi. Ketika itu, Ia langsung mengingat Tuhannya dan mengucapkan kalimat bersyukur seperti ini. “Ya Allah makasih kau sudah memberikan uang yang lebih, sehingga aku bisa makan yang enak dan bahkan bisa membeli peralatan aksesorisku”.
- Nilai Sosial (Menolong Orang Lain).
Nilai sosial didefinisikan sebagai suatu nilai yang berhubungan dengan sikap atau tindakan manusia dengan lingkungannya. Salah satunya yaitu dengan sikap menolong orang lain. Jika dikaitkan dengan cerpen ini, sikap tersebut terlihat ketika tokoh Monik yang sudah memiliki niat untuk membantu orang lain yang mengalami kesusahan. Ketika itu ia berpikir bahwa jika ia menjual semua peralatan aksesorisnya, maka, ia akan mendapatkan sejumlah uang dengan nilai yang tinggi. Uang tersebut dapat ia gunakan untuk hal yang lebih bermanfaat lagi. Karena jika ia gunakan uang tersebut hanya untuk membeli peralatan aksesoris, maka uang tersebut hanya dijadikan sebagai rasa pemuas untuk dirinya saja, dan tidak ada manfaat yang lebih berguna lagi daripada itu. Berbeda hal jika ia gunakan uang tersebut untuk membantu orang yang kurang mampu, maka uang tersebut akan lebih bermakna, dan lebih bermanfaat. Hal tersebut terlihat pada perkataannya yaitu “Kalau aku menjual semua peralatan aksesorisku, mungkin ini bisa bernilai tinggi, dan aku bisa membantu anak-anak lain yang kurang mampu seperti Pit”.
- Nilai Moral (belajar berhemat).
Nilai moral berkaitan dengan ajaran tentang penilaian perbuatan baik buruknya seseorang. Jika dikaitkan dalam cerpen ini terlihat ketika tokoh Monik yang melakukan perubahan tindakan ke arah yang lebih baik. Karena, pada awalnya tokoh Monik merupakan seorang tokoh yang selalu bersikap menghambur-hamburkan uangnya atau hedonisme. Tetapi, kini ia sudah tidak bersikap seperti itu lagi, karena adanya kemunculan tokoh Pit yang membuat ia sadar bahwa ia harus menghargai uang dan mempergunakan dengan sebaik-baiknya. Karena ia melihat tokoh Pit yang harus berhemat dalam hal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari situlah, tokoh Monik baru menyadari bahwa ia juga harus dapat berhemat dengan uang yang ia miliki sekarang. Bahkan ia berpikir untuk menabungkan uang lebihnya tersebut agar jika seketika waktu ia membutuhkan uang di saat kondisi ia tidak memiliki uang, maka ia sudah tenang karena ia sudah memiliki uang di tabungan. Hal tersebut terlihat pada saat ia mengatakan, “Mulai sekarang, aku enggak mau lagi menghambur-hamburkan uangku. Aku harus hemat. Dan jika aku sewaktu-waktu membutuhkan uang disaat aku gapunya uang, aku jadi tenang-tenang saja, karena aku punya tabungan”.
Adapun jika dikaitkan dengan teori sosiologi sastra dengan mengambil teori Wellek dan Warren (dalam Faruk, 1999:3). Dalam teori tersebut dikatakan bahwa pengkajian sosiologi sastra meliputi tiga hal. Pertama sosiologi pengarang yang didalamnya membahas mengenai permasalahan tentang status sosial idiologi, sosiologi dan sebagainya yang masih menyangkut pengarang sebagai penghasil karya sastra. Kedua, sosiologi karya sastra, membahas mengenai unsur-unsur pembentuk sastra itu sendiri, dan membahas mengenai permasalahan pokok dalam karya sastra tersebut. Ketiga, sosiologi sastra membahas mengenai permasalahan pembaca dengan melihat pengaruh sosial karya sastra tersebut. Jika dikaitkan dengan cerpen ini, maka cerpen ini akan mengkajinya dengan sosiologi karya sastra dilihat dari bentuk isinya.
Jika ditinjau dari sosiologi karya sastra, maka cerpen ini mengandung permasalahan pendidikan karakter yang buruk dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan tersebut seperti sikap menghambur-hamburkan uang, sikap tidak berhemat, sikap tidak mau membantu orang lain yang mengalami kesusahan,dan sikap tidak selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan. Maka dari itu cerpen ini mengajarkan unsur-unsur pendidikan karakter bagi anak dalam hal untuk belajar hemat, yaitu tidak menghambur-hamburkan uangnya jangan mencontoh pada tokoh Monik dalam cerpen ini diceritakan sebagai seorang anak yang bersikap boros. Lalu cerpen ini juga mengajarkan seorang anak agar tidak membeli barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan. Jangan seperti tokoh Monik dalam cerpen ini yang terus membeli barang-barang akesoris padahal ia sudah memiliki barang tersebut. Selain itu, cerpen ini mengajarkan untuk seorang anak agar dapat menggunakan uang lebihnya atau menyisihkan sebagian uangnya untuk sesuatu yang lebih berguna yaitu seperti untuk membantu orang lain yang mengalami kesusahan. Seperti dalam cerita ini, tokoh Monik yang akhirnya menyisihkan sebagian uangnya untuk membantu orang-orang seperti Pit yang mengalami kesulitan secara material, yaitu memiliki uang yang pas-pasan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Lalu cerpen ini juga mengajarkan seorang anak jika sedang diberi kenikmatan, agar tidak lupa dengan Tuhan dan tidak lupa bersyukur kepada Tuhan atas segala nikmat yang sudah diberikan oleh Tuhan.
D. Kesimpulan dan Rekomendasi
Cerita pendek yang berjudul “Ingin Ini, Ingin Itu” karya L.Heni.S. mengisahkan seorang anak kecil yang berasal dari keluarga kaya raya, yang menyebabkan Ia selalu bersikap hedonisme. Tetapi ia pun sadar ketika hadirnya tokoh Pit dengan kondisi yang memprihatinkan, yang membuat tokoh Monik menjadi sadar bahwa ada orang yang tidak seberuntung dirinya. Hal tersebut menjadikan tokoh Monik bersyukur atas segala kenikmatan yang diberikan oleh Tuhan, dan berusaha untuk mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik lagi, yaitu dengan tidak bersikap hedonisme dan berusaha mempergunakan uang dengan sebaik-baiknya, yakni dengan menggunakan uang tersebut untuk ditabung, bahkan mempergunakan uang tersebut untuk membantu orang lain yang mengalami kesusahan.
Dalam cerpen ini terdapat amanat dengan nilai pendidikan karakter yang menarik yang dihubungkan dengan pendekatan sosiologi sastra yang dikaji melalui sosiologi isi karya sastra, yaitu membahas mengenai nilai-nilai pendidikan karakter bagi anak. Nilai-nilai tersebut terlihat ketika terjadinya perubahan sikap tokoh Monik dari sikap yang buruk menjadi sikap yang baik, yaitu dari sikap menghamburkan uang, menjadi sikap yang dapat menggunakan uang dengan sebaik-baiknya, dan sikap bersyukur terhadap semua kenikmatan yang telah diberikan oleh Tuhan.
Rekomendasi dari penulis mengenai cerpen ini, yaitu cerpen ini sangat layak untuk dibaca karena dilihat dari isi cerpen yang mengajarkan seorang anak untuk belajar berhemat, tidak hedonisme, atau tidak membeli segala sesuatu yang tidak terlalu penting, dan selalu bersyukur terhadap kenikmatan yang sudah diberikan oleh Tuhan YME, serta mengajarkan anak jika memiliki uang lebih sebaiknya digunakan untuk menolong orang-orang yang kurang mampu. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai sebuah rekomendasi untuk pembelajaran bidang kesusastraan ataupun yang ingin melakukan penelitian berkaitan dengan analisis amanat dengan pendekatan nilai pendidikan karakter didalamnya dan analisis pendekatan sosiologi sastra pada sebuah karya sastra berbentuk cerpen.
E. Pustaka Rujukan
Dian. (2011). Nilai-Nilai dalam Sastra. [Online]. Diakses dari: https://griyawardani.wordpress.com/2011/05//24/nilai-nilai-dalam-sastra/
Ninday. (2017). Struktur dan Unsur Pembangun Prosa Fiksi. [Online]. Diakses dari: http://www.academia.edu/35640671/Struktur_dan_Unsur_Pembangun_Prosa_ Fiksi.pdf
Setiowati, W. A. (2014). Pendekatan Sosiologi Sastra dalam Cerpen Asmaradana Karya Danarto. [Online]. Diakses dari: http://ukmkesenianuniversitasjember. wordpress.com/2014/10/13/pendekatan-sosiologi-sastra-dalam-cerpen- asmaradana-karya-danarto/
Sukirman, S. (2017). Bab III Metode Penelitian. [Online]. Diakses dari: http://eprints.unm.ac.id/4263/3/10%20BAB%20111.pdf
Majalah Bobo edisi Pockemon, 7 cerita pilihan, tahun 2014. Penerbit: Gramedia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H