Mohon tunggu...
Lita Tania
Lita Tania Mohon Tunggu... Lainnya - Student
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Student in Indonesia University of Education

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kita Beda, Kita Bersama

13 Juli 2020   14:09 Diperbarui: 13 Juli 2020   14:11 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ih udah aku bilang kemarin, kamu gaboleh makan dan minum didepanku!. Tapi kamu hari ini malah makan lagi didepanku!" ujar aku.

"Trus aku harus makan dimana kalau nggak makan di kamar? Di ruang tamu takut ada tamu yang dateng kerumah! Di kamar mandi? Ya nggak mungkin!. Di kamar kamu tiba-tiba pulang. Jadi aku nggak salah karena aku nggak tau kalau kamu abis pulang dari sekolah akan langsung masuk ke kamar. Biasanya juga kamu kan langsung ke ruang tv buat nonton film kartun kesukaanmu itu," ujar Dipadikara.

"Tapi tetep aja kamu ga boleh makan dan minum didepanku!" aku yang tetap tak mau kalah.

Hal semacam ini terus terjadi selama beberapa hari kemudian. Aku tetap saling tak bertegur sapa, dan akan saling berteriak begitu kejadian serupa terulang kembali. Sejujurnya semua ini membuat diriku sedih, karena aku tak bisa menyapa atau meledekinya seperti biasa. Kami berdua tetap tak mencoba mengungkapkan isi hati masing-masing. Membiarkan diri kami berdua untuk tetap saling egois dan tidak mau meminta maaf duluan.

Selama dua hari kami tidak bertegur sapa dan saling menjauh. Aku tahu walaupun ia terkadang merasa kesal kepadaku, tetap saja dalam lubuk hatinya ia menyayangiku. Begitupun denganku. Walaupun aku sering memarahinya, aku tetap menyayanginya.  

Sampai akhirnya. Tepat tiga hari aku dan Dipadikara tidak saling bertegur sapa. Ketika itu malam hari dan aku baru saja pulang dari tarawih. Pada saat di tarawih, Pak Ustad yang sedang ceramah di masjid itu mengatakan bahwa didalam Islam sangat dilarang untuk marahan lebih dari tiga hari. Pak Ustad itu juga berkata bahwa jika marahan sudah melebihi tiga hari maka Ia akan mendapatkan dosa besar bahkan masuk ke dalam neraka.  Mendengar perkataan ustad tersebut aku menjadi takut dan berniat untuk meminta maaf kepada Dipadikara, agar kami berdua dapat akur kembali.

Sepanjang perjalanan menuju rumah, Aku mencoba merangkai kata-kata untuk meminta maaf kepada Dipadikara. Aku selalu memikirkan apakah dia akan menerima permintaan maaf ku atau tidak. Aku membayangkan jika Dipadikara tidak mau memaafkanku, aku teringat kata-kata Pak Ustad bahwa aku akan mendapat dosa besar dan masuk neraka. Pikiran negatif itu pun aku buang jauh-jauh. Aku selalu berpikir positif akan jawaban dari Dipadikara. Bahwa ia akan memaafkanku.

Sesampainya di rumah, aku menemukan Dipadikara yang sedang duduk di ruang tv menonton film kartun kesukaannya. Aku mencoba mendekatinya dengan duduk di satu sofa yang sama. Aku mencolek tubuhnya agar ia berpaling ke hadapanku. Ketika kami berdua saling bertatapan, dengan menundukkan wajah, aku meminta maaf kepada dirinya atas kesalahan yang selama ini ku buat.

"Maaf... Kalau Aku suka marah-marah sama kamu. Harusnya aku nggak kaya gitu. Kenapa aku harus ngelarang kamu makan atau minum. Padahal kalau aku beneran mau puasa, nggak seharusnya aku tergoda pas ngelihat kamu makan ataupun minum. Sekali lagi maafin aku," ujar aku

"Maafin aku juga ya kalau aku selalu ngeyel dan gamau dengerin kata-katamu. Maaf juga kalau aku nggak ngertiin kamu yang lagi puasa," ujar Dipadikara sambil memegang tanganku.

"Iya tadi di masjid pas lagi ceramah, Pak Ustad bilang kalau sesama saudara nggak boleh marahan. Apalagi kalau marahannya lebih dari tiga hari, aku akan dapat dosa dan masuk neraka. Sekali lagi maafin aku Di. Aku gamau banget masuk neraka dan dapat dosa. Aku takut masuk neraka Di," ujar aku sambil menundukan wajah dengan air mata yang berlinang di wajahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun