Mohon tunggu...
Lita Lestianti
Lita Lestianti Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ibu rumah tangga

No culture, No Future!

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Melihat Sekilas Kasus Brunei, Pro Kontra Warung Makan di Bulan Puasa

26 Mei 2018   00:09 Diperbarui: 26 Mei 2018   00:25 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warung atau rumah makan yang buka saat siang hari di bulan ramadhan menuai pro dan kontra bagi beberapa masyaeakat Indonesia. Memang tidak semuanya umat muslim bisa berpuasa selama bulan ramadhan. Kondisi ini memang dikhususkan oleh orang-orang tertentu yang memang dimudahkan oleh agama, seperti wanita yang menstruasi, orang sakit, ibu hamil, menyusui, musafir, orang yang sudah tua.

Saya akan mengulas setiap alasan dibalik pro juga kontra tentang warung yang buka di bulan puasa.

Pihak yang kontra mengatakan warung yang buka tidak menghargai orang yang puasa. Selain itu, ada beberapa yang berpendapat bahwa warung yang buka seolah-olah menolong orang yang melakukan dosa, khusus bagi yang tidak berpuasa selain dari kondisi yang disebutkan di atas. 

Tapi sebenarnya warung-warung yang buka di bulan puasa juga tidak banyak pembelinya. Terkadang beberapa penjual memilih menutup warungnya karena kalau tetap buka untungnya tidak banyak.

Pihak yang pro menyebutkan bahwa mereka juga perlu beli makanan di rumah makan. Bahkan sempat ramai kicauan seseorang yang menyebutkan menghargai yang tidak berpuasa.

Membahas pro dan kontra akan suatu fenomena tak akan ada habis-habisnya. Tak berujung dan tak akan selesai-selesai perdebatannya.

Melihat Kasus Brunei Darussalam

Negara kecil yang menerapkan syariat Islam di utara Kalimantan sudah menjalani kebijakan ini sejak tahun 2013. Warung atau rumah makan tidak diperbolehkan buka saat bulan puasa. Awalnya memang banyak sekali yang kontra. Walaupun negara itu dominasi beragama Islam tapi ada juga warga non muslim. Tahun demi tahun kebijakan itu tetap berjalan, warga yang tidak berpuasa menerima kebijakan itu karena mereka sudah tinggal di negara yang sudah memberi kemakmuran bagi mereka.

Makanan untuk Anak

Selama bulan puasa, saya juga sempat bingung karena warung banyak yang tutup dan tidak ada penjual makanan yang lewat di pagi hari. Bukan untuk saya, tapi untuk anak saya. Biasanya saya masak sebelum sholat ashar jadi masakan untuk buka juga untuk sahur. Kalau makanan sahur sudah habis, saya pasti bingung mau masak sarapan apa untuk anak saya. Kadang saya juga membutuhkan warung untuk kasih makan si kecil. Selama ini saya mensiasatinya dengan memasak seadanya misal nasi goreng, telor, ikan.

Tetangga saya yang berjualan pecel dan rawon akhirnya harus tutup karena puasa. Walaupun beberapa warung tetap buka untuk melayani beberapa orang non-muslim yang tidak berpuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun