Alhamdulillah tak terasa satu hari terlewati. Untungnya si kakak bisa diajak kompromi. Biasanya dia bakal mengajak main lari-larian. Bayangkan puasa-puasa harus lari-larian mengejar si kecil. Nggak tahu kalau hari-hari selanjutnya.
Hari ini, kami pergi ke Malang sekitar jam sepuluhan pagi setelah suami mengajar. Kami melewati tol waru yang padat kendaraan terutama truk-truk industri. Maklum jamnya truk-truk itu diperbolehkan masuk kota dan tol jadi ramai sekali. Sampai di Malang sekitar jam setengah satu.
Setelah memandikan anak di sore hari, ibu mertua membantu menyiapkan makanan untuk buka puasa di masjid. Jadinya saya menyiapkan untuk buka puasa.
Ibu mertua sudah menyiapkan teh hangat, sayuran dan beras merah yang dicampur dengan beras putih. Saya pun tinggal menggoreng pisang yang sudah dicampur dengan tepung. Sebenarnya tinggal menggoreng saja tapi saya sambi macam-macam seperti memandikan anak bayi, menyuapi si kakak.
Saya memasukkan pisang goreng ke wajan sementara si bayi meringik-ringik. Saya kecilkan api kemudian memandikannya dengan air hangat. Si kakak saya kasih roti bakar dan asyik memakannya sambil nonton kartun.
Setelah mandi, saya balikkan pisangnya. Kali ini saya besarkan apinya. Tidak perlu menunggu lama pisang pun sudah siap disantap. Tapi yang bisa menyantap cuma si kakak, hehe. Terus saya masukkan lagi pisangnya ke wajan, saya pakai api kecil karena berniat mau menyusui si bayi.
Tidak berapa lama, ibu mertua pun datang kemudian mengambil alih masak-memasak. Saya pun mengurusi si kecil. Ayahnya? Lagi benerin motor, bener-bener nggak bisa diganggu. Biasanya sih si kakak ikutan utak-atik. Entah kenapa dia malah nonton tivi.
Adzan berkumandang, betapa lega dan bersyukurlah orang-orang yang melaksanakan puasa. Sebenarnya ayah mertua mengajak sekeluarga berbuka puasa di masjid saja karena memang dipersiapkan sekitar 350an porsi. Tapi karena saya membawa anak kecil, rasanya kurang nyaman kalau harus buka puasa di masjid. Sedikit riweh karena pasti anak saya minta suapin macam-macam, kadang lari-lari karena banyak teman, dan akhirnya saya malah nggak menikmati sajian. Apalagi waktu maghrib sangat sebentar sekali. Bisa-bisa sudah keburu habis. Jadilah saya tidak berbuka di masjid.
Saya memilih di rumah saja. Lebih nyaman dan bisa menikmati sajian buka puasa.
Air putih
Setelah menahan haus seharian, saya mengambil segelas air putih dan saya tenggak habis seketika. Alhamdulillah, segarnya. Rasanya tubuh yang mulai melemah karena kekurangan cairan bisa kembali bugar.