Usia. Mohon ijin, saya sebut itu sebagai satuan waktu yang terlewat sejak kelahiran bagi makhluk yang hidup. Soal berapa usia kita. Saya harap kita gak lupa siapa diri sendiri sejak kelahiran. Semua manusia adalah anak-anak yang dikadaluwarsakan 'waktu'.
Kita ini anak-anak yg jika menangis tersedu-sedu berujung tidur pulas, yang kalau tertawa terpingkal-pingkal malamnya tantrum. Semenit lalu berebut, semenit kemudian juga berbagi. Jatuh terjungkal lalu beranjak lagi. Berdiam diri lama, lalu mencak-mencak lagi.
Jiwa anak dunianya bermain dan sederhana sekali. Kita sesekali memandang rindu rasanya jadi anak-anak. Semangat sederhananya anak-anak. Jiwa yg sederhana, tidak rumit. Urusan yg berbeda adalah dulu 80% dihidupi, 20% menghidupi. Sekarang angkanya bisa jauh berbeda. Lalu tiba-tiba pusing sendiri.
Pada anak-anak yang kadaluwarsa: kita ini masih punya jiwa anak-anak sederhana & tidak rumit, berebut lalu berbagi, menangis lalu tertawa, terjerembab lalu berangkat lagi. Senang mencari tau. Semang bermain sangat serius tapi seserius-seriusnya tetap  playground jua meskipun kotak make up berkedok playground, dapur berkedok playground, gundukan pasir berkedok playground. Semuanya playground. Pada anak-anak yg kadaluwarsa, dunia ini hanya playground hanya singgah saja..
"Indahnya menjadi kecil karena tidak besar juga"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H