Bagiku menulis adalah sesuatu yang menyenangkan dan membutuhkan energi khayalan yang cukup tinggi untuk merangkai kata demi kata.Â
Sejak berada di tanah kelahiran setelah puluhan tahun menjelajah di tempat orang, dan saat itu merasa terpanggil untuk dapat menyampaikan aspirasi masyarakat desa yang ingin menyampaikan uneg-unegnya entah kepada pemerintah setempat, tokoh masyarakat atau kepada para wakil rakyat yang duduk di kursi yang empuk.
Sejak itu pula, mencoba belajar menyusun kata demi kata bak seorang wartawati senior, padahal belum pernah sebelumnya nulis berita, saat didaulat untuk memberikan kontribusi berita lokal mengenai apa saja yang dilihat, di sekitar. Sehingga muncul ide yang kadang  tidak terpikirkan sebelumnya.
Semakin hari, semakin terbiasa menulis apa saja yang dilihat, dan cukup menarik untuk ditulis, untuk disampaikan dan dipublikasikan dalam bentuk berita lokal di tanah kelahiranku saat itu, padahal ilmu menulis berita itu kudapatkan dari seringnya baca berita, dan nonton televisi.Â
Kewajiban untuk menulis berita setiap hari, menjadi rutinitas yang menantang saat itu, dan mau tidak mau untuk mendapatkan ide berita setiap hari harus berjalan menyusuri pedesaaan dan kontak dengan masyarakat tentang apa saja yang dapat menjadi ide berita saat itu.Â
Dan semakin lama, semakin merasa tertantang untuk terus berkomunikasi dengan siapa saja yang ditemui guna mendapatkan ide.
Sasaran berikutnya, untuk mendapatkan ide adalah dengan bersilaturahmi dengan pemerintah desa, dimulai dari obrolan biasa, sampai ke uneg-unegnya yang belum tersampaikan kepada pemerintah terkait entah mengenai pembangunanan, kritikan ataupun hanya sebuaah laporan. Kadang terbersit ego seolah merasa dibutuhkan dengan keberadaan di tengah mereka untuk menyampaikan aspirasi.
Dari kaca mata penulis autodidak seperti saya, menulis adalah adalah merangkai khayalan terhadap apa yang dilihat, dan menuangkanya dalam bentuk tulisan dengan harapan dapat mewakili aspirasi seseorang, baik dalam bentuk pikiran, kritik, inspirasi, untuk di publikasikan sehingga berharap orang lain yang membaca dapat memahami apa yang diinginkan oleh penulis melalui tulisannya. Jika sering menulis, maka semakin lama semakin terlatih untuk merangkai kata-kata dan kalimatnya, walaupun rangkaian kata belum sempurna.
Akhirnya, hasil khayalan yang dirangkai dari kata demi kata menjadi sebuah kalimat tertuang dalam sebuah karya buku, yang isinya tentang kekaguman akan tanah kelahiran yang kaya akan keanekaragaman adat dan budaya, Â sebagai puteri daerah wajib ikut serta melestarikan adat budaya tersebut, dan bangga menjadi puteri leluhur yang terlahir sebuah desa di kecamatan Tanjung Sakti yang terletak ujung provinsi Sumatera Selatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H