Mohon tunggu...
LISZETUS ZAKIYAH
LISZETUS ZAKIYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pahatlah apa yang berdesir dari hatimu dari semesta-Nya, Semoga menjadi desiran pada hati hati yang lain untuk mengagungkan-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rinduku yang Tak Pernah Usai

28 April 2020   12:47 Diperbarui: 28 April 2020   18:28 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Malam-malam yang telah ku lalui, hingga dua musim telah berlalu,  aku masih tetap menunggu kealpaan,  wajahmu kian memancar keindahan,  terbawa arus angin sepoi-sepoi. 

Ada tanya yang belum terjawab, saat aku mulai mendaki bukit Sapporo,  bersama kenangan asmara Yang tak berkesudahan... 

Bayangmu kian menghilang,  rinduku semakin membeku, bersama batu tertutup ilalang menyisakan petangnya senja... 

Di bukit Sapporo,  aku menunggumu, hatiku meluapkan air mata begitu derasnya,  hingga memenuhi aliran sungai di bawah bukit. 

Begitulah kau datang dan kau pergi,  meninggalkan cinta dan kerinduan,  yang tak pernah bisa ku tampung dalam bilik hatiku,  tapi langit selalu menitipkan pelangi untuk menyimpan bait-bait doa,  agar aku tetap memilin rindu ini hingga tiba waktunya nanti... Tetaplah di sini... Agar aku terus memintal rindu... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun