Salah satu yang dapat dilakukan adalah meningkatkan tingkat pendidikan formal di kalangan masyarakat miskin dan memberi kontribusi (dapat berupa penghargaan) bila mereka dapat meningkatkan daerahnya, baik secara formal maupun non-formal.
Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga harus berkontribusi dalam menghilangkan stigma buruk TKI. Pun, cara lain adalah menghilangkan stigma bahwa TKI merupakan pekerjaan yang mudah dan menjajikan, hidup terjamin sejahtera, dan berbagai testimoni yang menyebabkan motivasi pemuda desa menjadi TKI.
Menjadi TKI/TKW bukan berarti pekerjaan yang buruk, sejatinya mereka berperan dalam devisa negara. Menyikapi banyaknya masalah yang dihadapi oleh TKI baik secara umum maupun pribadi, alangkah baiknya untuk menghilangkan stigma bahwa TKI merupakan pekerjaan yang menjajikan berbagai impian.
Dalam hal ini, TKI yang berkerja di luar negeri dalam sekdtor formal maupun non-formal merupaka WNI, yang berarti, mereka juga membawa nama negara asal secara tidak langsung.
Contohnya, pengalaman saya selama di Taiwan, anda dapat dengan mudah menemui TKI di stasiun maupun taman kota, terutama saat akhir pekan. Saking banyaknya pekerja dari Indonesia, TKI pun lebih dikenal sebagai kelompok pemuda di sana, yang tak jarang sering dipandang sebelah mata.
Menjadi TKI bukan berarti sebuah mimpi buruk, tetapi semakin tinggi penghasilan, semakin tinggi juga tingkat resiko yang harus ditanggung. Selama ini kita hanya melihat dari kulit luarnya saja, tetapi, banyak masalah yang dapat dihadapi oleh TKI di luaran sana.
Sebagai tambahan, pemerintah dapat menyediakan sesi psikologis selama mereka telah/akan bekerja sebagai TKI. Pemerintah juga dapat mengedukasi masyarakat sehingga mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di negeri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H