Mohon tunggu...
Juli Suhaidi
Juli Suhaidi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Juli Suhaidi adalah seorang manusia dari Riau. Mengaku sebagai reinkarnasi dari seorang Pangeran kerajaan Indragiri. Lelaki ini berambisi membawa perubahan negara sesuai kepentingannya.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Mungkinkah Robot AI jadi Ustadz?

18 Maret 2023   21:17 Diperbarui: 18 Maret 2023   21:23 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Akhir November tahun lalu dunia heboh dengan dirilisnya mesin kecerdasan buatan bernama ChatGPT. Kecerdasan aplikasi AI (Artificial intiligent) ini viral diseantero dunia. Hanya dua bulan semenjak dirilis, ChatGPT berhasil meraup 100 juta pengguna aktif per bulan. Kecepatan pertumbuhan pengguna ChatGPT menciptakan rekor baru dengan mengalahkan Tiktok dan aplikasi layanan popouler lainnya dalam pertumbuhan jumlah pengguna.

ChatGPT adalah layanan chatbot yang dikembangkan oleh Open AI. Tapi tidak seperti layanan chatbot lain, teknologi AI yang ditanamkan pada ChatGPT begitu canggih sehingga balasan yang dikirim robot ini terasa sangat natural. Bukan itu saja, ChatGPT juga memiliki program sangat cerdas yang bisa menjawab dan melakukan apa saja yang dipinta pengguna. 

Bertanya apa saja akam segera dijawab oleh ChatGPT. Mulai dari hal remeh-temeh yang tidak penting, sampai pertanyaan sulit seperti soal Matematika akan dijawab dalam sekejap. Selain itu layanan ini bisa juga dipinta untuk melakukan hal-hal lain, misalkan seperti dipinta untuk membuat Puisi, karangan, bahkan kode program bisa dibuat dengan ChatGPT.

Melihat kecerdasan ChatGPT ini dalam menjawab pertanyaan apa pun membuat kita penasaran tentang satu hal. Bisakah layanan AI seperti ini menjadi tempat bertanya tentang sesuatu urusan agama? 

Saya mencoba bertanya 2 topik agama pada ChatGPT. Pertanyaan pertama yang diajukan adalah mengenai hukum melaksankan salat Subuh tanpa berdoa Qunut. Aplikasi ini menjawab dengan jawaban yang saya harapkan, yaitu bahwa tidak berdoa Qunut tidak akan membatalkan salat Subuh. tapi dalam jawabanya ia juga menambahkan bahwa doa Qunut pada salat subuh adalah bagian yang sangat penting tapi tidak wajib, yakni Sunah. Ini adalah jawaban yang hanya sesuai bagi umat islam yang bermazhab Syafii. Uniknya, dlam menawab pertanyaan ini ChatGPT memulainya dengan menegaskan bahwa ia sebagai AI tidak memiliki agama tertentu. --- apalagi mazhab tertentu ---

Untuk pertanyaan kedua saya mencoba mencari permasalahan agama yang ikhtilaf para ulama dalam menentukan hukumnya. saya mengajukan pertanyaan mengenai hukum musik dalam Islam. ChatGPT menjawab pertanyaan ini dengan memaparkan bahwa sebagian ulama mengharamkan musik, terutama musik yang mengarah kepada perbuatan keji. AI ini bahkan menambahkan dalil berupa Ayat Al-Quran dan hadis yang menjadi landasan ulama tersebut. Tetapi dalam jawabannya ia menambahkan ada sejumlah ulama yang memperbolehkan jenis musik tertentu seperti yang digunakan untkuk dakwah. Pada jawabannya, Robot ini berkesimpulan bahwa hukum musik dalam islam dilarang, kecuali untuk tujuan tertentu yang diizinkan dengan ketentuan yang sangat ketat.

Dalam menjawab dua pertanyaan tersebut bisa dilihat kecerdasan AI yang ditanam pada ChatGPT adalah sesuatu yang luar biasa. Bahkan pada pertanyaan yang terdapat pertentangan ulama dalam menjawabnya ChatGPT bisa mengakomodasi pendapat yang ada. Mengingat kecerdasan teknologi AI pada masa ini. Mungkinkah pada suatu hari nanti tekonologi AI yang semakin canggih bisa menjadi Ustadz baru? Mungkinkah AI nantinya dapat mengganttikan peran manusia dalam memutuskan dan memberi hukum pada permasalahan agama pada umat?

AI vs Peran Manusia

Kekhawatiran mengenai AI yang akan menggantikan peran manusia sudah menjadi pertanyaan orang-orang. Pada masa ini saja, banyak ditemui AI canggih yang dapat menggantikan peran manusia. Sekarang ada AI yang bisa menggambar secara otomatis dengan hanya diperintahkan dengan kata-kata sederhana, ada AI yang bisa menciptakan musik, dan lebih banyak lagi. Semua teknologi AI ini dirasa sangat mempermudah namun ditakutkan menghilangkan pekerjaan manusia.

Lebih jauh lagi, orang sudah dibuat khawatir, dapatkah AI suatu saat nanti menjadi Presiden atau hakim dan lainnya yang bisa memberi keputusan pada manusia. AI dipandang lebih adil, teliti, dan jauh dari bias dari pada manusia dalam memberi keputusan. Kita bisa melihat pada pertandingan sepakbola. Pada keputusan pelanggaran offside teknlogi AI terlihat lebih baik dari pada hakim garis yang ada dipinggir lapangan. Offside walau satu inchi bisa terpantau dengan teknologi AI.

Pada beberapa negara, AI sudah dimanfaatkan sebagai alat bantu sidang untuk hakim dalam memberi putusan seperti di Amerika Serikat an Tiongkok. Tetapi perannya hanya sebatas membantu, tidak lebih. Permnfaatan teknologi AI sepenuhnya sebagai hakim saat ini masih menjadi perbincangan yang pro dan kontra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun