Mohon tunggu...
Inovasi

Kartun Versus Sinetron

20 Juli 2017   07:59 Diperbarui: 20 Juli 2017   08:20 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Listyo Nur Fauzi

A15.2016.00428

Ilmu Komunikasi

BAB I

Pendahuluan

 

Latar belakang

Kartun adalah hiburan bertema animasi yang ditujukan untuk semua kalangan umur khususnya anak-anak.  Biasanya kartun mengandung unsur lucu-lucuan yang membuat anak-anak menjadi terhibur dan kecanduan oleh kartun yang ditonton.  Jika anak-anak sudah mulai kecanduan oleh kartun, mereka akan haus tontonan animasi ini dan mencari-cari channel tv yang terdapat tayangan kartun. Anak-anak tidak akan lepas dari kartun, karena menurut mereka jika sehari saja tidak melihat kartun rasanya ada yang kurang seperti ibu-ibu jika sehari tidak melihat serial drama india.

Namun sebenarnya, film berformat animasi ini bukan semua ditujukan untuk anak-anak. Ada kartun yang ditujukan untuk remaja yaitu anime karena berisi banyak kekerasan, ada pun kartun berjenis hentai yang dikhususkan untuk khalangan dewasa. Namun KPI menganggap semua kartun itu untuk anak-anak, jika hentai yang berisi adegan-adegan seks sampai dikonsumsi oleh anak-anak bagaimana jadinya nanti.

Sayangnya, kartun di Indonesia sekarang ini semakin banyak yang tidak diperbolehkan tayang dengan alasan yang tidak jelas seperti kekerasan, balas dendam, dan hal yang sepertinya wajar-wajar saja.  Semua kartun pantas mendapatkan hak siar di Indonesia, namun KPI menganggap hal tersebut secara berlebihan sehingga merugikan semua kalangan.

Sangat disayangkan, kartun yang sudah menemani kita sejak kecil kini sudah tidak diberikan hak siarnya. Justru, sinetron yang merusak moral remaja malah banyak ditayangkan dan juga lebih banyak sensor yang diberikan di kartun daripada disinetron.

Rumusan masalah

  • Mengapa adegan kartun lebih banyak disensor  sedangkan sinetron tidak sama sekali?
  • Mengapa hak siar beberapa kartun ditarik dan sinetron semakin banyak tayang?

 

Tujuan

Untuk mengetahui alasan hak siar kartun banyak yang ditarik dan disensor sedangkan sinetron justru merajalela.

BAB II

Isi

Pembahasan

Kartun adalah sebuah acara hiburan yang bertujuan untuk menghibur dan dapat ditonton oleh semua umur. Kartun adalah acara yang menceritakan sebuah peristiwa yang diperankan oleh karakter lucu yang biasa disebut dengan anime.

Namun fungsi dari kartun sudah seperti tidak berfungsi lagi karena KPI menganggap bahwa kartun sekarang sudah tidak mendidik lagi padahal setiapadegan yang ditampilkan pada kartun niatnya hanya untuk menghibur.

Adegan kartun seperti salah satu karakter spongebob yaitu sandy yang digambarkan hanya memakai bikini mendapatkan cekalan dari KPI berupa sensor. Hal tersebut sangat tidak masuk akal karena si pembuat kartun menggambarkan karakter tersebut hanya untuk berniat memberikan ciri khas pada salah satu karakter di dalam kartun tersebut.

KPI dirasa berlebihan untuk men-sensor sebuah kartun, setiap adegan yang berbahaya untuk anak-anak selalu disensor, adegan seperti memakai bikini atau belahan dada juga disensor. Hal tersebut seperti merasakan jika televisi sedang rusak. Membuat kartun menjadi tidak pada fungsi awal yang hanya untuk menghibur. Hal tersebut hanya berlaku di Indonesia, seakan-akan tingkat seksualitas orang Indonesia sangatlah tinggi, seperti kartun itu lebih menggairahkan daripada manusia.

Spongebob Squarepants, Tom and Jerry, Conan, DragonBall, dan kartun mengasyikan lain yang sudah menjadi sahabat baik anak-anak Indonesia sekarang berganti  Ganteng Ganteng Serigala, Anak Jalanan, dan sinetron yang lain. Kartun dilarang disiarkan karena mengandung adegan kekerasa dan pornografi padahal itu hewan, sinetron yang hak siarnya selalu disetujui dan serialnya semakin banyak padahal tidak ada unsur pendidikan, mengajarkan pacaran, dan adegan negatif yang lain.

Sinetron selalu unggul karena penikmat kartun adalah minoritas di Indonesia sedangkan mayoritas adalah penikmat sinetron. KPI seharusnya tidak boleh tebang pilih hanya karena untuk meningkatkan rating. Justru jika dilihat dari manfaat, kartun lah yang lebih unggul karena tidak banyak mengandung unsur negatif. Selalu saja produsen di Indonesia hanya mementingkan keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memfikirkan manfaat.

Daftar Pustaka

Hentikan Tayangan Yang Tidak mendidik Anak Bangsa Dan Jangan Hentikan Tayangan Kartun Di Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun