Menyusuri kawasan Malioboro pada Selasa (14/01) pagi hingga siang nampak tidak seperti biasanya. Di sepanjang jalanan yang legendaris itu terkesan sepi, lepas dari keramaian kegiatan ekonomi dan bisnis yang biasanya dipenuhi pedagang kaki lima (PKL).
Demikian halnya tidak banyak terdengar suara bising lalu-lalang kendaraan bermotor yang biasanya berjubel, padat merayap (kecuali angkutan Trans Jogja atau mobil petugas dan kendaraan tamu Pemda DIY), sehingga tidak terlalu banyak asap atau polusi mengotori udara.Â
Bertepatan hari Selasa Wage, 14 Januari 2020 merupakan "hari istirahat" bagi PKL di kawasan Malioboro hingga Titik Nol Kilometer selama 24 jam. Sekaligus ini sebagai momen untuk melakukan uji coba semi-pedestrian Malioboro.Â
Liburnya para PKL di sepanjang Jalan Malioboro, juga Jalan P. Senopati ini bukan berarti tidak ada aktivitas di sana. Namun ini sudah menjadi agenda rutin, setiap 35 hari sekali para pedagang kaki lima/komunitas warga Malioboro melakukan reresik (bersih-bersih) alias bergotong-royong membersihkan lingkungannya.
Layak diketahui, bahwa reresik warga dilakukan atas prakarsa bersama, tepatnya berjalan sejak Selasa Wage, 26 September 2017, difasilitas oleh Pemkot Yogyakarta, Pemda DIY dan instansi terkait.
Diputuskannya pelaksanaan lelaku reresik pada setiap Selasa Wage juga mempunyai makna filosofis bahwa hari dan weton tersebut merupakan hari kelahiran Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.Â
Nah, mau tau gambaran terkini tentang situasi dan kondisi kawasan Malioboro pada Selasa Wage?Â
Dari tinjauan langsung di lapangan, penulis berjalan kaki atau mlipir (bahasa Jawa) dimulai menyusuri dari palang pintu Stasiun KA Tugu, Jalan Malioboro, Jalan Margomulyo (Jalan A. Yani), hingga Titik Nol Kilometer. Pagi hingga siang hari itu nampak bahwa suasananya memang berbeda. Arus lalu lintas tidak padat seperti hari-hari biasa.
Hari ini merupakan keleluasan bagi pengunjung, khususnya para pejalan kaki, untuk menikmati suasana Malioboro. Bisa duduk-dukuk di kursi maupun bollard yang disediakan di bawah pohon rindang (pohon asam dan pohon gayam) sepanjang trotoar kanan-kiri jalan.Â
Tempat paling teduh dan rindang kala siang hari untuk duduk santai tepatnya di depan Museum Benteng Vandeburg atau di depan Gedung Agung (Istana Kepresidenan).