Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai tujuan wisata kedua setelah Bali hingga saat ini masih memikat hati berbagai kalangan untuk mengunjunginya. Lalu lalang wisatawan, baik yang berasal dari manca negara (wisman) maupun wisatawan domestik selalu ditemui di beberapa titik lokasi wisata.
Banyaknya pilihan destinasi wisata yang tersebar di DIY dan seringkali keunikannya diekspos melalui berbagai media telah menjadikan wilayah ini semakin dikenal, selalu dekat di hati masyarakat luas.
Bagi anak muda khususnya yang tergolong generasi milenial, Yogyakarta dan sekitarnya merupakan pilihan tujuan wisata yang menawarkan beragam pesona. Wisata alamnya yang eksotis, budaya dan seninya yang menarik serta wisata sejarahnya banyak berkaitan dengan kearifan lokal -- ditandai masih berdirinya bangunan kuno tergolong benda cagar budaya (BCB) sebagai peninggalan masa lalu.
Destinasi wisata di Yogyakarta sangat menggugah mereka (para milenial), bisa belajar tentang kekayaan alam dan lingkungan hidup, belajar tentang budaya yang bernilai adiluhung dan kesenian khas Jawa yang berkontribusi turut membangun kebudayaan secara nasional, belajar sejarah perjuangan bangsa, yang semuanya ditemui di Yogyakarta dan kawasan sekitar.Â
Bagi anak muda penggemar jeprat-jepret dengan spot-spot  foto menarik yang berlatar belakang keunikan tertentu banyak ditemui di hampir setiap lokasi wisata. Siang dan malam tersedia, tinggal pilih mana lokasi yang disuka, tentu ini sebagai dokumen/kenangan atau koleksi foto ketika mengunjungi Yogyakarta.
Nah omong-omong tentang wisata di Yogya, kurang lengkap bila tidak membahas ketersediaan akomodasi. Soal penginapan tidak jadi masalah, banyak tempat bisa dipilih mulai hotel berbintang hingga hotel kelas melati, homestay (tarif mulai Rp 150 ribu/malam), bahkan di beberapa desa/kampung tidak jauh dari kota ditemui tempat inap sederhana bernuansa alami.
Begitu pula soal makan tidak perlu khawatir, rumah makan berkelas hingga yang sederhana alias kelas lesehan, gudeg basah/ gudeg kering, sajian menu serba sambel, jejamuran dan menu khas lainnya bisa dipilih/dikunjungi.Â
Bagi yang suka merakyat, menu minimalis yang disuguhkan warung angkringan banyak ditemui di hampir setiap sudut jalan atau di lokasi keramaian. Rata-rata harga nasi angkringan dibanderol Rp 2.000 s/d Rp 2.500 per bungkus. Nasi angkringan kalau di Yogya sering disebut "nasi kucing", mungkin dikarenakan porsinya tidak terlalu banyak dan biasanya berlauk sambel-teri.
Di kalangan backpacker info ini layak direkomendasikan, berpetualang menjelajahi lokasi-lokasi wisata sambil menghemat anggaran -- sehingga dapat berkeliling lebih lama dan lebih lengkap untuk  menikmati perjalanan selama berada di Yogyakarta.
Demikian halnya akses untuk menuju lokasi-lokasi destinasi wisata terutama yang berada dalam kawasan kota Yogyakarta, sebagian wilayah Bantul dan Sleman (hingga menjangkau Candi Prambanan) -- tersedia sarana transportasi umum yakni bus Trans Jogja.
Hanya membayar Rp 3.500/orang anda akan bisa keliling kota Yogyakarta dan sekitarnya, tinggal pilih jalur (dapat ditanyakan petugas di setiap halte, mau kemana tujuan yang ditempuh). Jika harus menggunakan beberapa jalur bus/pindah jalur maka anda tidak dikenakan tarif  tambahan hingga sampai di tempat tujuan. Mudah dan murah, kan?
Trans Jogja dirancang khusus sebagai angkutan umum yang ramah lingkungan, tempat duduk nyaman, dilengkapi AC, siap melayani penumpang dengan kapasitas jumlah kursi duduk 20 buah dan menampung 20 orang/penumpang berdiri.
Bus-bus yang memiliki warna lambung biru, hijau dan kuning disertai running tex jalur yang dilalui di bagian depan atas itu setiap harinya beroperasi sejak pukul 05.30 s/d 21.30 wib. Mengenai rute perjalanannya lihat di sini dan ini.
Bagi anda yang akan berlama-lama di Yogya, termasuk para backpacker cocok memilih Trans Jogja sebagai alternatif transportasi untuk mengunjungi tempat-tempat yang dituju atau lokasi wisata tanpa harus boros uang.
Untuk lebih praktisnya, bagi yang akan berlama-lama di Yogya penulis anjurkan beli tiket berlangganan dengan sistem isi ulang yaitu bernominal perdana 25 ribu, selanjutnya 15 ribu hingga 100 ribu. Caranya cukup mudah, mengisi data diri di halte-halte yang memiliki tanda Point of Sale (POS).
Demikian sekedar berbagi di hari Minggu (12/1/2020) ini, semoga menambah wawasan terutama bagi mereka yang belum pernah berkunjung ke Yogya, atau yang masih belum memahami kondisi di beberapa kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H