Mohon tunggu...
Sulistyo
Sulistyo Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Dagang

Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Laku Prihatin" Basuki Tjahaja Purnama akan Menerangi Dunia

26 Januari 2019   00:37 Diperbarui: 26 Januari 2019   11:35 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa hukuman dua tahun (setelah mendapat remisi 3 bulan 15 hari) yang dijatuhkan pada Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atas kasus penodaan agama sudah berakhir.

Seperti juga diberitakan di Harian Kompas, Mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama resmi dibebaskan dari Lembaga Pemasyarakatan Cipinang cabang Markas Komando Brigade Mobil, Kamis kemarin (Baca: Kompas, 25 Januari 2019, halaman 4, kolom 7).

Disebutkan bahwa menurut laporan Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah DKI Jakarta, pada pukul 07.00 WIB secara administratif pembebasan Basuki dilaksanakan. Menurut Kepala Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kemenkum dan HAM, Ade Kusmanto, selama menjalani pidana, Basuki berkelakuan baik sehingga mendapatkan remisi/pemotongan hukuman.

Sudah barang tentu sosok fenomenal yang sering melontarkan gagasan-gagasan dan langkah nyata dalam merampungkan masalah ini selalu mendapat perhatian banyak kalangan. Banyak pula yang mempertanyakan langkah apa selanjutnya yang akan beliau tempuh setelah bebas dan kembali menjadi warga negara seperti semula?

Banyak sorotan tertuju dan wacana terus berkembang terkait pembebasan tokoh yang satu ini, namun penulis lebih tertarik untuk melihatnya dari sudut pandang yang mungkin sedikit beda sehingga bisa saling melengkapi.

Dipenjarakannya BTP dalam perspektif hukum (secara yurudis formal) memang sah-sah saja dan itu semua sudah dijalaninya, tanpa menyisakan keributan serta ikhlas dilakoni hingga usai.

Akan tetapi dalam perspektif budaya, naluriah (dan alamiah) nampaknya BTP dalam hal ini (dipenjarakan) tidak lebih sebagai "laku prihatin"  atau dalam pengertian lain beliau sedang menjalankan panggilan untuk berperih batin, dalam artian mengevaluasi/mawas diri sehingga akan memperoleh banyak inspirasi maupun konsep pemikiran untuk melangkah kedepan.

Lain halnya bilamana beliau masih berkutat di wilayah kehidupan politik praktis, atau menduduki jabatan publik yang setiap saat  selalu menghadapi adu argumentasi perihal program kerjanya sehingga menjadikan seorang pemimpin yang cenderung arogan dengan kekuasaan yang disandangnya.

Prihatin (= berperih-perih batin) seringkali secara budaya dan naluriah yang penulis yakini akan membuahkan sesuatu yang hendak dijalani dikemudian hari. Demikian halnya apa yang telah dilakukan BTP tersebut -  bukan tidak mungkin nantinya justru akan membuahkan sikap/perilaku yang lebih baik dari sebelumnya.

Menebak langkah BTP selanjutnya memang tidak mudah. Namun menurut penulis, beliau dapat diprediksi akan menjadi "orang penting" yang cukup disegani dan dihormati dalam lingkup nasional bahkan internasional.

Setidaknya, beliau bisa menjadi narasumber dalam berbagai forum bahkan sangat dimungkinkan untuk menduduki jabatan strategis terutama dilihat dari gaya kepemimpinan dan komitmennya yang tidak diragukan lagi dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun