Hidup sederhana dalam konteks tulisan ini dimaksudkan sebagai suatu kebiasaan yang sudah terpola atau menjadikan sebuah pilihan bagi seseorang dalam menjalani hidup sehari-hari.
Apa yang dilakukan dalam aktivitas mendasarkan pada kondisi apa adanya (bukan ada apanya), tidak tergiur oleh tawaran macam-macam barang/produk, apalagi di era yang semakin berteknologi canggih seperti sekarang -- cukup memanfaatkan/memenuhi kebutuhan minimal namun aktivitas keseharian tidak terganggu.
Betapapun disana-sini produk dipromosikan, bagi orang yang memilih pola hidup sederhana akan tetap tidak mudah terbujuk rayu iklan yang setiap hari gencar disampaikan melalui berbagai media. Orang yang berpola hidup sederhana selalu menikmati apa yang ada saat ini, tidak selalu khawatir terhadap masa depan.
Mengingat pola hidup sederhana adalah pilihan pribadi, maka hal demikian tidak bisa dipaksakan. Ini sifatnya sangat alamiah dan lebih merupakan kesadaran yang tumbuh atas realitas diri sendiri. Tidak salah pula jika orang yang hidup dalam kesederhanaan bisa pula disebut sebagai orang yang menjadi dirinya sendiri.
Beberapa hal yang dapat diambil atau dipetik dengan melakukan hidup sederhana, diantaranya yaitu: selalu fokus dengan apa yang menjadi pekerjaan pokoknya, lebih banyak waktu dicurahkan untuk menekuni profesinya tanpa diganggu atau terganggu oleh aktivitas lainnya.
Hidup sederhana (bahasa Jawa: nrimo) selalu/tetap bersemangat dalam menjalani hidup dan aktivitas sehari-hari, senang dan bahagia dalam bekerja/tidak merasa ada tekanan, tidak suka mengeluh atas kegagalan dan tidak pula ambisius atau bermimpi muluk untuk masa depan, sehingga apa yang dihadapi saat ini akan dihadapi sesuai kemampuan secara optimal.
Manfaat lain dari hidup sederhana, tidak terlalu khawatir dengan perkembangan atau fluktuasi pasar modal atau valuta asing. Meskipun mata uang dollar (US dollar) naik atau bilamana terjadi krisis moneter -- orang yang hidup sederhana tetap hidup dan bekerja seperti biasa, pikiran tetap tenang dan jernih (tidak gampang stress).
Hidup sederhana berarti juga dalam memilih atau membeli kebutuhan dasar (primer) lebih diutamakan untuk dipenuhi, daripada membeli keinginan (barang mewah) yang setiap saat perawatannya harus menyita waktu, tenaga, pikiran dan bahkan pengeluaran dana yang tidak sedikit.
Berpola hidup sederhana mencegah kesan kesombongan/pamer, bisa menambah sering berinteraksi sosial secara nyata, Â lebih bermasyarakat karena tidak terlalu padat kesibukannya, bisa berbagi dengan sesama. Secara internal, komunikasi antar anggota keluarga lebih intensif, menjaga keharmonisan keluarga dan selalu bangga menikmati kehidupan keluarganya.
Konon, seorang milyuner di Amerika banyak yang tidak mengetahui bahwa mobil yang ia miliki yaitu mobil lawas sudah berumur 20 tahun yang lalu, dan yang penting fungsinya (bukan gengsinya) dapat menunjang aktivitas sehari-hari. Hal ini pastinya lebih berhemat dalam perawatan termasuk untuk suku cadangnya.
Nah, pastinya masih banyak hal-hal lain yang bisa diambil mafaatnya dalam menjalani hidup sederhana. Dan jelasnya, kesederhanaan itu adalah yang terindah. "In character, in manner, in style, in all things, the supreme exellence is simplicity" (Henry Wadsworth Longfellow).
Sekali lagi bahwa itu semua merupakan sebuah pilihan dan kesadaran pribadi masing-masing, yang tak perlu dikampanyekan atau digembar-gemborkan seperti di era masa lalu. Mungkin pembaca yang budiman masih ingat, para petinggi di masa lalu yang menghimbau kepada rakyatnya untuk "mengencangkan ikat pinggang" -- padahal keluarga mereka sendiri justru hidup dalam kemewahan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H