Mohon tunggu...
Sulistyo
Sulistyo Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Dagang

Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Media Konvensional Masih Dipercaya dalam Pemberitaan

11 Oktober 2017   21:16 Diperbarui: 11 Oktober 2017   22:51 1757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maraknya media sosial/ berjaringan internet dengan berbagai aplikasinya disusul hadirnya beragam smartphone model terbaru dengan kelengkapan fiturnya telah menjadikan fenomena membanjirnya penyebaran dan penerimaan info yang bersumber dari semua kalangan, dalam waktu yang cepat dan pada ruang lingkup tak terbatas.

Melalui media sosial (Facebook, Instagram, Path,Twitter, Whatsapp  dan sejenis), siapa saja yamg berminat bisa bergabung atau berpartisipasi dalam arti berinteraksi/berbagi informasi berupa tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai konten lainnya yang dapat dilakukan secara bebas dan terbuka. Termasuk saling menyampaikan komentar, tanggapan, dukungan, sanggahan, bahkan sampai membus wilayah privasi seseorang.

Dilihat dari segi kecepatan dan keluasan jangkauan atau daya sebar informasinya memang harus diakui bahwa media soaial sangat bisa dihandalkan. Hal demikian tentu bisa dipahami dan tidak mengherankan mengingat proses penyampaian pesan yang ditunjang teknologi terkini via satelit -- sehingga aktualitas maupun cover areanya dalam berjejaring sangat luas.

Kelebihan lain yang melekat pada karakteristik media sosial yaitu keleluasaan setiap pengguna untuk bebas dan terbuka dalam menyampaikan dan menerima informasi berupa berita, peristiwa/kejadian, pendapat/opini, pemikiran, kerjasama, membangun relasi baru, membentuk komunitas, dan bahkan berdebat sengitpun sangat mungkin bisa dilakukan.

Singkat kata, manusia atau pengguna media sosial setiap saat dan di setiap tempat mempunyai kebebasan (tanpa ada filter) untuk menghalangi atau dihalangi dalam proses berbagai info dalam bentuk apapun.

Beruntung bagi mereka yang bisa mamanfaatkan secara optimal kehadiran media sosial sehingga memilih dan memilah mana informasi yang memberi nilai tambah dan mana yang tidak. Memanfaatkan kecepatan, luasnya jangkauan, umpan balik (feedback) seketika, dan kebebasan pribadi dalam merespon informasi -- maka sangat dimungkinkan dipetik benefit dari kemajuan teknologi ini, antara lain membantu pemasaran produk tertentu.

Tetapi pada sisi lain, mengingat pengguna media sosial yang begitu leluasa, berbagai lapisan warga dalam berbagi info, tanpa diketahui secara jelas latar belakang, asal muasal sumbernya, apalagi kemampuan mencari, mengolah dan menyebarluaskan suatu peristiwa/kejadian, maka arus informasi yang katanya dikategorikan trending topic dan viral terus mengalir deras ibarat banjir bandang meluap kemana-mana -- termasuk membawa "berita sampah" dan wabah hoax yang semakin tidak jelas juntrungnya, siapa yang bertanggung jawab.

Sangat boleh jadi fenomena tersebut akan berlangsung dalam beberapa kurun waktu belakangan ini. Masyarakat yang baru mengenal dunia online namun belum dibekali melek media (media literacy) -  akan menjadi kurang cerdas karena setiap saat dijejali informasi atau pesan-pesan tak bermakna sehingga berdampak pada penyitaan waktu, biaya, tenaga dan akhirnya menjadi bangsa kurang produktif.

Ditengah pesatnya perkembangan media sosial yang terus berkontestasi, tanpa dibarengi kesadaran bersikap kritis dan bijak dalam menghadapi banjir informasi -- sangat mungkin masyarakat terhanyut dan terbuai atau juga menjadi ketergantungan yang menjurus pada ketagihan (adiktif), tiada hari tanpa membuka akun dan setiap hari dihadapkan pada hiburan maupun kebohongan.

Hal yang cukup memprihatinkan atas perkembangan media "berjuta umat" berbasis online ini menyangkut kebebasan yang sebebas-bebasnya dalam memproduksi dan menayangkan setiap pesan atau informasi  dan pastinya perlu mendapat perhatian bersama.

Tidak hanya ruang publik virtual yang menjadi wadah berbagi, namun kini sudah memasuki wilayah privasi dalam kemasan informasi yang menjurus fitnah, penistaan, penghinaan, pencemaran nama baik, bullying (perundungan), provokasi, ujaran kebencian, hingga isu SARA yang beberapa kasusnya berujung di pengadilan.

Akankah situasi dan kondisinya selalu demikian?

Sekali lagi, dalam beberapa kurun waktu belakangan mungkin suasananya masih sama saja, artinya loncatan perubahan pola dan gaya hidup yang tadinya masih "primitif" dan sekarang tiba-tiba dihadapkan pada pola milenium -- nampaknya sedang mengalami transisi akibat mobilita vertikal -- yang tentunya saat ini sedang menikmati eforia ditandai gadget atau gawai yang selalu disandang/dibawa kemana-mana.

Namun demikian menurut prediksi penulis, yang namanya eforia secara berangsur-angsur, lambat laun seiring semakin banyak yang merasa jenuh kemudian menyadari betapa pentingnya fakta, akurasi data dan kredibilitas media yang menjadi sumber informasi -- sangat dimungkinkan media konvensional (media massa cetak/surat kabar, stasiun radio, televisi) akan tetap dipercaya sebagai acuan dalam mencari informasi sesuai kebutuhan dalam aktivitas di segala bidang.

Ini sangat logis, karena setiap produk informasi yang disampaikan melalui media konvensional tersebut tidaklah asal-asalan, mulai dari pengumpulan bahan berita atau menghimpun data, pengolahan hingga penyebarluasan berita melalui proses yang cukup ketat. Kelayakan topik, aktualitas, posisi/penempatan berita, cara peliputan, editing hingga dampak yang kemungkinan terjadi dilakukan oleh redaktur yang ditugasi. Dengan demikian, kredibilitas pemberitaannya dapat diandalkan, dapat dipercaya karena didukung data akurat dan cara penyampaiannya dilakukan oleh mereka yang sudah terlatih.

Sejalan perkembangan teknologi, media konvensional yang telah berkonvergensi atau berbasis online dan diawaki oleh para profesional sangat dimungkinkan menjadi pilihan publik di masa depan. Terlepas dari tarik ulur kepentingan bisnis dengan kepentingan atas nama regulasi, maka media yang bisa memenuhi kepentingan/tuntutan khalayak tentunya akan selalu dipercaya dan berjaya di masa mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun