Mohon tunggu...
Sulistyo
Sulistyo Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Dagang

Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahaya Narkoba Terus Mengintai di Lingkungan Kita

29 September 2017   23:22 Diperbarui: 30 September 2017   00:41 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membaca headline Harian Kompas berjudul Bandar Bidik Usia TK-SD (Jumat, 29 September 2017, halaman 1)  terus terang penulis merasa cemas. Perasaan cemas ini langsung menyentuh hati dan pikiran, mengingat penulis juga mempunyai anak yang sudah menginjak usia remaja, jiwanya masih labil dan tentunya jangan sampai terpengaruh atau dipengaruhi bahaya narkoba yang akan menghancurkan masa depannya.

Dari prevalensi penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar/mahasiswa yang ditampilkan di halaman muka harian ini, terutama berdasar kelompok usia terlihat bahwa dalam kurun waktu 10 tahun (2006 s/d 2016) terjadi penurunan yang cukup berarti.

Demikian halnya dilihat dari tingkat ketergantungan narkoba dalam waktu yang sama terjadi penurunan persentasenya. Ini semua tentunya berkat kesungguhan instansi/lembaga terkait dalam mencegah, menangani dan terus menerus menyosialisasikan tentang bahaya narkoba.

Namun demikian dibalik itu semua, hal cukup meresahkan adalah adanya upaya para pengedar narkoba yang kalau boleh dibilang "mengalihkan bidikan" pengguna atau sasaran kepada anak anak TK dan SD menjadikan masalah serius yang perlu diantisipasi segera mulai sekarang.

Masuk akal bilamana diasumsikan pada tahun 2030, Indonesia tidak akan bisa menikmati bonus demografi kalau anak-anak TK dan SD yang kini mulai dibidik supaya kecanduan narkoba/obat-obatan terlarang kelak dimasa usia produktifnya.

Sangat boleh jadi, strategi pemasaran "barang haram" ini berjangka panjang, dilakukan secara sistemik melalui berbagai cara bujukan atau mencampurkan (zat kimia tertentu) dengan makanan/minuman anak-anak yang dijual bebas, harga terjangkau sehingga lama kelamaan menjadi ketagihan (kecanduan).

Mengingat dunia anak-anak adalah bermain, tidak pula menutup kemungkinan setiap alat permainan perlu dicermati lebih jauh. Terutama alat-alat permainan yang mengandung aroma tertentu, sangat dimungkinkan aroma telah dicampuri/bahan kimia yang membahayakan dan berakibat ketergantungan jangka panjang. Bahaya narkoba dan zat-zat terlarang terus mengintai di lingkungan kita, selalu waspada tentunya.

Banyak cara penyusupan yang bisa dilakukan untuk "melumpuhkan mental' generasi muda di negeri tercinta ini. Seiring globalisasi ditandai pasar bebasnya -- infiltrasi dalam berbagai bentuk dan caranya (termasuk peredaran narkoba) semakin sulit dideteksi karena bisa masuk melalui jalur/jaringan atau celah apapun yang dianggap memungkinkan.      

Benar seperti pemberitaan yang disampaikan Kompas hari ini bahwa kejahatan narkoba harus dilawan semua pihak dengan melakukan perlindungan berlapis. Semua pihak yang terkait dengan keperdulian terhadap anak (TK/SD) diharapkan keseriusan dan kepekaannya untuk selalu mendeteksi perkembangan sehari-hari jangan sampai tersusupi penyalahgunaan zat-zat yang membahayakan tersebut.

Tentu saja dari semua pihak yang perduli akan perkembangan dan pertumbuhan anak, maka orang tualah (lingkungan rumah) yang mestinya menjadi pengendali utama terhadap anak-anaknya. Bagaimanapun juga anak-anak seusia TK dan SD masih cenderung dominan berada di lingkungan rumah dan orang tua memiliki otoritas untuk mengawasi dan mengendalikan anak-anaknya.

Salah besar kalau para orang tua disaat ini hanya melulu memikirkan kebutuhan ekonomi keluarga, kurang memperhatikan perkembangan anaknya. Memang kebutuhan materi/ekonomi itu penting sebagai penunjang kelangsungan hidup. Namun demikian apalah artinya berkecukupan harta benda tetapi masa depan anak-anaknya menjadi suram?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun