Mohon tunggu...
Sulistyo
Sulistyo Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Dagang

Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Berpikirlah Sebelum Omong

28 September 2017   02:00 Diperbarui: 28 September 2017   02:19 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Omong atau berbicara ternyata tidak gampang dan tidak layak untuk digampangkan. Mengapa? Karena omongan bisa berdampak luas, apalagi omongan para elit, entah elit politik maupun elit-elit lainnya yang seringkali diliput dan disebarluaskan oleh media massa, juga media online, tak terkecuali media sosial -- maka apa yang diomongkan segera menyebar dan dikonsumsi publik.

Kalau yang diomongkan datar-datar saja dan bersifat instruksional atau mungkin hanya ditujukan untuk kalangan terbatas maupun jajarannya, pastinya dapat dikatakan wajar dan tidaklah memunculkan banyak tanggapan.

Namun apabila topik yang diomongkan berkaitan dengan kepentingan luas dalam lingkup nasional, maka omongan yang cenderung tendensius dan kurang didukung informasi yang akurat -- bukan tidak mungkin justru mengundang respon dimana-mana.

Di era seperti sekarang seiring dengan dinamika sosial politik yang terus berkembang, masyarakat sudah semakin kritis, tidak bodoh apalagi didukung kehadiran sarana komunikasi yang serba modern, setiap saat informasi dapat diakses dan disebarluaskan tanpa batas.

Setiap kejadian/peristiwa, statemen maupun pendapat yang dilontarkan terutama yang bersumber dari para elit: tokoh, pemuka, petinggi formal, nonformal termasuk publik figur akan selalu menjadi bahan pemberitaan media dan layak diketahui khlayak luas. 

Perlu dipahami bahwa informasi apa saja yang disampaikan media akan menggugah respon khalayak. Bahkan bilamana informasi/pesan yang disampaikan menyentuh kepentingan banyak kalangan dan tidak disertai fakta yang kuat serta penalaran yang sehat sehingga wajar mengundang tanggapan dan wacana berkelanjutan.

Efek-efek pesan mediapun menjadi penting untuk disadari. Disebutkan Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya berjudul Psikologi Komunikasi (2007: halaman 219) bahwa efek pesan media antara lain: efek kognitif (transmisi pengetahuan), efek afektif (emosi, sikap, penilaian), dan efek behavioral (perilaku nyata, tindakan).

Mengacu pada sekelumit paparan diatas, sudah saatnya (terutama para elit) perlu kehati-hatian atau perlu kecermatan alias berpikirlah sebelum omong, terlebih dalam menyampaikan informasi yang menyentuh kepentingan umum. Pesan apapun yang telah diliput dan disebarluaskan oleh media pastinya akan mendatangkan efek. Jangan sampai efek pesan media ini mengganggu stabilitas sosial dan menjadikan suasana yang kontraproduktif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun